Terkadang pengemban dakwah merasa bingung ketika hendak
memulai dakwah. Halyang wajar, namun jika dibiarkan bisa jadi akan berakhir
pada kejumudan. Tak perlu gundah, kita punya teladan terbaik, Rasulullah saw.
Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama kali, beliau mengajak Khadijah ra.
Masuk Islam, kemudian sepupunya Ali bin
Abi Thalib, pelayannya , Zaid. Berlanjut pada sahabat terdekat, Abu Bakar. Abu Bakar pun mengajak para sahabatnya, Utsman
bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash dan
Thalhah bin Ubaidillah. Setelah itu, susul-menyusul orang-orang di Makkah
memeluk Islam. Dakwah terus bergulir, Rasulullah tanpa lelah berkeliling dari satu
rumah ke rumah, memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyampaikan dan mengajak orang lain masuk
Islam.
Tidak hanya mengajak masuk Islam, Rasulullah juga
membina orang-orang yang masuk Islam, bersama melaksanakan salat meski
sembunyi-sembunyi. Semua bertujuan untuk menguatkan dan membentuk suasana berjamaah.
Rasulullah menggembleng para sahabat dengan pemikiran Islam, hingga saat Allah
memerintahkan untuk menyeru manusia secara langsung, berbekal iman yang kuat
siap menghadapi semua resiko dakwah.
Demikianlah awal dakwah Rasulullah. Beliau menyeru yang
ada di sekitarnya terlebih dahulu, memanfaatkan hubungan dekat dan komunitas, memanfaatkan
setiap kesempatan bertemu dengan orang lain. Begitu pula dengan kita. Memulai
dakwah dengan mengajak orang terdekat kita, keluarga, kerabat dan sahabat.
Juga berinteraksi dengan orang yang
sering bertemu baik di lingkungan tempat tinggal hingga lingkungan kerja. Mendakwahi
semua orang yang kita jumpai. Maka tidak ada lagi alasan untuk bingung memulai
langkah dakwah, kita manusia dan pasti hidup di tengah manusia lainnya, dan
semua manusia berpeluang untuk menerima dakwah kita. Dengan motivasi ruhiyah,
bahwa dakwah adalah kewajiban, apapun hasilnya dan resikonya, dakwah akan terus
dilaksanakan. Hingga kematian yang menghentikan
No comments:
Post a Comment