Suasana dakwah yang semakin menggelora nampaknya
semakin membuat gerah para penentang dakwah. Berbagai dalih dikeluarkan untuk
mencegah masifnya dakwah. Salah satunya adalah kritikan pada pelibatan anak dalam
aksi dakwah. Namun ada pula yang membela bahwa anak pun berhak berada di muka
umum untuk menyampaikan pendapat. Sebagai muslim tentu tidak akan terpengaruh
dengan opini murahan dalam rangka menghentikan dakwah. Melibatkan anak dalam
dakwah berjamaah sudah dilakukan Rasulullah saw jauh hari.
Di awal dakwahnya, Rasulullah saw mengajak
orang-orang telah siap menerima
dakwahnya tanpa melihat
usia, kedudukan, jenis kelamin, dan asal usulnya. Beliau tidak
pernah memilih-milih orang yang akan diseru kepada Islam, beliau mengajak semua
umat manusia, menuntut kesiapan mereka untuk menerima Islam. Banyak
yang masuk Islam. Beliau sangat bersemangat membina semua orang yang
memeluk Islam dengan hukum-hukum agama dan meminta mereka untuk menghapalkan
al-Quran.
Rasulullah saw membina dan mengorganisir para
sahabat. Tidak sedikit di antara mereka yang masih berusia belasan tahun. ‘Ali
bin Abi Thalib 8 tahun, Zubair binal-Awwam 8 tahun, Thalhah bin ‘Ubaidillah 11
tahun, Arqam bin Abi al-Arqam 12 tahun,
‘Abdullah bin Mas’ud 14 tahun, Sa’ad bin Abi Waqash 17 tahun, Mas’ud bin
Rabi’ah 17 tahun dan masih banyak lagi para sahabat yang berusia di bawah 18
tahun, yang jika berdasar UU Perlindungan Anak masih terkategori sebagai anak.
Dengan fakta ini, akankah kita menuduh Rasulullah telah abai dengan hak anak
dan telah mengeksplotasi anak?
Setelah tiga tahun membina para sahabat,
Rasullullah yakin sahabat sudah matang, ‘aqliyah islamiyah dan nafsiyah
islamiyah telah terbentuk. Kemudian turunlah Surah Al Hijr ayat 94 : Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah kamu dariorang-orang yang musyrik. Dan para sahabat
yang di antaranya anak-anak pun siap keluar dalam dua barisan menyampaikan
Islam secara terbuka di sekitar Ka’bah.
No comments:
Post a Comment