Wednesday 1 August 2018

Sanksi Tanpa Peringatan, Dzalim


Keterangan gambar di akhir tulisan

Aturan jika ada siswa yang membawa mainan ke kelas maka akan mendapat peringatan.

Pertama diingatkan agar mainan tidak dikeluarkan dari tas selama di sekolah.

Kedua jika masih dikeluarkan atau bahkan untuk mainan maka mainan akan disita sementara, diberikan saat jam pulang.

Ketiga jika masih saja tidak mengindahkan peringatan pertama dan kedua maka disita selamanya dan tidak dikembalikan. Jika mainan tidak penting dihancurkan jika mainan masih ada manfaat lain disimpan (misal kelereng), jika mainan mahal orang tua yang mengambil.

Begitulah salah satu aturan main yang diterapkan di sekolah. Peringatan dan edukasi dikedepankan, tidak asal merampas hak siswa, karena bagaimanapun juga bermain  tetap hak anak, namun tetap memberikan arahan kapan waktunya main dan kapan fokus belajar.

Setidaknya itu adalah usaha lembaga pendidikan untuk mendisiplinkan dan mengarahkan siswa agar menjadi siswa yang taat aturan.

Ya, edukasi dan peringatan, bukan sembarang bertindak sewenang-wenang, dzalim hingga memberikan kerugian kepada pihaknyang seharusnya diayomi.

Dan masih mengingat tentang kedzaliman penguasa yang dengan semena-mena mencabut status Badan Hukum Perkumpulan (BHP) HTI. Tanpa satupun surat peringatan, rezim panik nan dzalim mengeluarkan perppu, dan hingga saat ini belum ada ormas keagaman lain yang dibubarkan, hanya HTI. Terlihat jelas ketakutan penguasa dengan keberadaan HTI. Di PTUN, pengadilan yang seharusnya mengadili prosedur penerbitan surat keputusan BHP berubah menjadi pengadilan substantial ide dakwah HTI.

Begitulah kebijakan rezim represif. Rezim anti kritik, rezim yang merasa punya kuasa atas segalanya. Namun kedzaliman pasti akan berakhir, kekuatan dan kekuasaan mereka akan runtuh, pendukungnya akan tercerai-berai.

Allah memang sedang memberi mereka kekuasaan, tapi dengan ijin Allah pula mereka akan hancur lebur. Maka terus saja bertahan dalam kebaikan hingga datangnya kematian, meski kemenangan datang setelah nyawa tak lagi di kandung badan, jejak kebaikan akan tetap mendapat balasan.

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). [Yasin : 12].

Terus berdakwah meski hujatan terus dilontarkan, karena dakwah adalah kewajiban, wujud ketaatan, sebagai bukti cinta kepada Allah dan RasulNya, perjuangan menerapkan syariah islam kaffah, agar hidup berkah, agar dicintai Allah, agar mendapat syafaat Rasulullah

Keterangan gambar :
Mainan yang dibeli seorang siswa, dibuat mainan saat pelajaran. Awalnya hanya menyita sementara, tapi karena mogok akhirnya bilang " Damel njenengan mawon Bu", gara-garanya diejek sama temannya, laki-laki kok beli mainan lope-lope.
Bukan merampas, cuma mengamankan agar tidak menganggu belajar.

Pare, 1 Agustus 2018

No comments:

Post a Comment