Foto tahun 2012 : Juara 1 pidato Bahasa Arab- Bahasa Inggris Kec Pare
(Murid terus menuju langit, guru tetap ada di bumi, masih menjadi guru, ada yang sudah almarhum)
Tulisan dikirim ke Lomba Menulis untuk Guru : Guru Bermutu
Menginspirasi Sepanjang Waktu ( Indonesia Bermutu, 2015)
Dahulu ketika masih kecil, ketika
ditanya apa cita-cita kita mungkin tidak semuanya menjawab menjadi guru. Namun
apapun jawaban kita dahulu, faktanya saat ini kita adalah seorang guru.
Mengajar dan mendidik siswa menjadi kegiatan utama kita. Dengan penuh keyakinan
mengabdikan diri untuk masa depan cerah negeri ini. Mendedikasikan seluruh
tenaga, waktu, kemampuan dan seluruh ilmu untuk mencerdaskan anak bangsa.
Akan tetapi, apapun cita-cita masa
kecil dahulu tidak akan menghentikan langkah kaki untuk terus menjadi yang
terbaik. Dan menemani siswa menjadi generasi terbaik pula.
Raihlah Cita-cita Setinggi Langit !
Raihlah
cita-citamu setinggi langit ! Sepenggal kata mutiara untuk terus memotivasi
setiap insan, terus berusaha mengejar cita-cita yang diinginkan. Cita-cita
meski setinggi langit, selama ada kemauan dan usaha akan sangat berpeluang
terwujud.
Sungguh
suasana yang mengharukan ketika siswa kita menyampaikan cita-cita mereka. Ada
yang menjawab ingin menjadi guru, menjadi dokter, menjadi tentara, menjadi
arsitek, menjadi pasukan pemadam kebakaran dan lain sebagainya. Semuanya
menyampaikan cita-cita mulianya, tidak ada satupun yang menginginkan menjadi
orang yang tak berguna. Tidak ada yang bercita-cita menjadi pencuri, perampok,
pembunuh bayaran, koruptor dan pekerjaan hina lainnya. Ya, semuanya ingin
menjadi yang terbaik meski faktanya saat mereka menuntut ilmu mereka menjadi
anak istimewa yang terkadang malas mengerjakan tugas dan tak jarang membolos
tanpa alasan yang jelas. Tetap saja, mereka ingin menjadi yang terbaik.
Akan
tetapi meraih cita-cita tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Membutuhkan
keseriusan dan kejelasan jalan yang akan ditapaki. Mewujudkan cita-cita tak
selamanya berjalan tanpa hambatan. Membutuhkan keseriusan dan bimbingan.
Dan
sebagai guru, tak pernah sedikitpun ada keinginginan untuk membendung cita-cita
siswanya. Guru pasti akan mendukung cita-cita mulia setiap muridnya. Bukan
sebagai pelampiasan karena dahulu tidak berhasilkan merealisasikan cita-cita,
tetapi sebagi kewajiban memberikan arahan terbaik untuk siswa. Guru akan terus
memotivasi siswanya untuk mengejar cita-cita mereka meski setinggi langit pun.
Jalan Menanjak Menapaki Tangga Menuju Cita-cita
Mencerdaskan
siswa, menjadikan siswa sebagai generasi terbaik yang berguna bagi agama,
bangsa dan Negara adalah sebagian dari idealisme seorang guru. Sebuah idealisme
yang tak mudah diwujudkan. Terutama de tengah tantangan jaman dan keterbatasan
fasilitas pendidikan. Tak bisa dipungkiri, masih saja ada sekolah yang menghadapi
berbagai kendala. Guru berjuang dengan keterbatasan dimana-mana.
Ada
sekolah yang inputnya siswa berkemampuan seadanya, bahkan “buangan” dari
sekolah-sekolah favorit. Di sekolah seperti ini perjuangan guru akan lebih
berat jika dibandingkan dengan sekolah yang siswanya adalah pilihan, masuk
dengan saringan tingkat kemampuan tertentu. Mengantarkan siswa dengan kemampuan
rendah menggapai cita-cita mereka tentu tidak mudah. Namun, sebagai guru harus
tetap mempunyai keyakinan, tetap optimis, tanpa putus asa mendidik siswa.
Selama mereka adalah manusia dengan kemampuan normal, bukan anak berkebutuhan
khusus, pasti ada jalan untuk membuat mereka menjadi yang terbaik. Di sinilah
perjuangan dan pengorbanan guru dibutuhkan, mengubah stigma “garbage in garbage
out”. Bagaimana pun latar belakang input siswa, selama mereka manusia yang
berakal pasti ada peluang membuat mereka paham dan bisa menyerap materi
pelajaran. Memang membutuhkan energi lebih jika dibandingkan dengan mengajar
siswa pintar. Jadi ketika ada guru yang berhasil mengantarkan anak didiknya
meraih hasil yang terbaik padahal “modal” inputnya hanya pas-pasan, sungguh
perjuangan yang luar biasa. Setidaknya satu tangga menuju cita-cita telah
terlewati.
