Wednesday 4 November 2015

Hasil Ngomong Doank



Stadion Canda Bhirawa Pare, sudah dari kecil sering mengunjungi
GOR Pancasila Surabaya, beberapa kali mengunjungi untuk mengikuti beberapa acara
Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, dua kali mengunjungi.  Acara Konferensi Khilafah Internasional dan Muktamar Khilafah
Tenis Indoor Istora Jakarta, sekali mengunjungi. Mengantar peserta Muktamar Mubalighah dari Kediri
Gelora Delta Sidoarjo, sekali mengunjungi pada acara Konferensi Rajab 1432
Gelora 10 Nopember Tambaksari Surabaya, sekali mengunjungi, Muktamar Khilafah Jatim
GOR Ken Arok Malang, sekali mengunjungi pada acara Konferensi Islam dan Peradaban
GOR Ciracas Jakarta Timur, sekali mengunjungi mengantarkan siswa  acara babak final Fachruddin Ar Razi Competition, bidang  Matematika dan Sudi Islam. Untuk matematika soal hampir mirip dengan olimpiade jadi benar-benar bikin kepala pusing tujuh keliling.

Kali ini  tentang acara di GOR Ciracas saja

Sebelum masuk final ada seleksi tingkat kabupaten, diambil 20% peringkat teratas, Alhamdulillah ada 2 murid kelas 6 yang lolos ke babak final. Memang mereka tahun sebelumnya ketika di kelas 5 juga sudah pernah ikut seleksi namun belum beruntung. Wajar, tahun sebelumnya baru pertama kali ikut, belum ada pengalaman dan soal latihannya juga asal-asalan buat.  Sedangkan tahun ini sudah ada persiapan jauh-jauh hari dengan prediksi soal mengacu pada tahun sebelumnya, meski banyak hal baru. Persiapan menuju babak penyisihan sudah sedikit terprogram, tiap Sabtu bimbingan 1 jam.

Persiapan menuju final, agak lebih serius. Mencari materi studi Islam, tidak hanya mata pelajaran Fikih, Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab saja, juga ditambahi dengan pengetahuan umum dan masalah kekinian umat Islam. Untuk matematika digempur dengan latihan soal olimpiade. Kadang merasa kasihan, masih MI makanannya soal pelajaran SMP dan SMA. Intinya persiapan ke babak final memang harus gaul, tidak kurin, update fakta, banyak membaca, banyak latihan soal. Menikmati semuanya.

Detik-detik menuju final, mempersiapkan waktu, tenaga dan biaya. Bukan perkara yang sederhana. Tapi Alhamdulillah lancar meski tidak mendapat juara. Minimal sudah punya pengalaman berkompetisi dengan siswa dari seluruh penjuru Indonesia. Dan mereka pun juga senang, bisa mengukur kemampuan, menambah ilmu dan wawasan.

Jika ditanya apa saja hasilnya, mungkin sulit menunjukkan bukti fisiknya. Bagi yang juara bisa menunjukkan hadiahnya. Begitulah, hasil kerja guru yang hanya tukang ngomong doank. Hanya bisa mengajari, memberi informasi dan ilmu. Tak bisa memberi harta dan materi melimpah.

Padahal, mengantarkan 2 murid saja. Tidak sekadar berangkat dan duduk manis dengan tanpa hasil. Sejak awal membutuhkan persiapan.

Bagaimana dengan kunjungan ke GOR lain ? Yang pasti tidak untuk bersenang-senang, hanya jogging saja, main-main apalagi sekadar nonton pertandingan olahraga. Tidak. Juga tidak hanya bersama 2 orang saja. Konferensi Khilafah Internasional, Konferensi Rajab, Muktamar Khilafah dan lainnya selalu menghadirkan ribuan hingga ratusan ribu umat Islam. Bukan massa bayaran, bukan massa abal-abal. Tetapi bagian dari umat Islam yang dengan sadar mengikuti acara, tahu tema dan tahu penyelenggaranya. Pesertanya adalah umat Islam yang sejak jauh-jauh hari sudah dikontak. Diajak dengan menyampaikan pentingnya acara dan pentingnya kedatangan mereka sebagi bentuk dukungan. Mengajak dengan omongan, bukan dengan iming-iming materi, lagi-lagi modalnya cuman omong doank.

Alhamdulillah, acara-acara tersebut selalu disambut dengan semangat luar biasa, meskipun terkadang  ada saja yang bikin gara-gara. Memfitnah, menakut-nakuti, menuduh hanya omong doank dan lain sebagainya. Khusus untuk tuduhan omong doank, rasanya agak gimana gitu…  Jika memang benar omong doank ya harusnya tidak perlu diganggu kan… Jika memang menganggap omong doank hanya aktivitas sia-sia ya tidak perlu khawatir kan..

Tetapi, tidak masalah dengan cap omong doank, terserah. Terus saja beramar makruf dan nahi munkar. Abaikan celaan orang-orang yang suka mencela.  Bersama jamaah dakwah sekaligus partai politik yang berideologi Islam bergerak dangan dakwah pemikiran dan dan politik karena itulah seharusnya salah satu kerja partai politik, terus mengedukasi umat dengan hukum-hukum Allah SWT. Terus muhasabah kepada penguasa. Dan sebagai individu bagian dari umat Islam terus berlomba dalam kebaikan. Terus berbuat baik di tengah umat dan mengukir prestasi setinggi langit. Jangan jadi pribadi egois, hanya mengisi hari mengejar materi. Tak peduli dengan persoalan umat Islam, alergi dengan aktivitas politik, jangan.

Pare, 4 November 2015

No comments:

Post a Comment