Monday, 25 November 2019

Sepurane Aku Gak Bakal Mundur Masio Alon-alon



Dua kali naik bis yang terakhir, ditemani lagu ini. Terakhir live, si mas pengamen suaranya lumayan. Naik bis jika ada pilihan jarang milih bagian tengah, tempat strategis mangkalnya pengamen, yang jarang naik bis bisa jadi ga tau pola ini, masuk akal sih, nyari tempat yang menjangkau depan dan belakang. Iya kalau suaranya enak didengar, atau pas ga lagi pusing tujuh keliling tidak masalah. Jika tidak, serasa gangguan yang luar biasa (semoga bisa jadi pertimbangan buat pengamen ). Suaramu yang tak merdu menyanyikan lagu picisan menyayat hatiku.

Mundur Alon-lon

Aku ngalah dudu mergo aku wis ra sayang
Aku mundur dudu mergo tresnoku wis ilang
Nanging aku iki ngerteni yen dirimu lebih sayang arek kae
Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo
Mung digoleki pas atimu perih
Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo
Mung dibutuhno pas atimu loro
Aku ngalah dudu mergo aku wis ra sayang
Aku mundur dudu mergo tresnoku wis ilang
Nanging aku iki ngerteni yen dirimu lebih sayang arek kae
Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo
Mung digoleki pas atimu perih
Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo
Mung dibutuhno pas atimu loro
Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo
Mung digoleki pas atimu perih
Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo
Mung dibutuhno pas atimu loro
Sumber: Musixmatch
Penulis lagu: ilux / huda


Akhirnya kepo juga, akhirnya nyari juga liriknya. Maafkan kalau diri ini slow respon meski sudah beberapa kali ada yang sering menyinggung tentang mundur alon-alon. Baru nyambung, ini to yang sering dinyanyikan kebanyakan orang.

Sebelum membahas tentang mundur alon-alon, satu pelajaran yang bisa diambil, sesuatu yang diulang-ulang pada akhirnya akan membuat penasaran, jadi ulang-ulang saja meski terkadang tak banyak yang mempedulikan. Apalagi untuk sebuah kebaikan, jangan bosan untuk terus mengulang, terus sampaikan. Hingga pada akhirnya banyak yang penasaran, mencari tahu, hingga sadar pentingnya kebaikan tersebut.

Kembali pada lagu Mundur Alon-alon, seperti biasa jika dari isinya sama sekali tak sepakat. Tentang interaksi pria dan wanita yang tak syar’i ya memang harus diakhiri. Apalagi jika terjadi seperti yang ada dalam lagu, Cuma buat ban serep saja, sudahlah tak halal disakiti lagi, aduh gak enak banget lah. Menurut saya, terkategori lagu cengeng lebay, gitu saja kok jadi pikiran. Hidup ini ga hanya tentang aku, kamu dan dia. Hidup ini tentang kita semua dan mereka semua. ada banyak masalah yang harus dipikirkan, ada banyak hal yang harus diselesaikan, ada banyak bekal yang harus dipersiapkan, demi kehidupan abadi di akhirat.

Tentang judul tulisan ini, Sepurane Aku Gak Bakal Mundur Masio Alon-alon, tentang sebuah komitmen yang tak akan diakhiri hanya karena desakan, cibiran, dan gangguan dari orang lain. Yaitu, dakwah menyampaikan penerapan syariat kaffah di bawah naungan khilafah.

Dakwah yang terus mendapat sorotan terutama dari rezim, terus berupaya menyasar para aktivis dan ide yang diembannya. Buku agama dirombak, khilafah tetap diakui sebagai bagian dari sejarah, namun sekadar sejarah yang divonis tak layak untuk diterapkan di negeri mayoritas muslim ini. Narasi radikalisme terus didengungkan. Opini negative seputar khilafah, bahaya orang-rang yang menyampaikan khilafah terus saja diboomingkan. Semua menteri, semua pejabat, semuanya diminta mewaspadai khilafah, mencapnya sebagai ide radikal yang hendak menghancurkan Indonesia. Harus disadari ini hanyalah narasi ilusi, tidak ada realitasnya. Jelas bukan khilafah yang membahayakan, namun perilaku penguasa yang berkolaborasi dengan pengusaha pemilik modal yang mendapat perlindungan dari aparat keamanan dan didukung kepentingan asing dan para komprador, disukseskan para penjilat dan warga yang tak mengerti apa-apa namun disupport dana yang luar biasa banyaknya. Narasi yang sejatinya digunakan untuk menutupi kegagalan rezim dalam merealisasikan janjinya, menutupi kebobrokan hasil penerpan system kapitalisme. Bukan dakwah khilafah yang membahayakan Indonesia, namun perilaku korup politisi, dzalimnya kebijakan penguasa yang tunduk pada kepentingan asing, tunduk pada arahan pemberi utang. Yang bahaya dan harus di waspadai itu rusaknya moral akibat gaya hidup liberal yang merusak bumi dan seisinya, bukan para pengemban dakwah yang mengajak untuk menerapkan syariat terbaik dari Allah.

