Monday 25 September 2017

Naungan Yang Dirindukan


Panas Luar Biasa Mengiringi Aksi Tolak Perppu No 2 Tahun 2017 tentang Ormas

Panas yang luar biasa di dunia belum seberapa jika dibanding dengan panas saat hari penghisaban, apalagi dibanding panasnya neraka.
Manusia pada hari kiamat akan berkeringat hingga mengalir di permukaan bumi setinggi tujuh puluh hasta dan akan meneggelamkan mereka sampai ke telinganya. (Mutafaq ‘alaih)
Hadits dari Abû Hurairah yang disepakati oleh al-Bukhâri dan Muslim, dari Nabi saw. beliau bersabda:
Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan- Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya; Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan Masjid; Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah kerena Allah; Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan yang cantik dan berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada Allah!”; Seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kanannya tidak mengetahuiapa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya.

Tugu Pahlawan Surabaya, 23 September 2017 (saat matahari melintas di garis khatulistiwa)
Jam di atas gedung kantor Gubernur Jatim terlihat jelas, menunjukkan pukul 08.00 WIB. Masih pagi, namun panas matahari sudah sangat menyengat. Beberapa saat kemudian pembawa acara membuka acara aksi damai Tolak Perppu No 2 Tahun 2017 tentang Ormas. Lantunan ayat Al Quran Surah Ali Imran 100-104 dan Annuur 55 ( jika tidak salah mengingat) mendinginkan suasana. Tergetar ketika mengingat Ali Imran 104, dakwah berjamaah sebuah kewajiban, namun salah satu ormas dakwah dibubarkan dengan semena-mena. Optimis saat mendengarkan Annur 55, janji Allah itu pasti. Kemenangan itu pasti akan tiba. Dilanjutkan dengan istigasah, entahlah rasa itu semakiin campur aduk. Tidak terima dengan perlakuan dzalim penguasa yang begitu semena-mena, namun tak pantas juga mengeluh apalagi menyerah, ketika terus melantunkan dzikir, semakin terasa manusia tidak ada apa-apanya, manusia lemah sedang Allah maha segalanya. Allah Maha Kuat, Allah Maha Kuasa.
Disusul dengan tausiyah dari banyak ulama, tidak semua tausiyah terdengar jelas, terkadang hanya sayup-sayup, gangguan sound system, namun tetap berharap mendapat berkah berada dalam majelis yang dihadiri para ulama yang mulia, orang-orang alim yang terbiasa taqarub kepada Allah SWT, setidaknya kami bersama dengan orang-orang yang wara’, orang yang mencintai Allah dan RasulNya, dan semoga kelak diakhirat dikumpulkan bersama mereka.
Semua sepakat bahwa kebijakan pemerintah mengeluarkan Perppu No 2 Tahun 2017 tentang Ormas adalah kedzaliman, sebuah upaya untuk membungkam aktivitas dakwah, membungkan kritik membangun, membungkam kebenaran. Di saat kebebasan begitu diagungkan, bahkan penerus komunisme semakin lantang bersuara, sungguh ironi ormas Islam yang tidak terbukti membahayakan negeri, tidak terbukti menciptakan gangguan, tidak terbukti merugikan apalagi terlibat dalam korupsi secara sepihak dibubarkan, tanpa ada putusan pengadilan. Kebijakan yang otoriter.
Salah satu ulama dalam tausiyahnya juga menegaskan, bahwa aksi damai ini bukan aksi bayaran, bukan aksi demi materi, tetapi aksi murni mengingatkan penguasa agar tidak dzalim, agar tidak menyesal di akhirat kelak.
Di sela tausiyah beberpa kali arroyah hitam besar melintas, bendera besar bertuliskan kalimat syahadat. Beberapa saat berada dalam naungan kain besar itu. Air mata menitik, akankan kelak mendapatkan naungan dari Allah, akankah kelak mendapat syafaat Rasulullah? Pantaskah menerima naungan jika syariat saja diabaikan?
Acara ditutup dengan doa, beberapa saat sempat menoleh ke arah panggung orasi, doanya “nggladrah” banyak sekali yang didoakan dan dimintakan kepada Allah, jelas redaksi kalimatnya tersusun sendiri, dan doa dilantunkan tanpa membaca teks. Hanya terbersit : “ Enaknya bisa bahasa Arab, bisa menyusun redaksi doa sesuai dengan keinginan, meski boleh tidak bahasa Arab, namun akan terasa syahdu ketika terucap dalam bahasa Arab, bahasa Islam). Memang ulama yang luar biasa, doanya tidak semata mendoakan diri sendiri tetapi mendoakan semua umat Islam dalam berbagai urusan.
Dan panas itu semakin menyengat, biarlah. Mungkin kulit akan semakin gosong. Namun setidaknya kelak akan menjadi saksi, bahwa kami benar-benar beraksi demi mencegah semakin dzalimnya penguasa. Kami tidak berdiam diri, kami tidak egois hanya mengurus kepentingan duniawi. Semoga aksi penolakan Perppu ormas bisa mengetuk hati penguasa. Bisa mengetuk anggota DPR bahwa perppu tersebut layak dicabut, bahwa perppu tersebut tidak layak disahkan. Jika penguasa nekat dengan kedzaliman, kelak naungan di saat tidak ada naungan selain dari Allah tidak akan mereka dapatkan. Naudzubillah mindzalik
Pare, 24 September 2017

No comments:

Post a Comment