sumber gambar : belitung.tribunnews.com
Suami saya itu tidak pengertian, jarang bantu pekerjaan
rumah
Suami saya kurang maksimal mencari nafkah, gajinya pas-pasan
Suami saya kurang tegas, jadinya keluarganya terus
bergantung padanya padahal anak istrinya saja masih kurang
Lelaki sekarang itu kurang kreatif mengurus bisnis, jadinya
tidak berkembang bisnisnya
Lelaki sekarang kalah sama perempuan, penghasilannya segitu
saja
Lelaki sekarang tidak tahu malu, maunya santai di rumah
membiarkan para wanita membanting tulang
Lihatlah mereka hanya bersantai di pinggir jalan menunggu
istrinya keluar dari pabrik
Dan akhirnya anggapan itu membuat para wanita :
Merasa kelelahan dan
mengeluh mengurusi pekerjaan rumah
Merasa wajib mencari nafkah tambahan
Merasa kurang dengan nafkah dari suami
Merendahkan kemampuan mencari nafkah lelaki
Merendahkan lelaki karena rendahnya penghasilan
Mengambil alih kepemimpinan lelaki menjadikannya pihak yang
layak diatur
Membalas lelaki dengan lebih banyak di luar rumah dengan
alasan mengembangkan potensi diri
Membiarkan tereksploitasi atas nama pemberdayaan perempuan
Tanpa sadar merebut lapangan pekerjaan yang seharusnya
menjadi milik para lelaki
Memang kadang tak terasa, karena perasaan ini munculnya
perlahan seiring berjalannya waktu,
seiring semakin menjauhnya pemikiran serta ajaran Islam dan semakin menguatnya
ide kapitalis sekular yang semakin menghujam ke benak kaum muslimin.
Dan akhirnya, inilah dunia dengan peran yang tertukar. Dunia
dengan peran hak dan kewajiban dari Al Khaliq yang terabaikan.
Naudzubillah mindzalik semoga kita terhindar dari hal yang
demikian
Adillah pada lelaki
Jangan bersikap seolah merasa paling benar sendiri
Adil itu bermakna menempatkan segala sesuatu sesuai dengan
hukum syara’
Adil itu menempatkan segala sesuatu sebagaimana Allah dan
RasulNya mengatur
Adil itu bukan menuntut segala sesuatu berdasar hawa nafsu
Adil itu bukan menyamakan segala sesuatu
Maka kembalikan bagaimana Islam mengatur kehidupan, termasuk
dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban bagi lelaki dan perempuan.
Ada yang sama dan ada yang berbeda, tentang hal ini sudah
ada beberapa tulisan seputar hak dan kewajiban yang memang berbeda antara lelaki
dan perempuan, juga wajibnya ketaatan istri kepada suami selama tidak melanggar hukum syara' :
Memang keadaanlah yang banyak memaksa
Keadaanlah yang membuat manusia menjadikan materi sebagai
standar dalam memperlakukan seseorang, ketika berharta layak dihormati dan
disayangi namun sebaliknya ketika miskin layak untuk dicela dan diabaikan.
Keadaan yang diliputi pemikiran dan aturan ideology
kapitalisme. Sekularisme membuat manusia abai dengan ketentuan Allah dan
RasulNya, kebebasan membuat manusia berbuat sesuka hatinya, materialism membuat
manusia begitu mencintai dunia tanpa memikirkan akhirat, individualism membuat
manusia mengejar kesenangan pribadi.
Namun ini adalah kondisi yang tidak boleh dibiarkan, harus
ada perubahan. Perubahan yang didukung oleh kemauan individu, kepedulian
masyarakat dan ketegasan negara sebagai pengurus urusan rakyat.
Sebagai individu muslim, terus mencari bekal ilmu
agar semakin tahu aturan Islam terkait hak dan kewajiaban lelaki dan wanita.
