Monday 11 February 2019

Adillah Kepada Lelaki

sumber gambar : belitung.tribunnews.com

Suami saya itu tidak pengertian, jarang bantu pekerjaan rumah
Suami saya kurang maksimal mencari nafkah, gajinya pas-pasan
Suami saya kurang tegas, jadinya keluarganya terus bergantung padanya padahal anak istrinya saja masih kurang
Lelaki sekarang itu kurang kreatif mengurus bisnis, jadinya tidak berkembang bisnisnya
Lelaki sekarang kalah sama perempuan, penghasilannya segitu saja
Lelaki sekarang tidak tahu malu, maunya santai di rumah membiarkan para wanita membanting tulang
Lihatlah mereka hanya bersantai di pinggir jalan menunggu istrinya keluar dari pabrik

Dan akhirnya anggapan itu membuat para wanita :
Merasa kelelahan  dan mengeluh mengurusi pekerjaan rumah
Merasa wajib mencari nafkah tambahan
Merasa kurang dengan nafkah dari suami
Merendahkan kemampuan mencari nafkah lelaki
Merendahkan lelaki karena rendahnya penghasilan
Mengambil alih kepemimpinan lelaki menjadikannya pihak yang layak diatur
Membalas lelaki dengan lebih banyak di luar rumah dengan alasan mengembangkan potensi diri
Membiarkan tereksploitasi atas nama pemberdayaan perempuan
Tanpa sadar merebut lapangan pekerjaan yang seharusnya menjadi milik para lelaki

Memang kadang tak terasa, karena perasaan ini munculnya perlahan seiring  berjalannya waktu, seiring semakin menjauhnya pemikiran serta ajaran Islam dan semakin menguatnya ide kapitalis sekular yang semakin menghujam ke benak kaum muslimin.
Dan akhirnya, inilah dunia dengan peran yang tertukar. Dunia dengan peran hak dan kewajiban dari Al Khaliq yang terabaikan.

Naudzubillah mindzalik semoga kita terhindar dari hal yang demikian

Adillah pada lelaki
Jangan bersikap seolah merasa paling benar sendiri
Adil itu bermakna menempatkan segala sesuatu sesuai dengan hukum syara’
Adil itu menempatkan segala sesuatu sebagaimana Allah dan RasulNya mengatur

Adil itu bukan menuntut segala sesuatu berdasar hawa nafsu
Adil itu bukan menyamakan segala sesuatu
Maka kembalikan bagaimana Islam mengatur kehidupan, termasuk dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban bagi lelaki dan perempuan.

Ada yang sama dan ada yang berbeda, tentang hal ini sudah ada beberapa tulisan seputar hak dan kewajiban yang memang berbeda antara lelaki dan perempuan, juga wajibnya ketaatan istri kepada suami selama tidak melanggar hukum syara' :

Memang keadaanlah yang banyak memaksa
Keadaanlah yang membuat manusia menjadikan materi sebagai standar dalam memperlakukan seseorang, ketika berharta layak dihormati dan disayangi namun sebaliknya ketika miskin layak untuk dicela dan diabaikan.

Keadaan yang diliputi pemikiran dan aturan ideology kapitalisme. Sekularisme membuat manusia abai dengan ketentuan Allah dan RasulNya, kebebasan membuat manusia berbuat sesuka hatinya, materialism membuat manusia begitu mencintai dunia tanpa memikirkan akhirat, individualism membuat manusia mengejar kesenangan pribadi.

Namun ini adalah kondisi yang tidak boleh dibiarkan, harus ada perubahan. Perubahan yang didukung oleh kemauan individu, kepedulian masyarakat dan ketegasan negara sebagai pengurus urusan rakyat.

Sebagai individu muslim, terus mencari bekal ilmu agar semakin tahu aturan Islam terkait hak dan kewajiaban lelaki dan wanita. Menjalankan kehidupan sesuai tujuan penciptaan, beribadah kepada Allah. Maka kembalikan segala sesuatu sesuai pandangan syariah.

Hukum mencari nafkah bagi lelaki selama tidak ada udzur syar’I selamanya wajib, dan sehebat apapun seorang wanita dalam karier kerja, baginya hukum bekerja tidak akan berubah status menjadi wajib,  bekerja bagi wanita tetap saja mubah meski penghasilannya akan menjadi sedekah bagi keluarganya. Sekecil apapun penghasilan suami maka selamanya ia adalam pemimpin bagi istrinya, kepala keluarga dalam rumah tangga, maka posisikanlah lelaki sebagai pemimpin terhormat, jangan merendahkannya.

Pahamilah, lelaki mempunyai tanggungjawab sebagai wali, bukan sekadar berpikir tentang keluarga kecilnya namun juga keluarga besarnya, maka secara tanggung jawab proporsi lelaki jauh lebih besar. Dan tak heran jika focus berpikirnya juga lebih banyak, maka jangan bebani dengan hal yang memang tidak wajib baginya, cukup berbagi sesuai kemampuan.

Ikhlaslah menerima nafkah dari para lelaki, atur sebaik mungkin agar selalu mencukupi kebutuhan. Sampaikan dengan baik jika memang ada yang kurang, motivasi untuk menambah usaha menjemput rezeki.

Sebagai bagian dari masyarakat, adillah dalam memandang manusia. Manusia mulia karena ketakwaannya bukan karena penghasilannya. Bukan karena banyaknya materi yang dimiliki. Peduli lah dengan urusan masyarakat, membantu sekuat tenaga ketika memang ada yang membutuhkan, ulurkan tangan dalam kebaikan, buang jauh-jaug sifat individualistis.

Dan yang tak kalah penting adalah peran negara. Negara seharusnya memberi bekal kepada rakyatnya untuk selalu terikat pada hukum syara’.  Mengedukasi umat agar mengenal syariat. Bukan membiarkan rakyatnya hidup dalam kebebasan. Lebih jauh lagi, negara mempunyai peran strategis untuk menerapkan syariat dalam seluruh aspek kehidupan. Mengatur seluruh system kehidupan sesuai dengan ketentuan Islam. Menerapkan system perekonomian Islam agar pengaturan seputar harta, muamalah dan berbagai hal yang terkait dengan perekonomian terlaksana penuh berkah, bukan perekonomian yang penuh persaingan, bukan menciptakan jurang terjal antara pemilik modal dan rakyat miskin, bukan pula mengejar dunia menghalalkan cara demi segunung harta. Bukan kebijakan yang menguntungkan asing namun mengabaikan rakyat sendiri. Negara juga mempunyai peran strategis untuk menerapkan system pendidikan yang akan membentuk kepribadian tangguh warga negaranya, negara pula yang mempunyai kewenangan menerapkan sistem sanksi agar keadilan terpenuhi

Namun negara yang peduli dan melaksanakan kebijakan sesuai syariat tentu bukanlah negara yang tegak atas  asas demokrasi. Negara itu adalah negara khilafah, warisan Rasulullah.

Apa yang harus dilakukan saat ini?
Terus mengkaji Islam, terikat pada ketentuan syariat, peduli dengan umat dan berjuang mewujudkan system khilafah. Jangan berhenti pada memikirkan diri sendiri, ada hak umat. Bergabung bersama jamaah dakwah yang bertujuan menerapkan islam kaffah, melanjutkan kehidupan islam, tidak menyembunyikan tujuan perjuangannya, istiqamah dalam langkah dakwah yang telah dicontohkan Rasulullah. Tetap tegar meski celaan dan halangan menghadang. Yakin, pertolongan Allah pasti segera diberikan.


Pare, 11 Februari 2019

No comments:

Post a Comment