Jam terakhir. Mencatat terjemah
lafdziyah surah Alinsyirah, yang selesai boleh pulang duluan. Dan mereka pun
berlomba untuk segera menyelesaikan, dan sesuai prediksi yang paling awal
selesai tepat di saat jam pulang. Satu per satu mengumpulkan, tinggal dua
siswa. Menunggu 15 menit tidak segera selesai, akhirnya berpesan agar setelah
selesai menulis dibawa ke kantor, dengan meyakinkan mereka menjawab “ Nggih
Bu”. 15 menit berlalu tidak kunjung juga
membawa catatan ke ruang guru, ngecek ke kelas, ternyata sudah menghilang.
He..he..gurune ditinggal mulih, PHP tenan. Omongane ga keno dicekel. Dan melaz
lagi, ini bukan kali pertama. Sudah pernah di PHP in sebelumnya.
Sebelumnya sempat ngobrol tentang
calon Bupati di suatu daerah yang juga ada hubungannya dengan pembina yayasan
sekolah. Mohon doa restu katanya. Lihat short videonya penasaran dengan partai
pendukungnya, lha dalah kok ngenes, didukung : PDIP, Gerindra, PAN, PKS dan
Golkar. Di pusat 5 partai tersebut bersebrangan jadi dua kubu, eee…di daerah lha kok selingkuh. Ga
ingat apa rusuh saat sidang DPR, olok-olok tiada henti dengan sebutan yang tak
enak didengar.
Tak perlu kecewa, memang begitu
tabiatnya. Politik dalam system demokrasi kapitalisme itu hanya manis di bibir,
sudah biasa mengumbar jambu alias janjimu busuk. Suara rakyat hanya diminta
saat pemilihan selebihnya habis manis sepah dibuang. Demokrasi yang berlindung
dibalik jargon suara mayoritas, kedaulatan di tangan rakyat hanya omong kosong
belaka, yang benar dari rakyat oleh rakyat untuk konglomerat. Dan tambah parah
lagi ketika berpikir politik dibawah bayang kapitalisme, standarnya bukan halal
haram tetapi segala upaya untuk mengantarkan pada tujuan. Tujuan itu adalah
menuju tampuk kekuasaan, dan ketika berkuasa hanya memikirkan kepentingan
golongan sendiri dan kepentingan para pemilik modal. Partai-partai tukang
selingkuh ini memang pandai jadi PHP.
Ketika mengemis suara,
harapan-harapan manis dilontarkan ketika berkuasa semua seolah tak pernah
terucapkan, Partai Pemberi Harapan Palsu. Dan parahnya terkadang banyak yang
amnesia. Tiap lima tahun berulang terus, terbuai dengan janji busuk, jadi
korban PHP secara sukarela. Berharap ada perubahan ketika terjadi pergantian
penguasa padahal sistemnya tetap, ya ibarat ngepel rumah tiap hari ketika hujan
dan bocor tanpa memperbaiki genting yang bocor, ibarat ganti sopir saja padahal
mobil sudah rusak, perubahan yang tidak sempurna.
Negeri ini butuh perubahan
taghyir perubahan menyeluruh, bukan perubahan islahiyah perubahana parsial.
Permasalahan di negeri ini menggurita dan sistemik, maka perlu perubahan total.
Perubahan sistemik. Sebagaimana perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah
sallallhu ‘alaihi wassalam. Tidak ada kompromi, perubahan yang dibawa
Rasulullah adalah perubahan menyeluruh, dari penerapan hukum jahiliyah menjadi
penerapan syariah kaffah. dan begitu pula yang seharusnya kita lakukan,
perubahan taghyir agar Islam bisa diterapkan secara menyeluruh, tentu bukan
dalam system kapitalisme tetapi dalam system Islam, khilafah.
Jangan lagi berharap pada
demokrasi
Sudahlah tak syar’I hanya membuat
sakit hati
Tidak akan membuat negeri ini jadi
lebih baik lagi
Pare, 20 Februari 2018
No comments:
Post a Comment