Menjalankan kehidupan sesuai tujuan penciptaan, beribadah kepada Allah. Maka
kembalikan segala sesuatu sesuai pandangan syariah.
Hukum mencari nafkah bagi lelaki selama tidak ada udzur
syar’I selamanya wajib, dan sehebat apapun seorang wanita dalam karier kerja,
baginya hukum bekerja tidak akan berubah status menjadi wajib, bekerja
bagi wanita tetap saja mubah meski penghasilannya akan menjadi sedekah bagi
keluarganya. Sekecil apapun penghasilan suami maka selamanya ia adalam
pemimpin bagi istrinya, kepala keluarga dalam rumah tangga, maka posisikanlah
lelaki sebagai pemimpin terhormat, jangan merendahkannya.
Pahamilah, lelaki mempunyai tanggungjawab sebagai wali,
bukan sekadar berpikir tentang keluarga kecilnya namun juga keluarga besarnya,
maka secara tanggung jawab proporsi lelaki jauh lebih besar. Dan tak heran jika
focus berpikirnya juga lebih banyak, maka jangan bebani dengan hal yang memang
tidak wajib baginya, cukup berbagi sesuai kemampuan.
Ikhlaslah menerima nafkah dari para lelaki, atur sebaik
mungkin agar selalu mencukupi kebutuhan. Sampaikan dengan baik jika memang ada
yang kurang, motivasi untuk menambah usaha menjemput rezeki.
Sebagai bagian dari masyarakat, adillah dalam
memandang manusia. Manusia mulia karena ketakwaannya bukan karena
penghasilannya. Bukan karena banyaknya materi yang dimiliki. Peduli lah dengan
urusan masyarakat, membantu sekuat tenaga ketika memang ada yang membutuhkan,
ulurkan tangan dalam kebaikan, buang jauh-jaug sifat individualistis.
Dan yang tak kalah penting adalah peran negara.
Negara seharusnya memberi bekal kepada rakyatnya untuk selalu terikat pada
hukum syara’. Mengedukasi umat agar
mengenal syariat. Bukan membiarkan rakyatnya hidup dalam kebebasan. Lebih jauh
lagi, negara mempunyai peran strategis untuk menerapkan syariat dalam seluruh
aspek kehidupan. Mengatur seluruh system kehidupan sesuai dengan ketentuan
Islam. Menerapkan system perekonomian Islam agar pengaturan seputar harta,
muamalah dan berbagai hal yang terkait dengan perekonomian terlaksana penuh
berkah, bukan perekonomian yang penuh persaingan, bukan menciptakan jurang
terjal antara pemilik modal dan rakyat miskin, bukan pula mengejar dunia
menghalalkan cara demi segunung harta. Bukan kebijakan yang menguntungkan asing
namun mengabaikan rakyat sendiri. Negara juga mempunyai peran strategis untuk
menerapkan system pendidikan yang akan membentuk kepribadian tangguh warga
negaranya, negara pula yang mempunyai kewenangan menerapkan sistem sanksi agar keadilan terpenuhi
Namun negara yang peduli dan melaksanakan kebijakan sesuai
syariat tentu bukanlah negara yang tegak atas
asas demokrasi. Negara itu adalah negara khilafah, warisan Rasulullah.
Apa yang harus dilakukan saat ini?
Terus mengkaji Islam, terikat pada ketentuan syariat, peduli
dengan umat dan berjuang mewujudkan system khilafah. Jangan berhenti pada
memikirkan diri sendiri, ada hak umat. Bergabung bersama jamaah dakwah yang
bertujuan menerapkan islam kaffah, melanjutkan kehidupan islam, tidak
menyembunyikan tujuan perjuangannya, istiqamah dalam langkah dakwah yang telah
dicontohkan Rasulullah. Tetap tegar meski celaan dan halangan menghadang. Yakin,
pertolongan Allah pasti segera diberikan.
Pare, 11 Februari 2019
No comments:
Post a Comment