Berita terakhir yang semakin
melambungkan Kampung Inggris Pare adalah ditangkapnya terduga teroris di Jl.
Asparaga Tulungrejo Pare [13/032017]. Saya pribadi tidak terlalu percaya dengan
kinerja Densus dalam hal penangkapan dan penanganan kasus terorisme di
Indonesia. Terorisme bermakna melakukan tindakan criminal yang melanggar hukum syara
‘ jelas tidak boleh dibiarkan, namun ketika terorisme sudah dilekatkan pada
agama tertentu dan selalu yang menjadi sasaran adalah umat tertentu harus dipikirkan
lagi. Untuk kepentingan siapa sebenarnya detasemen khusus yang lebih sering
menembak mati orang yang belum tentu bersalah ? Mengapa selalu saja alasannya
sama ketika berakhir dengan tewasnya terduga teroris ? Membahayakan. Dan jika
tidak ditembak mati dan ditangkap
hidup-hidup namun ada yang disiksa sampai mati seperti kasus Siyono. Terduga
teroris juga manusia, punya akal dan perasaan, saya yakin masih ada jalan untuk
menyadarkan pemikiran yang salah yang menjadi latar belakang tindakan mereka.
Kembali pada penangkapan terduga
teroris di Pare. Daerah yang terkenal dengan Kampung Inggris memang sangat
banyak pendatangnya. Maka wajar jika yang datang ke Pare mempunyai alasan yang
beragam. Benar-benar menuntut ilmu, sekadar ingin tahu, mencoba mencari nafkah
adalah contoh alasan yang tidak terlarang. Namun tidak hanya kebaikan saja yang
datang ke Pare, orang-orang dengan motif
iseng bahkan jahat pun juga memanfaatkan kondisi Pare.
Datang bersama pacar, hamil di
luar nikah meninggalkan anak di Pare juga ada
Datang dan pacaran dengan sesama pendatang,
menghamili banyak pendatang juga ada
Datang dan pacaran dengan
penduduk setempat, menghamili kemudian menghilang juga ada
Sengaja kursus dan tinggal satu
kos dengan bendahara di kelasnya untuk mencuri uang yang dibawa bendahara. Terus
berpindah kos dan kursus, modus untuk mengenal dengan membidik orang-orang yang
membawa uang.
Datang membawa kebiasaan buruk sangat
banyak.
Adanya Kampung Inggris di Pare
adalah sebuah keuntungan juga sekaligus sebuah ujian. Jika dibiarkan tanpa ada
kepedulian dari masyarakat dan pemerintah setempat maka akan semakin membuat
kerusakan. Pembangunan yang tidak terkontrol, hanya mengejar materi akan
merusak tata ruang wilayah, pembiaran terhadap system social kemasyarakatan
akan mengantarkan pada kehancuran moral. Ini adalah resiko sebuah daerah yang
menjadi tujuan para pendatang, dengan mobilitas tinggi.
Butuh kepedulian dari semua pihak.
Tidak semata melihat peluang secara materi, tetapi juga mengantisipasi
kemungkinan buruk.
Insya Allah bersambung
Pare, 15 Maret 2017
No comments:
Post a Comment