Tuesday, 27 February 2018

Masjid, Cinta dan Duka


Alhamdulillah tahun ini dapat kelas special, kelasnya di lantai dua masjid Darul Falah. Dalam keseharia lantai dua tidak digunakan aktivitas, namun sore hari terkadang untuk TPQ. Secara lokasi sudah lumayan terisolasi dari hiruk pikuk dunia. Aktivitas harian terpusat di lantai satu. Namun ketika di masjid ada kegiatan jadilah ikut heboh. Ketika ada pengumuman kematian semua jadi diam seribu bahasa, ketika ada pengumaman jadwal posyandu semua tergelak tertawa, karena pengumuman hanya ditujukan kepada para ibu yang punya balita saja. Padahal sudah serius mendengarkan.

Ketika ada salat jenazah sedikit takut tapi kepo. Dan hari ini ada akad nikah, tambah heboh lagi. Ketika pengantin putri datang hebohnya lebih lagi, bajunya “mekrok” . Jadilah kelas buyar kepo ingin lihat.

Ya sudahlah, mengijinkan untuk sebentar melihat, ternyata larangan tak ampuh, tetap saja ada yang kepo ingin lihat, akhirnya membolehkan melihat sambil mengerjakan tugas mewarna pola batik.

Dan saya pun juga mengikuti acara dari awal hingga akhir, mau teriak-teriak menjelaskan materi ya ga enak. O ya.. jadi guru MI itu salah satu modalnya suara keras dan cerewet. Dan resikonya cepet lapar dan Alhamdulillah lapar itu lauk ternikmat sedunia, lapar itu membuat makanan  sangat nikmat rasanya, jadi kalo ada guru yang ga doyan makan, apa ga pernah merasakan lapar habis ngajar? terkadang mikir emang di kelas ga menerangkan pelajaran? He-…he just kidding. Dalih pribadi saja, emang asalnya doyang makan.

💕Cinta dan Duka😔

Acara akad nikah memang sudah diinfokan salah satu takmir sebelum hari H, jadi masih ada waktu untuk mengkondisikan kelas, alternatifnya pindah sementara ke kelas yang sedang kosong ( ada kelas yang kosong, ada kegiatan renang, sebenarnya bisa dipakai sementara), namun memilih tetap di masjid  saja, toh siswa juga tidak terlalu sulit dikendalikan. Meski akhirnya heboh juga ingin lihat.

Sebelum acara dimulai verifikasi data calon pengantin, wali dan saksi. Baru seremonial dimulai, dibuka, pembacaan ayat suci Alquran. Entah karena yang baca sengaja atau dapat amanah mendadak dan asal comot surat, yang dibaca adalah surah Alwaqiah, padahal kalo nikahan surat yang dibaca langganan itu-itu saja, di antaranya Annisa’ mulai ayat 1 atau Arrum ayat 21. Secara pribadi sangat suka dengan surah Alwaqiah, isinya luar biasa, mengingatkan nikmat surga dan pedihnya siksa neraka, surah lain juga suka sih, tetapi kalo Alwaqiah sedikit mengerti artinya.

Dilanjutkan dengan khutbah nikah, disampaikan oleh Bapak Zamzam Mahdani, beliau salah satu ulama Pare yang pernah menjadi muridnya Mbah Yazid ( Ustadz Ahmad Yazid, salah satu keluarga yang mewakafkan lingkungan masjid dan sekolah, menguasai sekitar 8 bahasa asing, juga guru Pak Kalend BEC, dari kecil sudah biasa memanggil Mbah Yazid meski sedikit lupa wajah beliau). Khutbah yang disampaikan Bapak Zamzam sangat menarik, mengingatkan makna pernikahan yang merupakan mitsaqan ghalidza, ikatan kokoh, kuat dan mempunyai konsekuensi berat, tanggung jawab baru sebagai suami dan istri. Juga mengingatkan bahwa pernikahan adalah upaya untuk mendapat separuh agama dan itu semua akan sempurna ketika seorang muslim menjalankan syariat Islam secara menyeluruh, menyelesaikan masalah dengan timbangan syariah dan salah satunya dalam menjalani kehidupan rumah tangga, namun tidak mencukupkan dalam masalah keluarga saja tetapi untuk semua urusan, tak lupa berpesan terkait hak dan kewajiban suami istri yang sudah tidak sama lagi ketika belum menikah dengan sesudah menikah. Dan khutbah diakhiri dengan doa.

Akhirnya proses ijab qabul berlangsung, sah. Acara ditutup, salawatan, foto-foto dan pernik-pernik lainnya.

Reportase end.

Acara penuh suka cita, mewujudkan cinta dua insan yang berbeda. Gak tau LGBT akad nikahnya bagaimana? Dhomir untuk transgender apa ya?
Akad nikah yang sudah direncanakan, dan bisa dipersiapkan dan bisa diinfokan.

Beda ketika di masjid ada salat jenazah. Tak pernah sekali pun diumumkan jauh hari masjid akan dipakai salat jenazah Bapak X atau Ibu Y. Karena kematian memang tidak bisa direncanakan datangnya. Tidak bisa dikabarkan waktunya. Dan ketika salat jenazah suasana lebih hening, anak-anak lebih bisa menyesuaikan diri agar tidak gaduh. Karena suasana duka mendominasi. Salat jenazah harusnya mengingatkan kita akan kematian, tidak bisa diundur tidak bisa diajukan, dan mengingat saat itulah kita sudah tidak bisa salat sendiri, mau tidak mau ketika badan sudah terbujur kaku orang lain yang akan menyalati. Jadi, yang masih malas salat, ayo salat, sebelum disalati alias mati.

🌴Masjid

Kelas di masjid, memang bukan kelas ideal, kelas sementara karena memang gedung sekolah tidak memadai. Insya Allah dalam waktu dekat aka nada pembangunan ruang baru, namun rencana ini terus tertunda, kendala utamanya adalah biaya, setidaknya butuh dana 650juta, bagi kami itu adalah dana yang luar biasa. Karena pembangunan benar-benar mengandalkan donatur yang benar-benar peduli dengan masjid dan sekolah tanpa pamrih, tanpa embel-embel pesanan ( ini dilakukan untuk menghindari intervensi kebijakan masjid dan sekolah, di jaman kapitalis seperti ini masih banyak yang berprinsip “no free lunch”). Sakit di hati itu ketika ada koruptor melenggang ke luar negeri dengan membawa lari puluhan triliun, miris itu ketika ada ibu pejabat punya koleksi tas dan aksesoris pribadi hingga milyaran, dongkol itu ketika pembangunan infrastruktur untuk konglomerat dari dana utang dan yang membayar utang dari memalak pajak seluruh rakyat,  sedangkan kami harus mengais dana untuk membangun gedung sekolah.

