Thursday, 11 April 2019

Mendamaikan Cebong dan Kampret (2)



Sumber gambar : kaskus.co.id


Sudahlah, akhiri pemusuhan kalian. Ingat kalian itu sama-sama binatang, tak perlu berseteru lagi.

Eeh.. sudah ya, tidak ingin pake istilah cebong dan kampret lagi.

Jauh hari sebelum tanggal 17, mendekati tanggal 17 dan setelah tanggal 17 April nanti, ada yang perlu kita ingat bersama. Ada banyak yang menyatukan kita, ada banyak hal yang sama di antara kita.

Setidaknya kita sama-sama rakyat Indonesia, tak perlu main kasar apalagi mengusir untuk keluar. Mari bersama menyelamatkan negeri ini dari kehancuran. Hukum tegas para koruptor, jangan beri ruang para perusak moral, jangan beri ampun antek asing, jangan beri kesempatan asing merampok  SDA.

Lebih khusus lagi, ada banyak di antara kita yang disatukan dengan akidah Islam. Umat Islam itu ibarat satu tubuh, ibarat satu bangunan, harusnya saling menguatkan, harusnya tak boleh saling menyakiti. Tak layak demi sekerat kekuasaan diperebutkan melalui euphoria pesta demokrasi jelas bukan teladan Nabi. Maka, ingatlah! Sukakah Nabi dengan tingkah kita yang sering mengolok satu sama lain? Sukakah Nabi dengan umatnya yang menjadikan agama sebagai kedok belaka? Memikat rakyat dalam waktu sekejap namun setelahnya mendzaliminya? Ridhakah Nabi melihat umatnya melempar tuduhan murahan menghina khilafah yang merupakan warisannya?

Bagaimanapun juga kita akan tetap bertetangga, kita akan tetap bersaudara, kita akan tetap  hidup dalam negeri yang sama. Tak  layak perbedaan pilihan menghancurkan segalanya.
Tidakkah sadar ada pihak lain yang bertepuk tangan dengan perpecahan kita? Para dalang yang sembunyi di balik kekuasaan, para cukong yang menanti aliran materi, para kaki tangan asing yang hendak memuluskan langkah penjajah penjarah. Mereka menanti Indonesia yang tak damai. Sehingga kerakusan, ketamakan,kejahatan mereka tak terendus.

Maka, cukup mendengar, merenungi dan pasrah taat saja dengan manusia agung, kekasih Allah, manusia pilihan, Nabi Muhammad saw  : Telah aku tinggalkan dua perkara yang apabila kalian berpegang teguh pada keduanya, niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya , yaitu kitabullah dan sunah (hadits)

Dan ingat..ingat! Sistem yang bisa  menerapkan  islam kaffah, Alquran dan Hadits hanya khilafah saja, bukan yang lainnya.

Jadi, apapun pilihanmu, yuuuk mari berjuang demi tegaknya khilafah. Dijamin akuur.


