Perang Mu’tah
terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun ke-8 setelah hijrah. Perang Mu’tah
merupakan tindak lanjut dari pengiriman para utusan Rasulullah saw ke berbagai
negara-negara tetangga dan juga sebagai
pembuka jalan dakwah ke luar Jazirah Arab dengan Syam sebagai sasaran pertama.
Dalam perang
ini, kekuatan pasukan kaum muslimin dengan musuh sangatlah tidak berimbang.
3000 kaum muslimin menghadapi 200.000 pasukan musuh. Dan memang banyak kaum
muslimin yang syahid dalam perang ini. Dengan strategi yang diambil Khalid bin
Walid yaitu memecah pasukan kaum muslimin untuk menggentarkan musuh, kaum
muslimin berhasil membuat musuh mundur tanpa berperang lagi. Dengan strategi
ini kaum muslimin berhasil membuktikan bahwa mereka terus berusaha membuat
musuh gentar.
Perang ini
juga membuktikan betapa kaum muslimin siap berperang menyongsong maut. Bahkan
maut yang dilihat di depannya malah diterjang. Mereka terjun ke medan perang
dan siap terbunuh dan memang terbunuh.
Mereka berani melakukannya karena
Islam memerintahkan setiap
Muslim berperang di jalan-Nya,
sehingga mereka berhasil membunuh
atau dibunuh. Sesungguhnya perang adalah jual-beli yang menguntungkan karena perang adalah jihad di jalan
Allah.
Sesungguhnya
Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; lalu mereka
membunuh atauterbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalamTaurat,
Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu,
dan itulah kemenangan yang besar” (TQS
at-Taubah[9]: 111).
Mereka
berperang meskipun maut menjemput mereka. Semua Muslim berperang tanpa melihat
lagi apakah maut akan mengakhirinya ataukah tidak? Dalam peperangan dan jihad
semua perkara tidak bias diukur dengan jumlah musuh, banyak atau
sedikitnya.Akan tetapi, diukur dengan
hasil-hasil yang dikeluarkannya,
tanpa melihat lagi berbagai tuntutan yang berhubungan dengan pengorbanan
atau keberhasilan yang menjadi target dari peperangan. Kaum Muslim berperang
menghadapi pasukan Romawi di Mu’tah yang memang wajib bagi kaum Muslim untuk
berperang, begitu pula wajib bagi komandan-komandanpasukan untuk terjun ke medan
perang seseuai dengan tujuan kedatangan mereka,walaupun kematian yang
disodorkan oleh orang-orang berkulit merah itu tengah menyongsong di hadapan
mereka.
Karena itu,
wajib bagi setiap Muslim untuk tidak takut mati dan mereka tidak perlu
memperhitungkan faktor lainnya di jalan Allah. Rasul saw mengetahui bahwa pengiriman pasukannya ke
negara Romawi berada dalam batasan-batasan yang sangat mengkhawatirkan
dan penuh bahaya. Akan tetapi, kekhawatiran dan bahaya ini harus menimbulkan
rasa takut pada pasukan Romawi,
tatkala mereka melihat semangat
tempur pasukan kaum Muslim dan semangatnya mencari mati, meski jumlah mereka sedikit. Kekhawatiran ini harus
mampu merumuskan (menciptakan) jalan bagi
kaum Muslim untuk
jihad dalam rangka menyebarkan Islam dan menerapkannya di
negara-negara yang hendak dimasukinya. Kekhawatiran atau bahaya ini justru
menguntungkan kaum Muslim, karena menjadi jalan pembuka perang Tabuk. Untuk
selanjutnya berhasil memukul Romawi. Hal
ini berdampak dengan kekhawatiran
mereka menghadapi kaum
Muslim, sehingga wilayah
Syam dapat dibebaskan.