Btw, kalo proposal pembangunan sudah selesai silakan yang bisa jadi donatur, tanpa embel-embel ya, apalagi ini menuju 2019, ada embel-embel minta dipilih, bener-bener kami coblos pake tombak lho, mau? Memang ngenes hidup dalam system kapitalisme dengan Negara yang abai terhadap kewajiban mengurusi urusan rakyat, beda dengan system Islam yang mengelola baitul mal sesuai syariat, membangun sekolah dan masjid sudah ada pos khusus dari kepemilikan umum, bahas ini memang butuh ngaji lagi, bukan sekadar berteori namun menapaki jejak Rasulullah dan para khulafa’.

Dan masjid Darul Falah ini memang masjid yang boleh digunakan untuk aktivitas yang memang secara syariat tidak terlarang. Mau apa saja di masjid selama ada tuntunannya tidak masalah. Bukan seperti anjurannya kemenag yang seenaknya ngatur aktivitas di masjid sesuai kepentingannya, atau tidak seperti Bawaslu yang didesak Kemendagri untuk mengatur materi khutbah dan ceramah di masjid. Anjuran yang jelas ada udang di balik batu, mengamankan kepentingan mereka.

Pare, 27 Feb 2018

Baca juga : Peran Masjid Demak dalam Pergerakan Dakwah

Saturday, 24 February 2018

Jika Ingin Perubahan, Sultan Harusnya Mendukung Khilafah




Sultan tidak sepenuhnya salah, dan pembangunan jalan tol yang saat ini semakin dikebut bukanlah salah rezim saat ini semata. Target ini sudah jauh hari ditetapkan. Pembangunan ini merupakan bagian dari mewujudkan strategi utama dalam  Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) 2011-2025, yang diluncurkan Presiden Susilo Bambang Yudoyono, 27 Mei 2011. Dimana salah satu strategi dan MP3EI ini adalah penguatan konektivitas nasional, dan salah satu konektivitas fisik yang dikejar adalah transportasi termasuk di dalamnya pembangunan jalan tol. Ingat bukan salah rezim saat ini ya, jadi kalo mau ada perubahan jangan cuma perubahan pemimpin saja, dibutuhkan perubahan system juga. Pergantian pemimpin semata tidak banyak manfaatnya, paling-paling ganti pemimpin Cuma ganti gaya saja, kebijakannya tidak akan jauh berbeda. Sama-sama melanggengkan system kapitalisme.


Kembali ke penolakan Sultan. Dalam MP3EI Yogya adalah salah satu pusat ekonomi di Koridor Ekonomi Jawa. Tema pembangunan di KE Jawa adalah Pendorong Industri dan Jasa Nasional, maka tidak menutup kemungkinan desakan pembangunan di Yogya salah satunya adalah pembangunan jalan tol akan terus dilakukan. Jadi Sultan harus kuat mempertahankan prinsipnya, apalagi akhir-akhir ini juga muncul kritik pedas atas kebijakan Sultan atas larangan kepemilikan tanah bagi nonpribumi.

Statemen Sultan bahwa pembangunan jalan tol sebagai bentuk penjajahan juga sangat beralasan. Konektivitas fisik berupa jalan tol yang pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasta akan semakin memperlebar pintu penjajahan bagi rakyat Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum, semakin lama tarif tol bukannya semakin turun namun malah semakin meningkat, tentu ini akan menjadi beban ekonomi bagi rakyat, di negeri mereka sendiri, di tanah air sendiri, di tempat mereka memijakkan kaki, rakyat harus terus merogoh kocek demi menikmati fasilitas yang dibangun di atas pengorbanan keringat yang mengucur untuk membayar pajak demi melunasi utang luar negeri yang semakin melangit. 

Tidak hanya itu, pembangunan jalan tol sejatinya tidak demi kemaslahatan seluruh rakyat, namun hanya demi segelintir konglomerat yang menjajah negeri ini dibalik kedok investasi. Dengan pembangunan sarana transportasi, investor akan semakin mudah mengeruk kekayaan alam negeri ini, dengan mudahnya akan membawa kekayaan alam keluar daerah, lagi-lagi atas nama investasi rakyat pemilik kekayaan alam sama sekali tak ikut menikmati. Hampir sama dengan penjajahan di jaman dahulu kala, pembangunan jalan oleh Inggris, Belanda dan Jepang tentu tidak bisa dilepaskan dari tujuan utama mereka, yaitu memudahkan upaya pengerukan kekayaan alam negeri ini. Tak ada dalam sejarah penjajah itu bertujuan mulia. Dahulu dan sekarang hanya beda tipis, bedanya penjajahan saat ini legal, difasilitasi oleh pemerintah dengan kebijakan regulasinya yang memihak pada swasta dan asing.

Apa yang menjadi pijakan pembangunan saat ini adalah system kapitalisme, maka jika Sultan benar-benar ingin total menolak gaya pembangunan seperti saat ini harusnya punya system tandingannya, lawan sebuah system ya system lain, lawan sebuah ideology ya ideology lain. Maka seorang muslim selayaknya melawan system kapitalisme dengan membawa system Islam.

Sistem yang ada saat ini sudah tidak bisa diandalkan
Sudahlah salah karena mengabaikan aturan Tuhan
Hanya akan mengantarkan pada kesengsaraan
Membuat hidup dalam kesempitan
Di akhirat dikumpulkan dalam kebutaan
Beda dengan khilafah
Satu-satunya warisan Rasulullah
Hidup dalam naungan syariah
Menjadikan hidup berkah

Yogya, 24 Februari 2018

Tuesday, 20 February 2018

Jangan Mau di PHP in


Jam terakhir. Mencatat terjemah lafdziyah surah Alinsyirah, yang selesai boleh pulang duluan. Dan mereka pun berlomba untuk segera menyelesaikan, dan sesuai prediksi yang paling awal selesai tepat di saat jam pulang. Satu per satu mengumpulkan, tinggal dua siswa. Menunggu 15 menit tidak segera selesai, akhirnya berpesan agar setelah selesai menulis dibawa ke kantor, dengan meyakinkan mereka menjawab “ Nggih Bu”. 15 menit  berlalu tidak kunjung juga membawa catatan ke ruang guru, ngecek ke kelas, ternyata sudah menghilang. He..he..gurune ditinggal mulih, PHP tenan. Omongane ga keno dicekel. Dan melaz lagi, ini bukan kali pertama. Sudah pernah di PHP in sebelumnya.  