Adakalanya,
guru mengajar di sekolah dengan fasilitas dan sarana terbatas. Sudahlah bantuan
negara tidak optimal diberikan, orang tua pun kadang tak peduli dengan
pendidikan. Jadilah guru harus berjuang ekstra. Dengan capaian kurikulum yang
sama namun fasilitas tak sama kadang akan berpengaruh pada proses belajar
mengajar. Sekolah dengan fasilitas lengkap, bersih dan aman adalah harapan
setiap siswa dan guru. Dengan begitu proses belajar mengajar tidak akan banyak
menghadapi kendala. Namun sebaliknya, sekolah dengan fasilitas serba kurang,
gedung yang tak layak bukanlah kondisi yang diharapkan. Akan tetapi ketika
memang kondisi itu terjadi, tetap saja seorang guru tidak akan berputus asa.
Berusaha melakukan perbaikan dengan berkomunikasi dengan pejabat setempat, juga
terus semangat mengajar. Tak sedikit pun terbersit tak memberi ilmu meski
sarana tak mendukung. Dari sinilah akan lahir guru-guru tangguh, kreatif dan
mempunyai daya juang tinggi. Keadaan menempa guru untuk tetap memberikan yang
terbaik bagi siswanya. Dan guru-guru yang berjuang dengan keterbatas fasilitas
adalah guru yang luar biasa, tidak menyerah meski banyak aral menghadang
langkah.
Dan
masih banyak lagi hambatan dan ujian dalam rangka mendampingi siswa menapaki
tangga cita-cita setinggi langit, apapun kendalanya perjuangan dan pengorbanan
guru mutlak diperlukan.
Ketika Mereka Sukses Meraih Cita-cita
Dan
ada saatnya nanti siswa akan sukses mewujudkan cita-cita. Lulus SD, SMP, SMA
dan terus menuntut ilmu, terus belajar menempa diri dalam kehidupan. Terus
berusaha meraih asa. Tak sedikit yang mempunyai prestasi yang luar biasa, tak
sedikit yang menjadi orang hebat. Dan guru masih menjadi guru. Masih tetap
setia dengan amanah di pundak. Siap mengantarkan siswa berikutnya untuk
menyongsong cita-cita mereka. Kembali mengulang langkah perjuangan. Mengambil
hikmah ketika kegagalan menyapa, tak berjumawa ketika kesuksesan di depan mata.
Ketika
siswa sukses meraih cita-cita, tak ada sedikitpun pikiran untuk meminta mereka
mengingat jasa guru. Tak ada niatan untuk meminta balasan. Tetap mendoakan agar
mereka menjadi lebih baik lagi, tetap menyimpan rasa bangga. Juga tidak ada
rasa dengki mengapa mereka bisa mengejar cita-cita sampai ke langit akan tetapi
guru masih tetap menginjakkan kaki di bumi.
Dan
guru tidak berhenti mengantarkan satu, dua, tiga siswa saja. Puluhan, ratusan
bahkan ribuan siswa lain untuk meraih cita-cita mereka. Dan ketika lagi-lagi
siswa meraih kesuksesan, guru kembali bersyukur. Bukan materi yang diminta,
tetapi tetap ikhlas menunggu balasan pahala yang mengalir dari amalan ilmu yang
bermanfaat. Tidak menyesal dengan seluruh pengorbanan karena kelak Allah SWT
akan membalas sekecil apapun amal yang telah dilakukan.
Guru, Tetap Bertahan Meski Ujian Menerpa
Terkadang
tak semua berjalan sesuai keinginan. Bagaimana pun guru juga manusia biasa
tempat salah dan khilaf. Kecewa ketika kenyataan tak sesuai harapan, sedih
ketika ujian mendera. Tak semua siswa rajin belajar, tak semua siswa sukses, dan
ada saja yang memilih jalan yang jauh dari kebaikan. Tidak hanya itu, terkadang
kesolidan tim guru diuji. Keberhasilan siswa bukanlah keberhasilan satu guru
saja, namun keberhasilan semua guru yang terlibat dalam pembelajaran. Mulai
dari jenjang yang paling rendah hingga jenjang tertinggi, juga guru untuk
setiap pelajaran. Semua bahu-membahu mengantarkan seluruh siswa menuju hasil
yang terbaik.
Oleh
karena, guru harus terus mengingat tugas mulianya, pantang menyerah dengan
semua hambatan yang mendera. Meluruskan niat dan meningkatkan kemampuan, agar
guru bias mencetak generasi mulia berprestasi dan juga guru bisa menjadi
sosok yang layak diteladani. Memang
bukan perjuangan yang mudah, namun akan selalu ada jalan bagi orang-orang yang
optimis dan selalu ada jalan bagi orang-orang yang serius mewujudkan keinginan
mulia. Insya Allah pada saatnya nanti perjuangan, pengorbanan dan kesungguhan
akan berbuah manis.
