Bapak Guru sedang membereskan alas duduk yang sebelumnya digunakan siswanya
Baru pertama kali mengantarkan murid ikut kompetisi di
Universitas Darul Ulum Jombang, tepatnya di Ruang Auditorium. Pelaksanaaan semifinal
Kompetisi Matematika Nalaria Realistik 13 yang berbeda dari tahun sebelumnya,
baik dari segi tempat maupun ruangan.
Alhamdulillah dari tiga gelombang, semua gelombang mengikuti
berarti dari tiap kelas ada yang lolos
ke babak semi final ini. Dari pagi sampai siang menjelang sore bisa menemani
sambil istirahat dan mengobrol dengan beberapa guru dan wali murid dari sekolah
dan berbagai daerah.
Juga menjumpai rombongan-rombongan dari sekolah-sekolah
lain. Ada yang diantar secara langsung oleh orang tua murid dan banyak pula yang diantar
para guru. Sayang beberapa foto yang terambil tidak tersimpan.
Di depan gerbang masjid UNDAR Jombang, berpapasan dengan Ibu Guru MIM 1 Pare, kresek besar di tangan, sepertinya kotak nasi :-)
Beberapa kali kagum dan tersenyum simpul, melihat para guru
menggiring siswanya. Mengumpulkan, mengarahkan, mencarikan tempat duduk ujian. Bahkan
ada guru yang membawakan perlengkapan muridnya. Ada yang membawakan tas, alas
duduk bahkan membawakan makanannya. Sungguh pelayanan total, pelayanan terbaik
untuk murid-muridnya. Entahlah, apakah mereka mendapat tunjangan tambahan dari
lembaga, mengingat saat itu adalah hari Ahad, bukan hari kerja. Namun, terlepas
dari itu semua, selama dilakukan dengan ikhlas tidak ada yang sia-sia, amal
sebijisawi pun akan dibalas oleh Allah, insya Allah beberapa yang saya
perhatikan mayoritas dari sekolah Islam (salah satu indikatornya siswa yang didampingi
menutup aurat).
Ini adalah kompetisi di luar kegiatan akademik formal di
sekolah, maka tak jarang bimbingan untuk kompetisi semacam ini juga dilakukan
di luar jam pelajaran, dan sekali lagi entahlah apakah bapak ibu guru yang membimbing
sebelum hari H juga mendapat tunjangan lebih, mengingat membimbing siswa untuk
kompetisi membutuhkan tenaga dan pikiran ekstra, he..he..anak SD tapi
makanannya materi SMP, gurunya pasti juga ekstra mengajarnya. Mau dibiarkan
belajar mandiri, saya yakin bukan tipe guru pembimbing kompetisi, gak tega,
meski tak banyak saya yakin para guru pasti membekali muridnya. Dan jika yang
melakukannya adalah guru non ASN, bisa
jadi imbalan yang diterima juga tidak seberapa.
Entahlah, di saat system yang diterapkan di negeri ini
berbasis kapitalisme, pendidikan bukanlah bidang yang mendapatkan kucuran dana
yang memadai, anggaran 20% APBN untuk pendidikan yang diamanahkan UU hanya
isapan jempol, karena pendidikan memang bukan lahan basah, mengucurkan dana
untuk pendidikan seolah tak ada manfaatnya, lebih menggiurkan pengalokasian
dana untuk infrastruktur.
Tulisan ini bukan dalam rangka mengeluh, hanya prihatin
dengan penghargaan yang diberikan kepada guru, ada banyak pengorbanan yang telah
diberikan, namun perlakuan terhadap para guru belum maksimal.
Secara pribadi, saya yang juga belajar jadi guru, berusaha
memberikan yang terbaik untuk siswa. Tidak semata mengejar harta, namun menjadi
guru adalah salah satu kesempatan untuk bisa memberikan ilmu dan selalu
berharap ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat yang pahalanya akan
terus mengalir meski nanti mati. Di sisi lain juga berusaha melakukan
perubahan, karena apa yang terjadi di dunia pendidikan salah satunya
permasalahan guru, adalah permasalahan sistemik. Negeri ini salah kelola,
negeri yang mayoritas beragama Islam ini belum bisa menjadi umat yang terbaik
sebagaimana dijanjikan Allah subhanahu wata’ala.