Sebelumnya sempat ngobrol tentang calon Bupati di suatu daerah yang juga ada hubungannya dengan pembina yayasan sekolah. Mohon doa restu katanya. Lihat short videonya penasaran dengan partai pendukungnya, lha dalah kok ngenes, didukung : PDIP, Gerindra, PAN, PKS dan Golkar. Di pusat 5 partai tersebut bersebrangan jadi dua  kubu, eee…di daerah lha kok selingkuh. Ga ingat apa rusuh saat sidang DPR, olok-olok tiada henti dengan sebutan yang tak enak didengar.

Tak perlu kecewa, memang begitu tabiatnya. Politik dalam system demokrasi kapitalisme itu hanya manis di bibir, sudah biasa mengumbar jambu alias janjimu busuk. Suara rakyat hanya diminta saat pemilihan selebihnya habis manis sepah dibuang. Demokrasi yang berlindung dibalik jargon suara mayoritas, kedaulatan di tangan rakyat hanya omong kosong belaka, yang benar dari rakyat oleh rakyat untuk konglomerat. Dan tambah parah lagi ketika berpikir politik dibawah bayang kapitalisme, standarnya bukan halal haram tetapi segala upaya untuk mengantarkan pada tujuan. Tujuan itu adalah menuju tampuk kekuasaan, dan ketika berkuasa hanya memikirkan kepentingan golongan sendiri dan kepentingan para pemilik modal. Partai-partai tukang selingkuh ini memang pandai jadi PHP.

Ketika mengemis suara, harapan-harapan manis dilontarkan ketika berkuasa semua seolah tak pernah terucapkan, Partai Pemberi Harapan Palsu. Dan parahnya terkadang banyak yang amnesia. Tiap lima tahun berulang terus, terbuai dengan janji busuk, jadi korban PHP secara sukarela. Berharap ada perubahan ketika terjadi pergantian penguasa padahal sistemnya tetap, ya ibarat ngepel rumah tiap hari ketika hujan dan bocor tanpa memperbaiki genting yang bocor, ibarat ganti sopir saja padahal mobil sudah rusak, perubahan yang tidak sempurna.
Negeri ini butuh perubahan taghyir perubahan menyeluruh, bukan perubahan islahiyah perubahana parsial. Permasalahan di negeri ini menggurita dan sistemik, maka perlu perubahan total. Perubahan sistemik. Sebagaimana perubahan yang dilakukan oleh Rasulullah sallallhu ‘alaihi wassalam. Tidak ada kompromi, perubahan yang dibawa Rasulullah adalah perubahan menyeluruh, dari penerapan hukum jahiliyah menjadi penerapan syariah kaffah. dan begitu pula yang seharusnya kita lakukan, perubahan taghyir agar Islam bisa diterapkan secara menyeluruh, tentu bukan dalam system kapitalisme tetapi dalam system Islam, khilafah.

Jangan lagi berharap pada demokrasi
Sudahlah tak syar’I hanya membuat sakit hati
Tidak akan membuat negeri ini jadi lebih baik lagi

Pare, 20 Februari 2018


Monday, 19 February 2018

Tak Bangga Dengan Sebutan Kampung Inggris


Me : Assalamu’alaikum. Posisi di Pare mana?
A : Wa’alaikum salam. Saya di Kampung Inggris Kak.
(yang manggil saya “Kak” biasanya bukan orang Jawa 😄)

Pusing tujuh keliling ketika diberi alamat hanya nama tempat kos disertai “ Kampung Inggris” Pare, misal “ Flamboyan House Kampung Inggris Pare”, tidak ada nama jalan dan no rumah. Tak sekadar pusing tujuh keliling, mumet, bingung bin bengong, “Aku kudu piye? Kemana aku harus mencari ?”

Bagaimana tidak pusing tujuh keliling, kosan di Pare di sekitar kursusan bahasa Inggris itu uncountable. Dan yang sering disebut orang sebagai Kampung Inggris itu mencakup dua desa, Tulungrejo dan Pelem dan itu dua desa yang sama-sama luas pake bingit. “Mosok aku kudu muter-muter?” njlajah deso milang kori.

Sejak dahulu secara pribadi kurang sreg dengan sebutan Kampung Inggris, konotasinya tidak membuat hati mantab. Sepertinya identic dengan Inggris dari segi bahasa maupun budaya, seolah dengan memberi label kampung Inggris apa-apa yang identic dengan bahasa Inggris sah-sah saja dilakukan di sini. Sedangkan Inggris dahulu adalah Negara utama yang memusuhi Islam secara totalitas, mendukung penuh penghapusan khulafah Utsmani. Dan meski sekarang posisinya bergeser di tangan AS. Namun tetap saja dua-duanya adalah pengemban ideology kapitalisme sejati.  Dan di Pare memang selalu dikenalkan bahasa Inggris –British dan Inggris-Amerika. Nama kursusan pun banyak mengambil dari nama-nama kota di dua Negara tersebut. Jadilah seolah dua Negara dan kota-kotanya adalah hal yang membanggakan untuk dipakai.
 Sedikit bisa memahami, masyarakat saat ini memang masih terpesona dengan Negara-negara Barat, masih menjadikan Barat sebagai kiblat (kalo orang Indonesia arah kiblatnya ya hadap barat, beda urusan).

Apa-apa yang berasal dari Barat dianggap hebat dan layak diambil. Tak peduli apakah bertentangan dengan akidah Islam atau tidak. Pokoknya yang dari Barat itu keren.

