Saturday 9 September 2017

Senyummu Menenangkanku

Habis gosok gigi di pinggir kali
Harusnya semua senyum sambil menunjukkan gigi

Di jalan depan rumah, bunyi mobil mengerem mendadak, diikuti bentakan orang di dalam mobil. Membentak pejalan kaki yang sepertinya memang kurang waspada. Ikut kaget juga, terutama dengan bentakan orang yang di dalam mobil, bukan membuat suasana tenang, malah membuat yang hampir tertabrak jadi salting.

Sepertinya bukan hanya sekali ini menemui orang yang hampir tabrakan berakhir dengan bentakan, makian atau sekadar pelototan mata.

Dan pernah juga hampir tertabrak atau menabrak. Jelas selalu kaget, jantung berdegup kencang. Tambah  keder lagi jika disertai dengan pelototan mata atau malah menyalahkan, apalagi kalo sebenarnya dalam posisi tidak salah, eee dibentak-bentak. Rasanya itu lho, bikin nyali ciut saja. Namun pernah juga hampir tabrakan tapi yang mau menabrak tersenyum dan bilang  : “ Ngapunten, maaf” . Alhamdulillah, minimal membuat hati tenang meski ndhredheg  puool. Dan itu pula yang terkadang saya lakukan ketika hampir tabrakan, terlepas siapa yang salah berusaha untuk mendahulukan senyum, jika kesalahan memang fatal biasanya hanya mengingatkan jangan membahayakan pengendara lain.

Begitulah, senyuman di saat keadaan tegang terkadang menjadi obat lara. Menenangkan jiwa. Adem, nyess. Tentu senyuman yang tulus, bukan senyuman atau malah tertawa tanpa makna, cuma pemanis saja, hambar.
Jangan sepelekan senyuman.

Engkau jangan menyepelekan  kebaikan sedikit pun, meski hanya sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.  (HR. Muslim).

Setiap  kebaikan  adalah shadaqah. Dan termasuk kebaikan jika engkau menemui saudaramu dengan wajah berseri, dan  jika engkau menuangkan air dari bejana milikmu pada bejana milik saudaramu. (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, ia berkata, “Hasan shahih”)

Senyummu di hadapan sahabatmu adalah shadaqah.  (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban, dalam Shahih-nya)

No comments:

Post a Comment