Matematika Menjadi Biasa
Secercah
harapan pasti ada meski di tengah gelap gulita. Seperti itulah awal mengajar
matematika. Pelajaran yang menjadi momok bagi siswa, menganggap matematika
pelajaran yang sulit dan membingungkan, terutama bagi siswa dengan kemampuan
yang pas-pasan. Maka wajar jika jarang mendapat perhatian. Tak dilirik ketika
disandingkan dengan pelajaran menggambar bebas atau pelajaran olahraga yang
begitu menyenangkan. Dan tak mengherankan prestasi akademik di bidang
matematika pun tak pernah ditorehkan.
Sekali,
dua kali mengirim siswa dalam olimpiade matematika hampir tak ada hasil. Selalu kandas di babak penyisihan.
Namun, sudah seharusnya kegagalan menjadi pelajaran, tidak berhenti untuk
mencari pengalaman. Kembali mengevaluasi cara membimbing siswa, memperbaiki kualitas
mengajar. Agar siswa paham dan menjadikan matematika sebagai pelajaran yang
mudah dan menyenangkan.
Guru
tidak malu untuk terus berguru dan bertanya kepada guru lain yang telah
berpengalaman. Sabar menjalani proses pembelajaran meski membutuhkan waktu yang
tidak sebentar, meski hasil terkadang jauh di mata. Alhamdulillah, dengan
pengalaman yang ada disertai dengan usaha seberkas sinar terang mulai nampak.
Siswa mulai tertarik dan menyukai matematika. Kompetisi di bidang matematika
sudah menjadi hal biasa, soal sederhana hingga soal sulit menjadi makanan
sehari-hari. Dan akhirnya prestasi itu di genggaman tangan.
Tahun
2015, setelah sepuluh tahun mengajarkan matematika akhirnya bisa menuju ibu
kota Indonesia. Bukan semata untuk berjalan-jalan saja, namun mengikuti
kompetisi di bidang matematika dan studi Islam.
Mengunjungi
ibu kota bagi siswa di desa adalah pengalaman yang istimewa. Mengunjungi kota
besar setelah sekian lama hanya menikmati suasana kampung. Terpana dengan
gedung yang menjulang, fasilitas yang lengkap dan canggih. Terheran-heran
melihat mesin otomatis yang mengeluarkan botol minuman di stasiun kereta api,
terheran-heran dengan stasiun besar yang selalu ramai dengan penumpang. Dan
sungguh pengalaman yang luar biasa ketika bersama para finalis pilihan dari
seluruh penjuru nusantara. Ya, begitu bersyukur dan bangga menjadi peserta dari
daerah yang berhasil berjuang menuju final di ibu kota. Apalagi untuk mengikuti
kompetisi matematika yang sebelumnya menjadi pelajaran yang begitu mengerikan
untuk siswa di sekolah biasa. Alhamdulillah.
Tak Berhenti di Prestasi Akademik
Semua
siswa istimewa, sebuah keyakinan yang akan memotivasi untuk tetap percaya
dengan kemampuan yang dimiliki setiap siswa. Memang tak semua siswa berprestasi
di bidang akademik, maka di sinilah diperlukan kejelian seorang guru,
mendampingi siswa meraih prestasi di bidang yang diminati. Tetap sabar
menemukaan kelebihan seorang siswa agar bisa mengasahnya, menyemangati siswa
bahwa mereka bisa memberikan hasil yang terbaik.
Memanfaatkan
ekstrakurikuler sebagai ajang mengasah prestasi. Menekuni bidang yang diminati
dan disukai. Terus berlatih dan tak lelah mengikuti kompetisi untuk menguji
kemampaun dan menambah pengalaman. Ada banyak ekstrakurikuler yang bisa
dijadikan pilihan. Akan lebih baik lagi jika fokus dalam satu atau dua bidang
saja. Menjadikan sekolah mempunyai ikon yang khas. Sekolah yang selalu juara
lomba UKS, sekolah yang selalu juara dalam setiap Jambore Pramuka, sekolah yang
selalu juara pidato, sekolah yang selalu juara menyanyi, sekolah yang kreatif
mendaur ulang, dan lain sebagainya. Karena memang tak semua semua mempunyai
kelebihan di bidang akademik, akan tetapi dengan kesabaran menekuni dan
membiasakan dengan sebuah keterampilan tak mustahil prestasi akan bisa
ditorehkan.
Demikianlah,
guru akan selalu menemani siswanya mewujudkan cita-citanya, meski ke langit
tertinggi pun. Guru akan terus berusaha mendampingi siswanya menapaki tangga,
dengan harapan, mereka menjadi manusia yang berguna bagi agama, bangsa dan
negara. Demi masa depan cerah di dunia dan akhirat.