Dan memang itulah yang diinginkan Barat, mereka menghendaki umat Islam tidak masalah beragama Islam namun aturan kehidupan dicengkeram oleh ideology Barat yaitu kapitalisme. Tidak masalah di KTP tercantum beragama Islam namun tak menjalankan syariah secara kaffah, ini semua karena pengaruh sekularisme. Agama diakui namun tidak boleh ikut campur mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dan termasuk saat ini, di saat negeri ini sedang euphoria dengan pilkada dan menghadapi pilpres, upaya untuk membuat umat Islam tak mempermasalahkan identitas agama dan komitmen calon kepala daerah menerapkan syariat Islam semakin gencar dihembuskan. Dibentuk opini bahwa pilkada tidak terkait dengan masalah agama. Dan salah satu hasilnya, banyak parpol berbasis massa umat Islam yang tak segan berkoalisi dengan parpol nasionalis abangan. Politik pragmatis menjadi tujuan. Sekadar mengejar kekuasaan untuk melanggengkan kepentingan busuk. Berpolitik tidak untuk kepentingan umat, berpolitik tidak untuk menerapkan Islam kaffah. Maka wajar jika sebagian kaum muslimin yang merindukan penerapan Islam kaffah muak dengan perilaku sebagian politisi. Dan akhirnya memilih apatis dan anti dengan masalah politik. Merasa politik itu kotor, politik itu hanya sebatas perebutan kekuasaan.
Padahal sebagai muslim, seharusnya mengembalikan segala sesuatu pada standar Islam. Termasuk pula dalam hal politik.

      ---------------------------------------------------------
🍁Gerakan Politik Rasulullah Saw🍁
( MR. Kurnia – Siyasah& Dakwah – Al Waie no. 83 juli 2007 )

🌴Meluruskan Makna Politik
Hubungan agama dengan politik terus menjadi perbincangan yang tak bosan dibahas. Ada yang menyatakan bahwa dakwah Rasulullah saw. hanyalah merupakan gerakan keagamaan yang bersifat ritual, spiritual dan moral belaka. Namun, realitas menunjukkan bahwa dakwah Nabi saw. juga merupakan dakwah yang bersifat politik. Lantas, bagaimana duduk perkaranya?

Sebelum berbicara lebih jauh tentang hal tersebut, penting dipahami apa yang disebut politik. Memang, politik dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Namun, bagaimanapun ia didefinisikan, satu hal sudah pasti, bahwa politik menyangkut kekuasaan dan cara penggunaan kekuasaan. Dalam pengertian sehari-hari, politik juga berhubungan dengan cara dan proses pengelolaan pemerintahan suatu negara (Amien Rais, Cakrawala Islam, hlm. 27).

Dalam sistem sekular, politik lebih didasarkan pada politik Machiavellis yang ditulis dalam buku The Prince. Machiavelli mengajarkan bahwa: (1) kekerasan (violence), brutalitas, dan kekejaman merupakan cara yang diperlukan penguasa; (2) penaklukan total atas musuh-musuh politik dinilai sebagai kebajikan puncak (summum bonum); (3) dalam menjalankan kehidupan politik seseorang harus dapat bermain seperti binatang buas. Karenanya, praktik politik sistem sekular merupakan homo homini lupus; manusia menjadi serigala terhadap manusia yang lain. Slogannya pun adalah, “Kiranya dapat diterima akal bila demi tuntutan profesionalnya, seorang serdadu harus membunuh dan seorang politikus harus menipu” (It is thought that by the necessities of his profession a soldier must kill and politici on lie).

Fakta politik seperti inilah yang menjadikan sebagian kalangan Muslim tertipu hingga menyimpulkan bahwa politik itu kotor. Karenanya, Islam tidak boleh mencampuri politik; Islam harus dipisahkan dari politik. Dakwah Nabi saw. pun didudukkan sebagai dakwah spiritualitas dan moral belaka, bukan dakwah yang bersifat politik.
Islam berbeda dengan itu.

Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyâsah, artinya: mengurusi urusan, melarang, memerintah (Kamus al-Muhîth, dalam kata kunci sâsa). Nabi saw. menggunakan istilah politik (siyâsah) dalam salah satu hadisnya:
«كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاََ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ»
Bani Israil itu diurusi urusannya oleh para nabi (tasûsu hum al-anbiyâ’). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak khalifah. (HR Muslim).

Jadi, politik artinya adalah mengurusi urusan umat. Berkecimpung dalam dunia politik berarti memperhatikan kondisi kaum Muslim dengan cara menghilangkan kezaliman penguasa dan melenyapkan kejahatan kaum kafir atas mereka. Politik Islam berarti mengurusi urusan masyarakat melalui kekuasaan, melarang dan memerintah, dengan landasan hukum/syariah Islam (MR Kurnia; Al-Jamaah, Tafarruq dan Ikhtilaf, hlm. 33-38).

🌴Islam: Gerakan Keagamaan dan Politik
Sebagai gerakan keagamaan, Islam sudah disepakati oleh semua kalangan. Artinya, Islam merupakan ajaran ritual, spiritual dan moral. Islam mengandung ajaran ritual seperti shalat, zikir, puasa, dll. Islam juga mengajarkan spiritualitas dan moral seperti sabar, tawaduk, istiqamah, berpegang pada kebenaran, amanah, dll.

Siapapun yang menelaah sirah Nabi saw., baik yang ada dalam as-Sunnah maupun al-Quran akan menyimpulkan, bahwa dakwah yang dilakukan oleh Beliau dan para Sahabat, selain bersifat ritual, spiritual dan moral, juga merupakan dakwah yang bersifat politik. Di antara hal-hal yang menunjukkan hal tersebut adalah:

🌼Pertama, sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, Muhammad ber-tahanuts di Gua Hira. Namun, setelah dipilih sebagai utusan Allah, Beliau langsung diperintahkan untuk memberikan peringatan di tengah-tengah masyarakat mulai dari keluarga terdekat dan kawan-kawannya. Nabi saw. pun menyebarkan dakwah di tengah-tengah mereka. Beliau bergerak di masyarakat.

🌼Kedua, Rasulullah saw. melakukan pemantapan akidah. Sejak awal, Nabi saw. Memproklamirkan: Lâ ilâha illâ Allâh, Muhammad Rasûlullâh. Dengan syahadat tersebut berarti tidak ada yang wajib disembah, diibadahi dan dipatuhi selain Allah. Menaati Allah haruslah dengan mengikuti utusan-Nya, Muhammad saw. Jadi, syahadat merupakan pengingkaran terhadap thâghût serta keimanan kepada Allah dan Rasul. Ini merupakan deklarasi politik. Karenanya, dapat dipahami mengapa Abu Jahal dan Abu Lahab, misalnya, tidak mau mengucapkannya. Bukan tidak bisa, melainkan mereka tahu apa isi kandungan dan konsekuensinya: kekuasaan mereka untuk menetapkan hukum hilang; hak mereka menetapkan baik-buruk, benar-salah, dan terpuji-tercela yang selama ini mereka miliki pun tidak ada lagi. Semuanya harus ditetapkan oleh wahyu.