Tekanan pun tak henti dilakukan. Persekusi hingga kedzaliman di luar nalar akal sehat menjadi langkah rendahan yang diambil rezim. Tujuannya satu, membuat para pengemban dakwah khilafah menyerah, atau minimal mundur pelan-pelan. Tapi maaf, dakwah khilafah tidak akan mundur meski selangkah. Mendakwahkan khilafah adalah kewajiban dari Allah, meneladani Rasulullah, aktivitas mulia. Dan jika tekanan itu terus diberikan, ada Allah yang akan menjaga, ada Allah Yang Maha Membalas semua perbuatan. Kebaikan akan dibalas, maka penghalang khilafah pun akan dibalas.

Tak ada kata menyerah atau bahkan sekadar mundur pelan-pelan dalam dakwah menyampaikan khilafah, yang ada adalah terus menambah semangat. Jadi percuma menghalangi dakwah khilafah, pasti gagal. Maka pilih jadi pendukung saja, jelas hasilnya. Islam pasti menang, khilafah pasti tegak.


Pare, 25 November 2019

Penyesatan Ajaran Islam Melalui Perombakan Buku Agama



Kementerian Agama mulai meluncurkan langkah yang kontroversial, salah satunya adalah rencana perombakan 155 buku agama yang memiliki konten materi khilafah. Tanpa basa-basi buku yang disasar untuk dirombak adalah buku agama Islam,  dengan jelas kemenag menyatakan bahwa buku agama yang selama bertahun-tahun telah diajarkan sebagai materi yang tak layak disampaikan. Padahal buku agama yang telah lama beredar juga merupakan buku yang sesuai kurikulum yang dibuat oleh pemerintah. Maka secara tidak langsung kementerian agama saat ini telah menyalahkan kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Dan lebih jauh lagi, semua buku agama yang dibuat adalah buku yang telah disusun berdasarkan sumber kitab yang dikarang para ulama terdahulu, maka bisa dikatakan perombakan ini juga bentuk pernyataan bahwa apa yang selama ini disampaikan para ulama tentang syariat Islam adalah ajaran yang salah.
Alasan bahwa buku-buku tersebut telah menciptakan umat yang radikal hanyalah kamuflase saja, ada latar belakang yang lebih dari sekadar upaya deradikalisasi. Yaitu upaya penyesatan ajaran Islam. Dengan merombak buku agama, maka kementerian agama hendak membatasi informasi tentang ajaran agama Islam yang lengkap dan sempurna. Atau memperbolehkan ajaran agama disampaikan namun sebatas pengetahuan saja sembari melabeli ajaran Islan saat ini tidak cocok diterapkan. Salah satu ajaran Islam yang hendak dirombak adalah materi tentang khilafah. Maka dengan kata lain kemenag telah menyatakan bahwa khilafah yang merupakan warisan Rasulullah saw sebagai ajaran sebatas sejarah belaka, tidak bisa menjadi solusi dalam kehidupan manusia.
Perombakan buku agama merupakan langkah yang wajar bagi penguasa sekular. Penguasa yang abai dengan dengan penerapan syariat secara kaffah. Di satu sisi penguasa takut dengan penerapan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan, di sisi lain penguasa berupaya mencegah agar kesadaran umat Islam untuk kembali pada ajarannya tidak semakin meluas. Bahkan jika perlu mengkriminalisasi para penyampai khilafah, menciptakan islamophobia agar masyarakat semakin ketakutan dengan ajaran Islam. Jika kebijakan perombakan buku agama tetap dilakukan, maka jelas sudah bahwa rezim saat ini adalah rezim anti Islam, sehingga tak layak dipertahankan.