Di sekolah guru mengajarkan tentang potensi alam negeri ini
yang begitu melimpah, dan secara teori harusnya bisa dinikmati seluruh bangsa,
namun faktanya kekayaan alam negeri ini diserahkan swasta dan asing, negeri ini
dijajah secara ekonomi. Kebijakannya pun kapitalistis, pembangunan
infrastruktur sangat jauh menyentuh dunia pendidikan, yang ada adalah
pembangunan infrastruktur untuk menyukseskan penjajahan asing di negeri ini. Coba
kita pikirkan, untuk siapa jalan tol, bandara, pelabuhan, jalan lintas daerah
dibangun? Seberapa banyak pembangunan fasilitas peningkatan pendidikan?
Harus ada perubahan, saya muslim, saya yakin aturan Islam
adalah aturan terbaik, system Islam adalah system terbaik. Maka salah satu
usaha perubahan yang saya lakukan adalah menyampaikan pentingnya penerapan
Islam kaffah dalam naungan khilafah. Meski saat ini ada upaya untuk
mengkriminalisasi aktivitas mendakwahkan khilafah, langkah tidak akan surut
karena Khilafah adalah ajaran Islam, dan saya sebagai muslim bangga bicara
khilafah.
Nulis ini sambil mengingat beberapa hari yang lalu kena
palak dan membayar PKB di samsat, sambil menunggu panggilan mendengarkan
panggilan-panggilan lain.
“ Pak Mustakim Bulupasar Pagu tiga ratus empat puluh ribu”
“ Pak Imam Pelem Pare empat ratus ribu”
“ Pak Sugiono Tulungrejo Pare duajuta seratus ribu”
“ Bu Era Gadungan Puncu dua ratus lima puluh ribu”
Bla…bla…bla… jan akeh tenan duite, dengan mudahnya rakyat
dipalak. Tetapi kekayaan alam diberikan kepada asing. Utang semakin meningkat,
yang menikmati para konglomerat tapi yang dipalak seluruh rakyat.
Jujur saya tidak mau terus hidup dalam system seperti ini,
ini bisa diubah. Terus berusaha, memperbaiki diri sendiri, mengajak umat
menerapkan Islam kaffah, mengajak untuk memperjuangkan khilafah, system warisan
Rasulullah salallahu alaihi wassalam. Yang belum tahu tentang khilafah, yang
masih ragu dengan khilafah, yang masih salah paham dengan khilafah juga wajib mencari
tahu, menambah ilmu. Terus mengkaji Islam.
Entah kapan khilafah tegak, di saat nanti mati dan ditanya
malaikat semoga bisa menjawab ketika ditanya apa yang telah dilakukan untuk
agama Allah. Minimal sudah berusaha mempelajari dan menolong agama Allah dengan
berusaha menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan. Wallahu a’lam
Biar nyambung dengan judul, penutupnya kembali tentang guru:
Rangkaian kata di tulisan Mati Itu Pasti dalam
rangka mengenang jasa salah satu guru yang telah dahulu dipanggil yang kuasa :
Bukan guru biasa meski hanya pegawai swasta
Memberikan dedikasi terbaik demi para siswa
Mengantarkan siswa menjadi generasi mulia
Mencari bekal kehidupan di dunia yang fana
Mencari bekal amal di akhirat yang baka
Bukan sekedar mengejar materi semata
Namun mengabdi setulus jiwa
Meraih ridla Allah subhanahuwata’ala
Meski aral melintang di depan mata
Sedikit pun tak menyurutkan semangat dalam dada
Dan langkah itu pun akhirnya terhenti
Bukan karena putus asa yang mendera dalam diri
Namun kehidupan yang
harus diakhiri
Ketetapan yang memang tidak bisa dihindari
Karena Allah sudah menetapkan hidup berakhir setelah mati
Namun semua tidak berarti berakhir di sini
Akhirat yang kekal sudah menanti
Menunggu di alam barzah hingga kiamat nanti
Menunggu perhitungan amal di pengadilan sejati
Siapa pun tidak bisa membela diri
Hanya amal yang akan menjadi saksi
Apa saja yang sudah dilakukan akan diminta
pertanggungjawaban
Apa pun yang dikerjakan tak luput dari pengisaban
Semua akan mendapat balasan
Hanya surga dan neraka yang menjadi pilihan
Maka pastikan langkah kita selalu berada di jalan-Nya
Pare, 9 Februari 2018
Selamat Sore,
ReplyDeleteSalam hangat, kami adalah perusahaan yang bergerak di bidang IT Security System, serta Jasa Maintenance camera CCTV indoor/Outdoor yang berkantor di Jakarta.
Email: sales@hebros.co.id
https: www.hebros.co.id
https: pthebros.wordpress.com