🌼Ketiga, dakwah Nabi saw. menyerukan pengurusan masyarakat (ri‘âyah syu’ûn al-ummah). Ayat-ayat Makiyyah banyak mengajari akidah seperti takdir, hidayah dan dhalâlah (kesesatan), rezeki, tawakal kepada Allah, dll. Ratusan ayat berbicara tentang Hari Kiamat (kebangkitan manusia dari kubur, pengumpulan manusia di padang mahsyar, pahala dan dosa, surga dan neraka, dll); tentang pengaturan terkait akhirat seperti nasihat dan bimbingan, membangkitkan rasa takut terhadap azab Allah, serta memberikan semangat untuk terus beramal demi menggapai ridla-Nya.
Selain itu, ratusan ayat al-Quran dan hadits di Makkah dan Madinah diturunkan kepada Nabi tentang pengaturan masyarakat di dunia. Misal: jual-beli, sewa-menyewa, wasiat, waris, nikah dan talak, taat pada ulil amri, mengoreksi penguasa sebagai seutama-utama jihad, makanan dan minuman, pencurian, hibah dan hadiah kepada penguasa, pembunuhan, pidana, hijrah, jihad, dll. Semua ini menegaskan bahwa apa yang didakwahkan Nabi saw. bukan hanya persoalan ritual, spiritual dan moral. Dakwah Nabi saw. berisi juga tentang hal-hal pengurusan masyarakat. Artinya, dilihat dari isinya dakwah Rasulullah saw. juga bersifat politik.

🌼Keempat, Rasulullah melakukan pergulatan pemikiran. Pemikiran dan pemahaman batil masyarakat Arab kala itu dikritisi. Terjadilah pergulatan pemikiran. Akhirnya, pemikiran dan pemahaman Islam dapat menggantikan pemikiran dan pemahaman lama. Konsekuensinya, hukum-hukum yang diterapkan di masyarakat pun berubah.
Rasulullah saw. dengan al-Quran menyerang kekufuran, syirik, kepercayaan terhadap berhala, ketidakpercayaan akan Hari Kebangkitan, anggapan Nabi Isa as. sebagai anak Tuhan, dll. Hikmah, nasihat, dan debat secara baik terus dilakukan oleh Nabi saw. Al-Quran mengabadikan hal ini:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (argumentasi yang kuat) dan nasihat yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia pula yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS an-Nahl [16]:125).
Jelas, ini merupakan aktivitas politik karena merupakan aktivitas ri‘âyah syu’ûn al-ummah, mengurusi urusan rakyat.

🌼Kelima, para pembesar Quraisy banyak menzalimi rakyat, kasar, menghambur fitnah, dan banyak bersumpah tanpa ditepati. Rasulullah saw. dengan tegas menyerang mereka karena kesombongan dan penentangan mereka. Di antara pembesar yang diserang langsung oleh Beliau adalah Abu Lahab dan istrinya (Ummu Jamil). Sementara itu, Walid bin Mughirah diserang dengan menyebutkan ciri, perilaku, dan tindakannya terhadap masyarakat. Misalnya, Nabi saw. menyerang Walid dengan ayat:
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ، هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ، مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ، عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ، أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ، إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ ءَايَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ، سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُومِ
Janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku (kasar), selain dari itu yang tidak diketahui siapa bapaknya karena dia mempunyai banyak harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami (Allah), ia berkata, “Ini adalah dongengan orang-orang terdahulu.” Kelak akan Kami beri tanda di belalainya (hidungnya). (QS al-Qalam [68]: 10-16).
Selain itu, Nabi saw. menyampaikan wahyu dari Allah yang berisi pembongkaran terhadap tipudaya para penguasa Quraisy itu (QS ath-Thariq [86]: 15-17; al-Anfal [8]: 30). Semua ini merupakan perjuangan politik. Arahnya adalah menghentikan kezaliman pembesar terhadap rakyatnya, seraya menyerukan Islam sebagai keadilan yang menggantikannya.

🌼Keenam, Nabi saw. menentang hubungan-hubungan rusak di masyarakat dan menyerukan Islam sebagai gantinya. Pada saat itu, kecurangan dalam takaran dan timbangan sudah merupakan hal lumrah dalam jual-beli. Rasulullah menentang keras sistem masyarakat seperti ini (QS al-Muthaffifin [83]: 1-6).
Sistem masyarakat yang diterapkan penguasa/pembesar kala itu membiarkan pembunuhan terhadap anak-anak karena takut miskin, khawatir tidak terjamin makan dan kehidupannya. Rasul saw. justru berteriak lantang bahwa tindakan tersebut adalah dosa besar. Beliau menyerukan: tidak perlu takut dan khawatir miskin karena Allahlah yang mengatur rezeki. Perzinaan pun merajalela. Di tengah masyarakat yang mengagungkan pergaulan bebas itu, Nabi saw. mencela perzinaan. Beliau juga menentang keras pembunuhan yang ketika itu merupakan kebiasaan masyarakat yang dilegalkan oleh hukum penguasa. Perilaku para pembesar yang biasa mengambil harta anak yatim ditentang habis-habisan. Kebiasaan rakyat dan penguasa yang sering tidak memenuhi janji pun dilawannya; diluruskan. Lalu diserukan perubahan semua itu dengan syariah Islam (QS al-Isra’ [17]: 31-34).
Jelas, Rasul saw. bergerak di tengah masyarakat, membela kepentingan mereka, menentang aturan dan sistem yang rusak, serta mendakwahkan ajaran Islam sebagai gantinya. Semua ini merupakan aktivitas politik.