Nur Aini – Guru Madrasah
Pare Kediri Jawa Timur


Thursday, 14 November 2019

Kejamnya BPJS, Sukarela Kok Main Denda


Akhirnya keputusan untuk menaikkan iuran BPJS diambil oleh Negara meski diberlakukan tahun depan. Tidak hanya itu, penentuan jenis sanksi dan denda bagi penunggak iuran pun terus menuai kontroversi. BPJS mulai menampakkan wajah kejamnya dan menampakkan kegagalannya. BPJS perlahan akan terus menimbulkan masalah, maka seharusnya ada evaluasi menyeluruh dalam pelaksanaan sistem BPJS ini. Dan jika perlu secepatnya BPJS dihentikan.
Sejak awal BPJS adalah bentuk dari lepas tangannya negara dari tanggung jawab pelayanan kesehatan kepada warga negaranya. Atas nama gotong royong, ta’awun dan bantuan sukarela kepada sesama, negara mengumpulkan dana dari masyarakat demi pelayanan kesehatan. Padahal seharusnya negaralah yang berupaya memenuhi pelayan kesehatan rakyat dengan pelayanan terbaik, dan murah, bahkan menggratiskan. Karena kesehatan adalah kebutuhan pokok yang wajib dijamin negara, dan negara wajib memanfaatkan sumber ekonomi yang terkait hajat hidup rakyat untuk kepentingan seluruh warga negara. Namun ironi, bukannnya meningkatkatkan pelayanan, negara malah semakin memalak rakyat dengan kenaikan iuran. Paradoks, yang awalnya memotivasi warga negara untuk saling membantu namun malah berakhir pada melambungnya iuran dan kejamnya ancaman sanksi yang diberikan. Maka jelas, ini adalah bentuk lepas tangannya negara, negara hanya sebatas regulator, dan ini adalah karakter negara yang berpijak pada sistem kapitalisme. Oleh karena itu, jika kita menginginkan terlepas dari konsep batil dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, maka kita harus mencari alternatif sistem pelayanan kesehatan selain solusi dari sistem kapitalisme yang mempunyai asas pelayanan yang tidak memanusiakan manusia, melainkan memperlakukan manusia sesuai dengan kekayaannya. Alternative tersebut adalah  khilafah.
Adapun konsep tata kelola pelayanan dan sistem kesehatan khilafah adalah konsep yang terpancar dari aqidah Islam, berasal dari Allah SWT Al Quran dan As Sunnah, dan apa yang ditunjuki keduanya. Yang terpenting di antaranya, adalah,
Pertama, kesehatan/pelayanan kesehatan merupakan pelayanan dasar publik yang bersifat sosial, bukan komersial.  Yang demikian karena Rasulullah saw telah bertutur, artinya, “Siapa saja yang ketika memasuki pagi hari mendapai keadaan aman kelompoknya, sehat badanya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya”.  (HR Bukhari).  Ini di satu aspek, aspek yang lain, didasarkan pada perbuatan Rasulullah saw.  Yaitu ketika beliau dihadiahi seorang dokter, dokter tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kaum muslimin. Kedua, pemerintah/negara telah diamanahkan Allah swt sebagai pihak yang bertanggungjawab penuh  menjamin pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan setiap individu masyarakat.  Diberikan secara cuma-cuma dengan kualitas terbaik, tidak saja bagi yang miskin tapi juga yang kaya, apapun warna kulit dan agamanya.   Tentang tugas penting dan mulia ini telah ditegaskan Rasulullah dalam tuturnya, yang artinya,”Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala.  Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Al- Bukhari). Ketiga, pembiayaan yang bersifat mutlak oleh Negara. Keempat, konsep kendali mutu yang mengacu pada tiga strategi utama. Yaitu administrasi yang simple, segera dalam pelaksanaan, dan dilaksanakan oleh personal yang kapabel.  Yang demikian karena Rasulullah saw telah bersabda, artinya, “Sesungguhnya Allah swt telah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu….”. (HR Muslim).


Thursday, 7 November 2019

Ada Kebaikan Dalam Ujian, Ikhlas dan Sabar


Jam tangan , merk tertentu tidak terlalu mahal, gelang sudah tidak original. Tak sengaja terlempar dan terbanting. Jarum detik tak bergerak, seperti biasa mencoba  menormalkan dengan memutar pengatur jarum, tetap mati. Bismillah, akhirnya memukul-mukulkan jam tangan  ke meja. Alhamdulillah jarum detik kembali bergerak. Dan berputar normal, tepat waktu.

Mungkin seperti itu juga dalam kehidupan, terkadang ada ujian, ada cobaan, butuh ujian lagi, ujian yang terasa menyakitkan, namun dengan keyakinan semua bisa diselesaikan. Hadapi dengan kesabaran dan keikhlasan

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (QS Ali Imran 186).

Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Segala sesuatu yang terjadi padanya semua merupakan kebaikan. Ini terjadi hanya pada orang mukmin. Jika mendapat sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka itu kebaikan baginya. Jika mendapat keburukan dia bersabar, maka itu juga kebaikan baginya“ (H.R Muslim).

Btw, ketika memukul jam tangan ke meja, sudah pasrah jika memang sudah tak bisa digunakan. Jika sempat membawa ke tukang servis dan berharap ada rejeki untuk membeli yang baru. Namun Alhamdulillah, rezeki tak kan kemana, masih bisa dipakai.




Wednesday, 6 November 2019

Melibatkan Anak Dalam Dakwah Berjamaah, Salahkah?



