Tuesday 20 February 2018

Jangan Mau di PHP in


Jam terakhir. Mencatat terjemah lafdziyah surah Alinsyirah, yang selesai boleh pulang duluan. Dan mereka pun berlomba untuk segera menyelesaikan, dan sesuai prediksi yang paling awal selesai tepat di saat jam pulang. Satu per satu mengumpulkan, tinggal dua siswa. Menunggu 15 menit tidak segera selesai, akhirnya berpesan agar setelah selesai menulis dibawa ke kantor, dengan meyakinkan mereka menjawab “ Nggih Bu”. 15 menit  berlalu tidak kunjung juga membawa catatan ke ruang guru, ngecek ke kelas, ternyata sudah menghilang. He..he..gurune ditinggal mulih, PHP tenan. Omongane ga keno dicekel. Dan melaz lagi, ini bukan kali pertama. Sudah pernah di PHP in sebelumnya.  

Sebelumnya sempat ngobrol tentang calon Bupati di suatu daerah yang juga ada hubungannya dengan pembina yayasan sekolah. Mohon doa restu katanya. Lihat short videonya penasaran dengan partai pendukungnya, lha dalah kok ngenes, didukung : PDIP, Gerindra, PAN, PKS dan Golkar. Di pusat 5 partai tersebut bersebrangan jadi dua  kubu, eee…di daerah lha kok selingkuh. Ga ingat apa rusuh saat sidang DPR, olok-olok tiada henti dengan sebutan yang tak enak didengar.

Tak perlu kecewa, memang begitu tabiatnya. Politik dalam system demokrasi kapitalisme itu hanya manis di bibir, sudah biasa mengumbar jambu alias janjimu busuk. Suara rakyat hanya diminta saat pemilihan selebihnya habis manis sepah dibuang. Demokrasi yang berlindung dibalik jargon suara mayoritas, kedaulatan di tangan rakyat hanya omong kosong belaka, yang benar dari rakyat oleh rakyat untuk konglomerat. Dan tambah parah lagi ketika berpikir politik dibawah bayang kapitalisme, standarnya bukan halal haram tetapi segala upaya untuk mengantarkan pada tujuan. Tujuan itu adalah menuju tampuk kekuasaan, dan ketika berkuasa hanya memikirkan kepentingan golongan sendiri dan kepentingan para pemilik modal. Partai-partai tukang selingkuh ini memang pandai jadi PHP.

Ketika mengemis suara, harapan-harapan manis dilontarkan ketika berkuasa semua seolah tak pernah terucapkan, Partai Pemberi Harapan Palsu. Dan parahnya terkadang banyak yang amnesia. Tiap lima tahun berulang terus, terbuai dengan janji busuk, jadi korban PHP secara sukarela. Berharap ada perubahan ketika terjadi pergantian penguasa padahal sistemnya tetap, ya ibarat ngepel rumah tiap hari ketika hujan dan bocor tanpa memperbaiki genting yang bocor, ibarat ganti sopir saja padahal mobil sudah rusak, perubahan yang tidak sempurna.
Negeri ini butuh perubahan taghyir perubahan menyeluruh, bukan perubahan islahiyah perubahana parsial. Permasalahan di negeri ini menggurita dan sistemik, maka perlu perubahan total. Perubahan sistemik. Sebagaimana perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah sallallhu ‘alaihi wassalam. Tidak ada kompromi, perubahan yang dibawa Rasulullah adalah perubahan menyeluruh, dari penerapan hukum jahiliyah menjadi penerapan syariah kaffah. dan begitu pula yang seharusnya kita lakukan, perubahan taghyir agar Islam bisa diterapkan secara menyeluruh, tentu bukan dalam system kapitalisme tetapi dalam system Islam, khilafah.

Jangan lagi berharap pada demokrasi
Sudahlah tak syar’I hanya membuat sakit hati
Tidak akan membuat negeri ini jadi lebih baik lagi

Pare, 20 Februari 2018


No comments:

Post a Comment