🌼Ketujuh, setelah berhijrah dari Makkah ke Madinah, Beliau mendirikan institusi politik berupa negara Madinah. Beliau langsung mengurusi urusan masyarakat. Misal: dalam bidang pendidikan Beliau menetapkan tebusan tawanan Perang Badar dengan mengajari baca-tulis kepada sepuluh orang kaum Muslim pertawanan. Dalam masalah pekerjaan Nabi saw. mengeluarkan kebijakan dengan memberi modal dan menyediakan lapangan pekerjaan berupa pencarian kayu bakar untuk dijual (HR Muslim dan Ahmad). Nabi saw. pernah menetapkan kebijakan tentang lebar jalan selebar tujuh hasta (HR al-Bukhari). Beliau juga mengeluarkan kebijakan tentang pembagian saluran air bagi pertanian (HR al-Bukhari dan Muslim). Begitulah, Nabi saw. sebagai kepala pemerintahan telah memberikan arahan dalam mengurusi masalah rakyat.
Secara langsung, Rasulullah saw. menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai penulis (kâtib) setiap perjanjian dan kesepakatan, Harits bin Auf sebagai pemegang stempel kepala negara (berupa cincin) Nabi saw., Muaiqib bin Abi Fatimah sebagai pendata rampasan perang (ghanîmah), Hudzaifah bin Yaman sebagai kepala pusat statistik hasil buah-buahan di Yaman, dll.
Berdasarkan perilaku dakwah Nabi saw. dan para Sahabatnya di atas, jelaslah, dakwah Beliau tidak sekadar mencakup ritual, spiritual dan moral. Dakwah Beliau juga bersifat politik, yakni mengurusi urusan umat dengan syariah. Karenanya, dakwah Islam haruslah diarahkan seperti yang dilakukan Beliau. Politik tidak dapat dan tidak boleh dipisahkan dari Islam. Tentu, sekali lagi, politik yang dimaksud bukanlah politik Machiavellis atau sekular.

🌴Penutup
Dari apa yang dilakukan oleh Nabi saw. jelas terlihat bahwa tujuan gerakan politik Beliau bukanlah untuk diri sendiri atau kelompok. Buktinya, Beliau menolak tawaran utusan Quraisy, Abu Jahal dkk. Padahal segala hal ditawarkan: harta, tahta, wanita, dan kekuasaan. Syaratnya, Beliau menghentikan dakwah untuk menerapkan Islam. Namun, ketika di Madinah Beliau dapat meraih kekuasaan untuk menerapkan seluruh hukum Islam maka Beliau pun menegakkan pemerintahan Islam dengan momentum Baiat Aqabah II. Berbeda dengan saat ditawari Quraisy, kali ini kekuasaan tidak Beliau tolak. Ini menggambarkan dengan terang, bahwa gerakan dakwah politik Rasulullah saw. ditujukan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan Jahiliah menuju penerapan Islam yang penuh cahaya dengan diraihnya kekuasaan dan kekuatan untuk itu. Muara dakwah Nabi saw. adalah penerapan Islam secara total di tengah-tengah masyarakat melalui kekuasaan.
Dengan gerakan dakwah politik, umat dapat meraih kembali kejayaannya. Tanpa gerakan dakwah yang bercorak politik, umat akan terus dininabobokan dan dizalimi oleh pihak lain. Hukum-hukum yang sifatnya pribadi memang masih bisa dilaksanakan sekalipun tanpa kekuasaan; sekalipun tidak sempurna. Namun, hukum-hukum selainnya (sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, dll) tidak dapat diterapkan. Tanpa gerakan dakwah politik kekuasaan untuk menerapkan syariah Islam tidak dapat diraih. Konsekuensinya, penerapan Islam secara kâffah pada individu, keluarga, masyarakat dan negara sulit dibayangkan terlaksana.
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.

Friday, 9 February 2018

Terimakasih Bapak Ibu Guru

Bapak Guru sedang membereskan alas duduk yang sebelumnya digunakan siswanya 

Baru pertama kali mengantarkan murid ikut kompetisi di Universitas Darul Ulum Jombang, tepatnya di Ruang Auditorium. Pelaksanaaan semifinal Kompetisi Matematika Nalaria Realistik 13 yang berbeda dari tahun sebelumnya, baik dari segi tempat maupun ruangan.

Alhamdulillah dari tiga gelombang, semua gelombang mengikuti berarti dari tiap kelas ada yang  lolos ke babak semi final ini. Dari pagi sampai siang menjelang sore bisa menemani sambil istirahat dan mengobrol dengan beberapa guru dan wali murid dari sekolah dan berbagai daerah.

Juga menjumpai rombongan-rombongan dari sekolah-sekolah lain. Ada yang diantar secara langsung oleh orang tua murid dan banyak pula yang diantar para guru. Sayang beberapa foto yang terambil tidak tersimpan.
Di depan gerbang masjid UNDAR Jombang, berpapasan dengan Ibu Guru MIM 1 Pare, kresek besar di tangan, sepertinya kotak nasi :-)

Beberapa kali kagum dan tersenyum simpul, melihat para guru menggiring siswanya. Mengumpulkan, mengarahkan, mencarikan tempat duduk ujian. Bahkan ada guru yang membawakan perlengkapan muridnya. Ada yang membawakan tas, alas duduk bahkan membawakan makanannya. Sungguh pelayanan total, pelayanan terbaik untuk murid-muridnya. Entahlah, apakah mereka mendapat tunjangan tambahan dari lembaga, mengingat saat itu adalah hari Ahad, bukan hari kerja. Namun, terlepas dari itu semua, selama dilakukan dengan ikhlas tidak ada yang sia-sia, amal sebijisawi pun akan dibalas oleh Allah, insya Allah beberapa yang saya perhatikan mayoritas dari sekolah Islam (salah satu indikatornya siswa yang didampingi menutup aurat).

Ini adalah kompetisi di luar kegiatan akademik formal di sekolah, maka tak jarang bimbingan untuk kompetisi semacam ini juga dilakukan di luar jam pelajaran, dan sekali lagi entahlah apakah bapak ibu guru yang membimbing sebelum hari H juga mendapat tunjangan lebih, mengingat membimbing siswa untuk kompetisi membutuhkan tenaga dan pikiran ekstra, he..he..anak SD tapi makanannya materi SMP, gurunya pasti juga ekstra mengajarnya. Mau dibiarkan belajar mandiri, saya yakin bukan tipe guru pembimbing kompetisi, gak tega, meski tak banyak saya yakin para guru pasti membekali muridnya. Dan jika yang melakukannya adalah  guru non ASN, bisa jadi imbalan yang diterima juga tidak seberapa.

