Tuesday 9 April 2019

Mendamaikan Cebong dan Kampret (1)

Sumber gambar : Kompasiana.com

Insya Allah amat sangat menghindari menggunakan istilah cebong dan kampret. Agar sama persepsinya, cebong adalah olokan-julukan atau apalah yang disematkan kepada pendukung paslon 01 pilpres, sedangkan kampret paslon 02. Cebong sering diembel-embeli IQ 200 sekolam, otaknya kecil ga bisa mikir. Sedangkan kampret otaknya terbalik , apa yang dipikirkan terbalik antara fakta dan hoaks. Itu yang setidaknya sering terlontar dan berseliweran di media social.

Jika dalam sebuah status, berita, komentar ada hujatan tentang cebong dan kampret, memilih untuk tak melihat lebih jauh lagi, tidak tertarik dengan olokan rendahan.

Oleh karena itu, perlu diluruskan. Karena kita manusia dikaruniakan akal untuk berpikir, tidak asal ucap, tidak asal bertindak. Apapun perbedaannya, cebong dan kampret sama-sama hewan, makas ecara fisik tak layak disamakan dengan manusia. Memang ada kesamaannya, yaitu mempunyai otak. Namun ketika mendifinisikan otak sebagai saatu-satunya hal yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, maka saya sarankan untuk membaca dua buku yang secara khusus membahas tentang definisi berpikir dan seluk-beluknya. Buku Hakikat Berfikir (at tafkir) dan Panduan Berpikir Cepat dan Produktif (Sur’atul Badihah). Untuk at tafkir saya ada filenya (arab-indonesia), silakan japri yang minat.

Dengan membaca dua kitab tersebut, akan menjadi jelas bahwa berpikir tidak hanya membutuhkan otak, namun butuh alat indera, fakta yang terindera dan informasi pendahulu. Dan juga tentang konsep IQ, IQ tak selalu berbanding lurus dengan mulianya manusia, karena manusia mulia hanya dengan takwa.

Maka, mari akhiri perseteruan antara cebong dan kampret, hentikan olokan rendahan. Dahulukan berpikir, terutama untuk seorang muslim, berpikirlah cemerlang, jadikan hukum syara’ sebagai informasi pendahulu, jadikan syariat sebagai standar. Tak perlu mengikuti hawa nafsu, sebenci apapun kepada paslon lawan, tetaplah kedepankan keterikatan pada hukum Allah. Secinta apapun pada paslon, jangan sampai cinta buta.

Tak perlu lagi olokan cebong, kampret, kardus, sumbu pendek jika hanya demi melampiaskan euphoria dukungan paslon dalam pilpres. 

Kembalilah menjadi manusia seutuhnya, berjuang untuk meraih ridhoNya
Menerapkan Islam kaffah dalam naungan khilafah, wujudkan islam sebagai rahmat untuk seluruh alam

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat , dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengar . Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf [7] : 179)




pare, 9 April 2019

No comments:

Post a Comment