Menuju Rapat dan Pawai Akbar 1436
Dan salah satu
agenda pada bulan Rajab 1436 nanti adalah Rapat dan Pawai Akbar. Agenda akbar
yang diikuti kaum muslimin se-Jawa Timur. Dan juga diselenggaran di berbagai
kota di Indonesia. Tentu bukan agenda
yang penuh kesenangan, namun agenda yang membutuhkan banyak pengorbanan. Sebuah
acara dalam rangka mengajak umat untuk menyelamatkan Indonesia yang saat ini
terancam neoliberalisme dan neoimperialisme. Menyelamatkan negeri tercinta
dengan penegakkan syari’ah secara kaffah dalam naungan khilafah.
Kegiatan yang
tidak hanya euphoria belaka, tetapi kegiatan yang didahului dengan berbagai
aktivitas berinteraksi dengan umat tentang fakta negeri ini yang semakin
terpuruk dengan kebijakan yang sangat kental dengan agenda neoliberalisme dan
neoimperialisme.
Neoliberalisme
membuat Negara bukan hanya tidak boleh mengatur harga tetapi juga tidak boleh
mengatur kepemilikan. Semua hal boleh dijadikan alat ekonomi termasuk yang
vital bagi rakyat seperti air, listrik,migas, tambang dan lain lain semua boleh
diprivatisasi (dikuasai dan dikelola) oleh swasta untuk kemudian dijual kepada
rakyat.
Neoimperialisme,
bentuk kolonialisme baru dimana uang menjadi senjatanya. Istilah ini juga
merujuk kepada perusahaan multinasional dan juga lembaga ekonomi dunia seperti
Bank Dunia dan IMF yang beroperasi di Negara-negara berkembang atau miskin.
Tujuannya tetap sama dengan imperialisme lama, yakni mengendalian pemerintahan suatu
Negara untuk menguasai aset-aset ekonomi di Negara tersebut.
Adapaun tanda
sebuah Negara dikuasai oleh neoliberalisme dan neoimperialisme adalah semua
kebijakan yang tercermin di dalam undang-undang dan peraturan pemerintahan yang
sangat memihak kepentingan asing. Konsekuensinya, pemerintah Negara tersebut
menjadi pelayan (jongos) asing. Negara dibuat tidak becus di dalam mengurus
sumberdayanya (tambang mineral dan migas) serta dibuat tidak becus dalam
mengelola barang public ( air, listrik dll) sebagai sarana memberi jalan bagi
swasta khususnya asing untuk mengambil alih sector-sektor tersebut. Lebih
parahnya lagi mereka mempersilakan asing untuk mengelola infrastruktur vital
Negara seperti pelabuhan laut dan bandara dengan alasan sama, yakni perlu
bantuan dana investasi atau karena tidak becus menjalankannya.
Harus ada
aktivitas dakwah untuk menyadarkan umat tentang apa sebenarnya yang mengancam
negeri ini. Berusaha sekuat tenaga memahamkan umat dengan bahasa dan contoh
yang bisa dimengerti umat di dekat kita. Menyesuaikan dengan fakta yang paling
dekat dengan umat di sekitar kita.
Harus ada
aktivitas memahamkan umat tentang gambaran yang benar tentang khilafah sebagai
penyelamat negeri ini. Mengajak belajar bersama, memahami kewajiban menerapkan
syariah Allah SWT, mengajak umat untuk menjadi bagian dalam perjuangan.
Jelas, itu
semua bukan aktivitas semudah membalikkan tangan. Membutuhkan pengorbanan yang
luar biasa, membutuhkan kesiapan fisik dan mental. Siap dengan semua risiko,
hambatan dan tantangan yang menghadang. Membutuhkan kesabaran dan keikhlasan.
Sabar dengan celaan, sabar dengan cemoohan, sabar dengan ketidaksabaran umat
dan ikhlas menjalani semuanya, lillahi ta’ala. Karena tak ada imbalan materi
sedikitpun. Dan sebuah
agenda yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan Perang mu’tah.
Pare, 14 April 2015
Sumber :
Daulah Islam bab Perang Mu’tah
Materi Kampanye
#IndonesiaKitaTerancam Neoliberalisme dan Neoimperialisme
#SelamatkanIndonesiadenganSyariahdanKhilafah
No comments:
Post a Comment