Entahlah, di saat system yang diterapkan di negeri ini berbasis kapitalisme, pendidikan bukanlah bidang yang mendapatkan kucuran dana yang memadai, anggaran 20% APBN untuk pendidikan yang diamanahkan UU hanya isapan jempol, karena pendidikan memang bukan lahan basah, mengucurkan dana untuk pendidikan seolah tak ada manfaatnya, lebih menggiurkan pengalokasian dana untuk infrastruktur.

Tulisan ini bukan dalam rangka mengeluh, hanya prihatin dengan penghargaan yang diberikan kepada guru, ada banyak pengorbanan yang telah diberikan, namun perlakuan terhadap para guru belum maksimal.

Secara pribadi, saya yang juga belajar jadi guru, berusaha memberikan yang terbaik untuk siswa. Tidak semata mengejar harta, namun menjadi guru adalah salah satu kesempatan untuk bisa memberikan ilmu dan selalu berharap ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat yang pahalanya akan terus mengalir meski nanti mati. Di sisi lain juga berusaha melakukan perubahan, karena apa yang terjadi di dunia pendidikan salah satunya permasalahan guru, adalah permasalahan sistemik. Negeri ini salah kelola, negeri yang mayoritas beragama Islam ini belum bisa menjadi umat yang terbaik sebagaimana dijanjikan Allah subhanahu wata’ala.
Di sekolah guru mengajarkan tentang potensi alam negeri ini yang begitu melimpah, dan secara teori harusnya bisa dinikmati seluruh bangsa, namun faktanya kekayaan alam negeri ini diserahkan swasta dan asing, negeri ini dijajah secara ekonomi. Kebijakannya pun kapitalistis, pembangunan infrastruktur sangat jauh menyentuh dunia pendidikan, yang ada adalah pembangunan infrastruktur untuk menyukseskan penjajahan asing di negeri ini. Coba kita pikirkan, untuk siapa jalan tol, bandara, pelabuhan, jalan lintas daerah dibangun? Seberapa banyak pembangunan fasilitas peningkatan pendidikan?

Harus ada perubahan, saya muslim, saya yakin aturan Islam adalah aturan terbaik, system Islam adalah system terbaik. Maka salah satu usaha perubahan yang saya lakukan adalah menyampaikan pentingnya penerapan Islam kaffah dalam naungan khilafah. Meski saat ini ada upaya untuk mengkriminalisasi aktivitas mendakwahkan khilafah, langkah tidak akan surut karena Khilafah adalah ajaran Islam, dan saya sebagai muslim bangga bicara khilafah.

Nulis ini sambil mengingat beberapa hari yang lalu kena palak dan membayar PKB di samsat, sambil menunggu panggilan mendengarkan panggilan-panggilan lain.
“ Pak Mustakim Bulupasar Pagu tiga ratus empat puluh ribu”
“ Pak Imam Pelem Pare empat ratus ribu”
“ Pak Sugiono Tulungrejo Pare duajuta seratus ribu”
“ Bu Era Gadungan Puncu dua ratus lima puluh ribu”
Bla…bla…bla… jan akeh tenan duite, dengan mudahnya rakyat dipalak. Tetapi kekayaan alam diberikan kepada asing. Utang semakin meningkat, yang menikmati para konglomerat tapi yang dipalak seluruh rakyat.

Jujur saya tidak mau terus hidup dalam system seperti ini, ini bisa diubah. Terus berusaha, memperbaiki diri sendiri, mengajak umat menerapkan Islam kaffah, mengajak untuk memperjuangkan khilafah, system warisan Rasulullah salallahu alaihi wassalam. Yang belum tahu tentang khilafah, yang masih ragu dengan khilafah, yang masih salah paham dengan khilafah juga wajib mencari tahu, menambah ilmu. Terus mengkaji Islam.
Entah kapan khilafah tegak, di saat nanti mati dan ditanya malaikat semoga bisa menjawab ketika ditanya apa yang telah dilakukan untuk agama Allah. Minimal sudah berusaha mempelajari dan menolong agama Allah dengan berusaha menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan. Wallahu a’lam

Biar nyambung dengan judul, penutupnya kembali tentang guru:
Rangkaian kata di tulisan Mati Itu Pasti  dalam rangka mengenang jasa salah satu guru yang telah dahulu dipanggil yang kuasa :

Bukan guru biasa meski hanya pegawai swasta
Memberikan dedikasi terbaik demi para siswa
Mengantarkan siswa menjadi generasi mulia
Mencari bekal kehidupan di dunia yang fana
Mencari bekal amal di akhirat yang  baka

Bukan sekedar mengejar materi semata
Namun mengabdi setulus jiwa
Meraih ridla Allah subhanahuwata’ala
Meski aral melintang di depan mata
Sedikit pun tak menyurutkan semangat  dalam dada

Dan langkah itu pun akhirnya terhenti
Bukan karena putus asa yang mendera dalam diri
Namun  kehidupan yang harus diakhiri
Ketetapan yang memang tidak bisa dihindari
Karena Allah sudah menetapkan hidup berakhir setelah mati
Namun semua tidak berarti berakhir di sini
Akhirat yang kekal sudah menanti
Menunggu di alam barzah hingga kiamat nanti
Menunggu perhitungan amal di pengadilan sejati
Siapa pun tidak bisa membela diri
Hanya amal yang akan menjadi saksi

Apa saja yang sudah dilakukan akan diminta pertanggungjawaban
Apa pun yang dikerjakan tak luput dari pengisaban
Semua akan mendapat balasan
Hanya surga dan neraka yang menjadi pilihan

Maka pastikan langkah kita selalu berada di jalan-Nya

Pare, 9 Februari 2018






Wednesday, 7 February 2018

Pembuangan Mayat di Kabupaten Kediri, Agama Tidak Dianggap Lagi?


Awal Januari 2018 warga Menang Pagu Kabupaten Kediri dikejutkan dengan penemuan mayat di salah satu halaman masjid di desa tersebut. Lokasi pembuangan mayat seorang wanita berada di pinggir jalan, bukan tempat yang sepi, meskipun diduga waktu pembuangan mayat bertepatan dengan hujan deras, sehingga keadaan saat itu lengang dari orang yang lalu lalang. Selanjutnya, belum ada satu bulan warga Kabupaten Kediri kembali digegerkan dengan penemuan mayat di Kandat (24/01/2018). Mayat ditemukan jauh dari permukiman. Keadaaan mayat tak dikenal lebih mengenaskan lagi, mayat diduga dibakar dan beberapa bagian tubuhnya sengaja dirusak. Indikasi bahwa mayat dibunuh dengan keji sangat terlihat. Tentu saja ini mengundang keprihatinan yang sangat mendalam. Setidaknya dilihat dari dua aspek, yaitu kejamnya pelaku pembunuhan dan pembuangan mayat tanpa memikirkan aspek hak seseorang yang sudah meninggal. Mungkin dengan gampangnya bisa disimpulkan, manusia hidup saja dibunuh sewenang-wenang maka wajar jika mayatnya disia-siakan. Hilang sudah akal sehat dan rasa perikemanusiaan para pelaku pembunuhan tersebut.

