Awal Januari 2018 warga Menang
Pagu Kabupaten Kediri dikejutkan dengan penemuan mayat di salah satu halaman
masjid di desa tersebut. Lokasi pembuangan mayat seorang wanita berada di pinggir
jalan, bukan tempat yang sepi, meskipun diduga waktu pembuangan mayat
bertepatan dengan hujan deras, sehingga keadaan saat itu lengang dari orang
yang lalu lalang. Selanjutnya, belum ada satu bulan warga Kabupaten Kediri
kembali digegerkan dengan penemuan mayat di Kandat (24/01/2018). Mayat
ditemukan jauh dari permukiman. Keadaaan mayat tak dikenal lebih mengenaskan
lagi, mayat diduga dibakar dan beberapa bagian tubuhnya sengaja dirusak.
Indikasi bahwa mayat dibunuh dengan keji sangat terlihat. Tentu saja ini
mengundang keprihatinan yang sangat mendalam. Setidaknya dilihat dari dua
aspek, yaitu kejamnya pelaku pembunuhan dan pembuangan mayat tanpa memikirkan
aspek hak seseorang yang sudah meninggal. Mungkin dengan gampangnya bisa
disimpulkan, manusia hidup saja dibunuh sewenang-wenang maka wajar jika
mayatnya disia-siakan. Hilang sudah akal sehat dan rasa perikemanusiaan para
pelaku pembunuhan tersebut.
Mirisnya lagi, seringkali faktor
pemicu pembunuhan didominasi oleh hal sepele, rasa sakit hati, memang bisa
karena berbagai latar belakang. Sakit hati karena urusan harta hingga asmara.
Bukan perkara yang sangat penting, hanya karena emosi dan tersakiti akhirnya
membunuh dengan keji tanpa menggunakan akal sehat lagi. Membunuh seolah menjadi
solusi ketika masalah terjadi, ini adalah permasalahan individu, lemahnya iman
dan dangkalnya pemikiran menjadi penyebabnya. Dua hal tersebut tidak terjadi
begitu saja, ada proses yang membentuk seseorang menjadi sosok yang tidak
bervisi hingga ke akhirat, ini jelas terjadi karena apa yang menjadi standar
saat ini adalah pemikiran yang jauh dari agama. Agama dibatasi hanya di ranah
ibadah individu semata, agama ditinggalkan dalam aspek pengaturan hubungan
antar manusia, bermasyarakat, berbangsa hingga bernegara. Dengan kata lain,
pemikiran manusia Indonesia saat ini cenderung sekular. Beragama namun jauh
dari aturan agama, beragama namun tidak mau hidupnya diatur dengan aturan
agama.
Selain masalah individu, maraknya
pembunuhan seharusnya menjadikan kita bertanya-tanya terkait sistem sanksi di negeri ini. Semakin bertambahnya
kasus pembunuhan dan semakin kejinya cara membunuh membuktikan bahwa pelaku
tidak takut dengan sanksi yang akan diterima jika tertangkap. Pembunuhan baik
sengaja maupun tidak, berencana atau karena terpaksa harus disanksi dengan
hukuman yang memberikan efek jera, agar tidak terulang lagi, agar orang
berpikir untuk tidak dengan mudahnya menghilangkan nyawa orang lain. Sistem
sanksi di negeri ini belum terbukti efektif, akibatnya penjara banyak yang dihuni
melebihi daya tampung. Belum lagi atas nama HAM, hukuman mati masih mendapat
sorotan, sehingga paling berat hukuman adalah seumur hidup dan itupun
berpeluang akan mendapat jatah pengurangan masa hukuman.
Sebagai seorang muslim, harusnya
kita kembali merenung. Islam adalah agama mayoritas di Kediri, maka peluang
pelaku pembunuhan seorang muslim juga semakin besar, tidak perlu malu mengakui.
Maka dimanakah peran agama dalam kehidupan kita saat ini? Atau dimanakah peran lembaga
pendidikan keagamaan? Lebih jauh lagi, benarkah Islam bisa menjadi rahmatan lil
‘alamin? Menurut data BPS Kabupaten Kediri yang dirilis per 26 Januari 2015 di
Kapubaten Kediri terdapat 224 Madrasah Ibtidaiyah, 97 Madrasah Tsanawiyah dan 36
Madrasah Aliyah (kedirikab.bps.go.id). Juga terdapat 225 lembaga pesantren dengan
total santri 60.000 orang (jatim.kemenag.go.id, 2013). Jumlah lembaga
pendidikan berbasis agama yang luar biasa sangat banyak. Memang tidak semuanya
mengenyam pendidikan di madrasah atau pesantren, namun setidaknya mereka hidup di
tengah orang-orang yang telah mengenyam
pendidikan agama. Jika ilmu yang didapatkan di madrasah dan pesantren
benar-benar diamalkan akan menjadi bekal kehidupan yang lebih baik di tengah
masyarakat. Atau jika tidak demikian, jangan-jangan ilmu yang diajarkan di
institusi keagamaan belum mencakup seluruh ajaran Islam? Ini bisa juga terjadi,
karena lagi-lagi, pelaksanaan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kebijakan
penguasa yang memang tidak menjadikan syariat Islam sebagai pedoman. Keyakinan bahwa
Islam sebagai solusi atas seluruh permasalahan belum ada, dengan dalih
kesepakan para pendiri bangsa syariat Islam tidak mendapat tempat. Diambil
hanya dalam ranah ibadah individu saja. Atau jangan-jangan memang Islam sudah
disampaikan secara menyeluruh namun pada faktanya tidak bisa diterapkan secara
sempurna karena terbelenggu konsep jangan bawa-bawa agama?
Padahal Allah SWT sudah
mengabarkan dalam Alquran, umat Islam adalah umat terbaik, Islam adalah agama
sempurna, dan Islam akan menjadi rahmat untuk seluruh alam. Namun fakta
berbicara lain, berbagai masalah menimpa umat Islam, tidak hanya di Kediri
saja, namun hampir di seluruh penjuru dunia. Umat Islam belum bisa sepenuhnya
menjalankan kewajiban untuk mendedikasikan seluruh hidupnya semata untuk
beribadah kepada Allah, melakukan aktivitas semata untuk meraih gelar takwa.
Yang ada adalah umat Islam menjadi budak dunia, lalai dengan tujuan penciptaan
seorang hamba, tidak masuk Islam secara kaffah.
Ini masih di satu daerah di negeri
tercinta ini, bagaimana dengan daerah lain yang kasus-kasus kriminalitas
semakin meningkat? Oleh karena itu mari kita renungkan bersama salah satu
peringatan Allah SWT dalam surah Arruum ayat 41 yang artinya : Telah nampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). Jelas sekali, solusi atas kerusakan
di muka bumi ini adalah kembali ke jalan yang benar, yaitu Islam. Menjadikan
Islam sebagai pedoman dalam kehidupan, menaungi seluruh umat manusia tanpa
membedakan suku, ras dan agamanya. Hal ini tentu membutuhkan ilmu dan
keyakinan. Bekal ilmu agar mengetahui praktik penerapan syariat Islam dalam
kehidupan, bekal keyakinan bahwa dengan Islam semua masalah terselesaikan
karena Islam berasal dari Allah SWT Dzat
Yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk makhlukNya. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment