Wednesday 7 February 2018

Pembuangan Mayat di Kabupaten Kediri, Agama Tidak Dianggap Lagi?


Awal Januari 2018 warga Menang Pagu Kabupaten Kediri dikejutkan dengan penemuan mayat di salah satu halaman masjid di desa tersebut. Lokasi pembuangan mayat seorang wanita berada di pinggir jalan, bukan tempat yang sepi, meskipun diduga waktu pembuangan mayat bertepatan dengan hujan deras, sehingga keadaan saat itu lengang dari orang yang lalu lalang. Selanjutnya, belum ada satu bulan warga Kabupaten Kediri kembali digegerkan dengan penemuan mayat di Kandat (24/01/2018). Mayat ditemukan jauh dari permukiman. Keadaaan mayat tak dikenal lebih mengenaskan lagi, mayat diduga dibakar dan beberapa bagian tubuhnya sengaja dirusak. Indikasi bahwa mayat dibunuh dengan keji sangat terlihat. Tentu saja ini mengundang keprihatinan yang sangat mendalam. Setidaknya dilihat dari dua aspek, yaitu kejamnya pelaku pembunuhan dan pembuangan mayat tanpa memikirkan aspek hak seseorang yang sudah meninggal. Mungkin dengan gampangnya bisa disimpulkan, manusia hidup saja dibunuh sewenang-wenang maka wajar jika mayatnya disia-siakan. Hilang sudah akal sehat dan rasa perikemanusiaan para pelaku pembunuhan tersebut.

Mirisnya lagi, seringkali faktor pemicu pembunuhan didominasi oleh hal sepele, rasa sakit hati, memang bisa karena berbagai latar belakang. Sakit hati karena urusan harta hingga asmara. Bukan perkara yang sangat penting, hanya karena emosi dan tersakiti akhirnya membunuh dengan keji tanpa menggunakan akal sehat lagi. Membunuh seolah menjadi solusi ketika masalah terjadi, ini adalah permasalahan individu, lemahnya iman dan dangkalnya pemikiran menjadi penyebabnya. Dua hal tersebut tidak terjadi begitu saja, ada proses yang membentuk seseorang menjadi sosok yang tidak bervisi hingga ke akhirat, ini jelas terjadi karena apa yang menjadi standar saat ini adalah pemikiran yang jauh dari agama. Agama dibatasi hanya di ranah ibadah individu semata, agama ditinggalkan dalam aspek pengaturan hubungan antar manusia, bermasyarakat, berbangsa hingga bernegara. Dengan kata lain, pemikiran manusia Indonesia saat ini cenderung sekular. Beragama namun jauh dari aturan agama, beragama namun tidak mau hidupnya diatur dengan aturan agama.

Selain masalah individu, maraknya pembunuhan seharusnya menjadikan kita bertanya-tanya terkait sistem  sanksi di negeri ini. Semakin bertambahnya kasus pembunuhan dan semakin kejinya cara membunuh membuktikan bahwa pelaku tidak takut dengan sanksi yang akan diterima jika tertangkap. Pembunuhan baik sengaja maupun tidak, berencana atau karena terpaksa harus disanksi dengan hukuman yang memberikan efek jera, agar tidak terulang lagi, agar orang berpikir untuk tidak dengan mudahnya menghilangkan nyawa orang lain. Sistem sanksi di negeri ini belum terbukti efektif, akibatnya penjara banyak yang dihuni melebihi daya tampung. Belum lagi atas nama HAM, hukuman mati masih mendapat sorotan, sehingga paling berat hukuman adalah seumur hidup dan itupun berpeluang akan mendapat jatah pengurangan masa hukuman.

Sebagai seorang muslim, harusnya kita kembali merenung. Islam  adalah  agama mayoritas di Kediri, maka peluang pelaku pembunuhan seorang muslim juga semakin besar, tidak perlu malu mengakui. Maka dimanakah peran agama dalam kehidupan kita saat ini? Atau dimanakah peran lembaga pendidikan keagamaan? Lebih jauh lagi, benarkah Islam bisa menjadi rahmatan lil ‘alamin? Menurut data BPS Kabupaten Kediri yang dirilis per 26 Januari 2015 di Kapubaten Kediri terdapat 224 Madrasah Ibtidaiyah, 97 Madrasah Tsanawiyah dan 36 Madrasah Aliyah (kedirikab.bps.go.id). Juga terdapat 225 lembaga pesantren dengan total santri 60.000 orang (jatim.kemenag.go.id, 2013). Jumlah lembaga pendidikan berbasis agama yang luar biasa sangat banyak. Memang tidak semuanya mengenyam pendidikan di madrasah atau pesantren, namun setidaknya mereka hidup di tengah orang-orang  yang telah mengenyam pendidikan agama. Jika ilmu yang didapatkan di madrasah dan pesantren benar-benar diamalkan akan menjadi bekal kehidupan yang lebih baik di tengah masyarakat. Atau jika tidak demikian, jangan-jangan ilmu yang diajarkan di institusi keagamaan belum mencakup seluruh ajaran Islam? Ini bisa juga terjadi, karena lagi-lagi, pelaksanaan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kebijakan penguasa yang memang tidak menjadikan syariat Islam sebagai pedoman. Keyakinan bahwa Islam sebagai solusi atas seluruh permasalahan belum ada, dengan dalih kesepakan para pendiri bangsa syariat Islam tidak mendapat tempat. Diambil hanya dalam ranah ibadah individu saja. Atau jangan-jangan memang Islam sudah disampaikan secara menyeluruh namun pada faktanya tidak bisa diterapkan secara sempurna karena terbelenggu konsep jangan bawa-bawa agama?

Padahal Allah SWT sudah mengabarkan dalam Alquran, umat Islam adalah umat terbaik, Islam adalah agama sempurna, dan Islam akan menjadi rahmat untuk seluruh alam. Namun fakta berbicara lain, berbagai masalah menimpa umat Islam, tidak hanya di Kediri saja, namun hampir di seluruh penjuru dunia. Umat Islam belum bisa sepenuhnya menjalankan kewajiban untuk mendedikasikan seluruh hidupnya semata untuk beribadah kepada Allah, melakukan aktivitas semata untuk meraih gelar takwa. Yang ada adalah umat Islam menjadi budak dunia, lalai dengan tujuan penciptaan seorang hamba, tidak masuk Islam secara kaffah.
Ini masih di satu daerah di negeri tercinta ini, bagaimana dengan daerah lain yang kasus-kasus kriminalitas semakin meningkat? Oleh karena itu mari kita renungkan bersama salah satu peringatan Allah SWT dalam surah Arruum ayat 41 yang artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Jelas sekali, solusi atas kerusakan di muka bumi ini adalah kembali ke jalan yang benar, yaitu Islam. Menjadikan Islam sebagai pedoman dalam kehidupan, menaungi seluruh umat manusia tanpa membedakan suku, ras dan agamanya. Hal ini tentu membutuhkan ilmu dan keyakinan. Bekal ilmu agar mengetahui praktik penerapan syariat Islam dalam kehidupan, bekal keyakinan bahwa dengan Islam semua masalah terselesaikan karena Islam berasal dari Allah SWT  Dzat Yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk makhlukNya. Wallahu ‘alam.


No comments:

Post a Comment