Mirisnya lagi, seringkali faktor pemicu pembunuhan didominasi oleh hal sepele, rasa sakit hati, memang bisa karena berbagai latar belakang. Sakit hati karena urusan harta hingga asmara. Bukan perkara yang sangat penting, hanya karena emosi dan tersakiti akhirnya membunuh dengan keji tanpa menggunakan akal sehat lagi. Membunuh seolah menjadi solusi ketika masalah terjadi, ini adalah permasalahan individu, lemahnya iman dan dangkalnya pemikiran menjadi penyebabnya. Dua hal tersebut tidak terjadi begitu saja, ada proses yang membentuk seseorang menjadi sosok yang tidak bervisi hingga ke akhirat, ini jelas terjadi karena apa yang menjadi standar saat ini adalah pemikiran yang jauh dari agama. Agama dibatasi hanya di ranah ibadah individu semata, agama ditinggalkan dalam aspek pengaturan hubungan antar manusia, bermasyarakat, berbangsa hingga bernegara. Dengan kata lain, pemikiran manusia Indonesia saat ini cenderung sekular. Beragama namun jauh dari aturan agama, beragama namun tidak mau hidupnya diatur dengan aturan agama.

Selain masalah individu, maraknya pembunuhan seharusnya menjadikan kita bertanya-tanya terkait sistem  sanksi di negeri ini. Semakin bertambahnya kasus pembunuhan dan semakin kejinya cara membunuh membuktikan bahwa pelaku tidak takut dengan sanksi yang akan diterima jika tertangkap. Pembunuhan baik sengaja maupun tidak, berencana atau karena terpaksa harus disanksi dengan hukuman yang memberikan efek jera, agar tidak terulang lagi, agar orang berpikir untuk tidak dengan mudahnya menghilangkan nyawa orang lain. Sistem sanksi di negeri ini belum terbukti efektif, akibatnya penjara banyak yang dihuni melebihi daya tampung. Belum lagi atas nama HAM, hukuman mati masih mendapat sorotan, sehingga paling berat hukuman adalah seumur hidup dan itupun berpeluang akan mendapat jatah pengurangan masa hukuman.

Sebagai seorang muslim, harusnya kita kembali merenung. Islam  adalah  agama mayoritas di Kediri, maka peluang pelaku pembunuhan seorang muslim juga semakin besar, tidak perlu malu mengakui. Maka dimanakah peran agama dalam kehidupan kita saat ini? Atau dimanakah peran lembaga pendidikan keagamaan? Lebih jauh lagi, benarkah Islam bisa menjadi rahmatan lil ‘alamin? Menurut data BPS Kabupaten Kediri yang dirilis per 26 Januari 2015 di Kapubaten Kediri terdapat 224 Madrasah Ibtidaiyah, 97 Madrasah Tsanawiyah dan 36 Madrasah Aliyah (kedirikab.bps.go.id). Juga terdapat 225 lembaga pesantren dengan total santri 60.000 orang (jatim.kemenag.go.id, 2013). Jumlah lembaga pendidikan berbasis agama yang luar biasa sangat banyak. Memang tidak semuanya mengenyam pendidikan di madrasah atau pesantren, namun setidaknya mereka hidup di tengah orang-orang  yang telah mengenyam pendidikan agama. Jika ilmu yang didapatkan di madrasah dan pesantren benar-benar diamalkan akan menjadi bekal kehidupan yang lebih baik di tengah masyarakat. Atau jika tidak demikian, jangan-jangan ilmu yang diajarkan di institusi keagamaan belum mencakup seluruh ajaran Islam? Ini bisa juga terjadi, karena lagi-lagi, pelaksanaan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kebijakan penguasa yang memang tidak menjadikan syariat Islam sebagai pedoman. Keyakinan bahwa Islam sebagai solusi atas seluruh permasalahan belum ada, dengan dalih kesepakan para pendiri bangsa syariat Islam tidak mendapat tempat. Diambil hanya dalam ranah ibadah individu saja. Atau jangan-jangan memang Islam sudah disampaikan secara menyeluruh namun pada faktanya tidak bisa diterapkan secara sempurna karena terbelenggu konsep jangan bawa-bawa agama?

Padahal Allah SWT sudah mengabarkan dalam Alquran, umat Islam adalah umat terbaik, Islam adalah agama sempurna, dan Islam akan menjadi rahmat untuk seluruh alam. Namun fakta berbicara lain, berbagai masalah menimpa umat Islam, tidak hanya di Kediri saja, namun hampir di seluruh penjuru dunia. Umat Islam belum bisa sepenuhnya menjalankan kewajiban untuk mendedikasikan seluruh hidupnya semata untuk beribadah kepada Allah, melakukan aktivitas semata untuk meraih gelar takwa. Yang ada adalah umat Islam menjadi budak dunia, lalai dengan tujuan penciptaan seorang hamba, tidak masuk Islam secara kaffah.
Ini masih di satu daerah di negeri tercinta ini, bagaimana dengan daerah lain yang kasus-kasus kriminalitas semakin meningkat? Oleh karena itu mari kita renungkan bersama salah satu peringatan Allah SWT dalam surah Arruum ayat 41 yang artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Jelas sekali, solusi atas kerusakan di muka bumi ini adalah kembali ke jalan yang benar, yaitu Islam. Menjadikan Islam sebagai pedoman dalam kehidupan, menaungi seluruh umat manusia tanpa membedakan suku, ras dan agamanya. Hal ini tentu membutuhkan ilmu dan keyakinan. Bekal ilmu agar mengetahui praktik penerapan syariat Islam dalam kehidupan, bekal keyakinan bahwa dengan Islam semua masalah terselesaikan karena Islam berasal dari Allah SWT  Dzat Yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk makhlukNya. Wallahu ‘alam.