Suasana dakwah yang semakin menggelora nampaknya semakin membuat gerah para penentang dakwah. Berbagai dalih dikeluarkan untuk mencegah masifnya dakwah. Salah satunya adalah kritikan pada pelibatan anak dalam aksi dakwah. Namun ada pula yang membela bahwa anak pun berhak berada di muka umum untuk menyampaikan pendapat. Sebagai muslim tentu tidak akan terpengaruh dengan opini murahan dalam rangka menghentikan dakwah. Melibatkan anak dalam dakwah berjamaah sudah dilakukan Rasulullah saw jauh  hari.
Di awal dakwahnya, Rasulullah saw mengajak orang-orang telah siap menerima  dakwahnya  tanpa  melihat  usia,  kedudukan,  jenis kelamin, dan asal usulnya. Beliau tidak pernah memilih-milih orang yang akan diseru kepada Islam, beliau mengajak semua umat manusia, menuntut kesiapan mereka untuk menerima Islam.  Banyak  yang masuk Islam. Beliau sangat bersemangat membina semua orang yang memeluk Islam dengan hukum-hukum agama dan meminta mereka untuk menghapalkan al-Quran.
Rasulullah saw membina dan mengorganisir para sahabat. Tidak sedikit di antara mereka yang masih berusia belasan tahun. ‘Ali bin Abi Thalib 8 tahun, Zubair binal-Awwam 8 tahun, Thalhah bin ‘Ubaidillah 11 tahun,  Arqam bin Abi al-Arqam 12 tahun, ‘Abdullah bin Mas’ud 14 tahun, Sa’ad bin Abi Waqash 17 tahun, Mas’ud bin Rabi’ah 17 tahun dan masih banyak lagi para sahabat yang berusia di bawah 18 tahun, yang jika berdasar UU Perlindungan Anak masih terkategori sebagai anak. Dengan fakta ini, akankah kita menuduh Rasulullah telah abai dengan hak anak dan telah mengeksplotasi anak? 
Setelah tiga tahun membina para sahabat, Rasullullah yakin sahabat sudah matang, ‘aqliyah islamiyah dan nafsiyah islamiyah telah terbentuk. Kemudian turunlah Surah Al Hijr ayat 94 : Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah kamu dariorang-orang yang musyrik. Dan para sahabat yang di antaranya anak-anak pun siap keluar dalam dua barisan menyampaikan Islam secara terbuka di sekitar Ka’bah.


Tuesday, 5 November 2019

Langkah Mudah Memulai Dakwah


Terkadang  pengemban dakwah merasa bingung ketika hendak memulai dakwah. Halyang wajar, namun jika dibiarkan bisa jadi akan berakhir pada kejumudan. Tak perlu gundah, kita punya teladan terbaik, Rasulullah saw. Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama kali, beliau mengajak Khadijah ra. Masuk Islam, kemudian sepupunya  Ali bin Abi Thalib, pelayannya , Zaid. Berlanjut pada sahabat terdekat, Abu Bakar.  Abu Bakar pun mengajak para sahabatnya, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah. Setelah itu, susul-menyusul orang-orang di Makkah memeluk  Islam. Dakwah terus bergulir,  Rasulullah tanpa lelah berkeliling dari satu rumah ke rumah, memanfaatkan setiap kesempatan untuk  menyampaikan dan mengajak orang lain masuk Islam.

Tidak hanya mengajak masuk Islam, Rasulullah juga membina orang-orang yang masuk Islam, bersama melaksanakan salat meski sembunyi-sembunyi. Semua bertujuan untuk menguatkan dan membentuk suasana berjamaah. Rasulullah menggembleng para sahabat dengan pemikiran Islam, hingga saat Allah memerintahkan untuk menyeru manusia secara langsung, berbekal iman yang kuat siap menghadapi semua resiko dakwah.

Demikianlah  awal dakwah Rasulullah. Beliau menyeru yang ada di sekitarnya terlebih dahulu, memanfaatkan hubungan dekat dan komunitas, memanfaatkan setiap kesempatan bertemu dengan orang lain. Begitu pula dengan kita. Memulai dakwah dengan mengajak orang terdekat kita, keluarga, kerabat dan sahabat. Juga  berinteraksi dengan orang yang sering bertemu baik di lingkungan tempat tinggal hingga lingkungan kerja. Mendakwahi semua orang yang kita jumpai. Maka tidak ada lagi alasan untuk bingung memulai langkah dakwah, kita manusia dan pasti hidup di tengah manusia lainnya, dan semua manusia berpeluang untuk menerima dakwah kita. Dengan motivasi ruhiyah, bahwa dakwah adalah kewajiban, apapun hasilnya dan resikonya, dakwah akan terus dilaksanakan. Hingga kematian yang menghentikan