Thursday 16 August 2018

Stop nonton sinetron

Habis heboh tingkat dewa, kelas 3 jam istirahat.

Ada yang menangis, ada yang teriak-teriak marah, mengolok-ngolok, memarahi yang lainnya.
Ternyata gara-gara ga bolo-boloan. Pilih- pilih teman.
Memaklumi, masih kecil.
Tapi sedikit prihatin dengan gaya marah, gaya teriak, gaya ngomongnya. Kok mirip dengan yang ada di sinetron.

Solusinya satu, jangan ijinkan anak nonton sinetron. Dan ortu terutama ibu memberi teladan. Sudahlah jangan mengorbankan anak. Sinetron saat ini amat sangat lebih banyak pengaruh negatif terhadap anak, terutama anak di usia emas 0-8 tahun.

Masa-masa meniru dan merekam. Jika apa yang menjadi contoh dan terekam adalah informasi sampah bisa dipastikan anak kita perilakunya tidak jauh berbeda, perilaku "sampah masyarakat".

Jangan pertaruhkan masa depan anak kita, yakinlah kita masih bisa hidup tanpa melihat sinetron. Masih banyak hal yang lebih bermanfaat daripada sekadar menonton sinetron.

Tidak melihat sinetron juga tidak menghabiskan waktu untuk bermedsos ria, intinya di sini jangan mempertaruhkan masa perkembangan anak dengan hal yang tidak bermanfaat, dampingi dan bimbing anak. Biasakan kebaikan-kebaikan untuk anak, beri teladan. Baik tutur kata, sikap dan kebiasaan baik lainnya. Insya Allah anak-anak kita akan menjadi baik pula, menjadi penyejuk di dunia menjadi anak saleh yang pahala dari doanya akan terus mengalir hingga ke akhirat.

Wahai orang-orang yang beriman, lindungi dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.

Pare, 15 Agustus 2018

No comments:

Post a Comment