Pare, 11 April 2019

Wednesday, 10 April 2019

Pendidikan Murah, Hanya Dengan Sistem Khilafah


Sumber gambar : indovoice.com

Permasalahan kembali mendera pendidikan tinggi. Penerapan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) ketika masuk perguruan tinggi masih dipenuhi masalah ketersediaan fasilitas. Saat meninjau simulasi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di lokasi tes Kampus Universitas Diponegoro (Undip) di Semarang, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir meminta Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) dan panitia UTBK lokal untuk menginstall aplikasi UTBK dan mengunduh seluruh soal sebelum Tes Gelombang Pertama UTBK dilakukan. Hal ini untuk mengantisipasi koneksi internet yang terlalu padat apabila semua lokasi tes mengunduh soal menjelang atau pada saat tanggal tes (ristekdikti.go.id). dan lagi-lagi permasalahannya adalah minimnya biaya yang digelontorkan pemerintah demi peningkatan fasilitas pendidikan.
Permasalahan mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi pun masih mendominasi alasan lulusan SMA/SMK tidak melanjutkan kuliah.  Seperti yang diberitakan Riset yang dilakukan Haruka Evolusi Digital Utama (HarukaEDU) di 2018 menyebutkan, 79% lulusan SMA/SMK yang sudah bekerja tertarik untuk melanjutkan kuliah lagi.  Namun 66% responden di antaranya urung kuliah karena mengaku terkendala biaya. Seperti hasil survei yang dimuat di m.medcom.id : CEO HarukaEDU, Novistiar Rustandi mengungkapkan, tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap dunia pendidikan tergolong masih rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah siswa di Indonesia yang melanjutkan ke perguruan tinggi meningkat setiap tahunnya, yakni pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 1,08 juta mahasiswa baru dan di tahun 2014/2015 mencapai 1,45 juta mahasiswa baru. "Namun, hanya 8,15 persen dari total penduduk usia 15 tahun ke atas yang berhasil menyelesaikan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi," kata Novistiar, di Jakarta, Senin 24 Desember 2018. Salah satu kendala yang banyak ditemui oleh para lulusan SMA dan SMK untuk langsung melanjutkan ke perguruan tinggi di antaranya adalah persoalan biaya.  Bahkan persoalan biaya juga masih membayangi para lulusan SMA/SMK tersebut, meskipun mereka telah bekerja dan memiliki penghasilan. "Dari hasil riset kami, ada 66% pekerja lulusan SMA/SMK kesulitan biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. meskipun mereka ingini sekali kuliah lagi," terang Dia.
Solusi yang ditawarkan pemerintah, di antaranya adalah program Bidikmisi dan beasiswa LPDP belum dinikmati oleh seluruh lulusan SMA/SMK. Bidikmisi sebagai implementasi Program Indonesia Pintar (PIP)  dan Program Keluarga Harapan (PKH) masih sebatas ajang pencitraan, seolah pemerintah peduli dengan pendidikan, padahal nyatanya program ini masih dipenuhi permasalahan minimnya penerima dan tidak tepat sasaran untuk tujuan pendidikan. Sedangkan beasiswa LPDP juga hanya dinikmati segelintir orang saja. Tentu semua ini sangat kontradiktif dengan amanah undang-undang yang seharusnya pendidikan adalah hak seluruh warga negara, tanpa pandang bulu, negara wajib menjamin seluruh rakyatnya untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin.
Permasalahan pembiayaan bidang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari tata kelola APBN negeri ini. Kebijakan rezim kapitalistis membuat negara menganaktirikan bidang pendidikan. Karena pendidikan tidak terlalu memberikan kontribusi keuntungan berupa masuknya pundi-pundi uang ke dalam APBN, yang ada malah menggerogoti APBN. Akar masalahnya belum berhenti sampai di sini. Pembangunan berbasis utang dan pemasukan yang ditopang pajak menjadi salah satu pemicu masalah minimnya anggaran pendidikan. Belum lagi utang berkedok investasi yang semakin membelit pemasukan negara. Sumber daya alam yang banyak dikuasai swasta dan asing, infrastruktur yang dikelola asing membuat negara tidak mempunyai kewenangan penuh untuk mengelola ditambah lagi dengan semakin tersanderanya negara oleh utang luar negeri yang semakin membuat kebijakan negara didikte lembaga pemberi utang.
Oleh karena itu, ketika negeri ini menginginkan pendidikan murah, sudah tentu tidak boleh tetap menggunakan solusi tambal sulam yang tidak menyelesaikan permasalahan utama, yaitu kesalahan tata kelola perekonomian negara. Untuk mewujudkan pendidikan murah diperlukan gebrakan, perubahan mendasar yang bersifat sistemik. Dan satu-satunya alternatife adalah dengan menggunakan cara yang telah diwariskan Rasulullah saw dan dilanjutkan para khalifah setelah beliau, yaitu dengan menerapkan sistem islam, baik dalam pembiayaan pendidikan maupun sistem pendidikan itu sendiri. System yang berpijak pada syariat Islam yang digali dari Alquran, Hadits dan Ijma’ sahabat.
Dalam sistem islam, pendidikan dipandang sebagai kebutuhan mendasar seluruh warga negara, maka negara berkewajiban untuk menjamin dan memastikan seluruh warga negaranya memperoleh pendidikan setinggi mungkin. Pembiayaan pendidikan diambilkan dari baitul mal. Ada beberapa pos pemasukan yang bisa dibelanjakan untuk kepentingan kemaslahatan rakyat, di antaranya adalah pendidikan. Di antara pos yang tersebut yaitu fa’i, kharaj dan pemasukan dari pengelolaan kepemilikan umum. Jika dari pos-pos tersebut belum mencukupi maka diperbolehkan menarik pajak, dengan catatan pajak hanya ditarik sementara sesuai kebutuhan, bukan seperti sistem saat ini yang menjadikan pajak sebagai penopang utama pemasukan APBN.
Untuk saat ini, di saat khilafah belum tegak, pos yang bisa dijadikan sebagai sumber pembiayaan adalah pos kepemilikan umum. Jika negara benar-benar peduli dengan pendidikan, maka akan segera mengevaluasi tata kelola kepemilikan umum yang salah satunya adalah sumber daya alam yang melimpah, atau SDA yang mengusai hajat hidup rakyat Indonesia. Memang ini membutuhkan kemauan luat dari pemerintah untuk mengambil alih pengeloaan SDA dari swasta-asing. Namun dengan karakter penguasa yang menerapkan sistem kapitalis-sekular, memang peluangnya sangat kecil. Oleh karena itu jika menginginkan perubahan total hanya bisa diwujudkan dengan sistem khilafah yang akan menerapkan Islam secara kaffah dan menjadikannya rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a’lam bishawab.











Tuesday, 9 April 2019

Mendamaikan Cebong dan Kampret (1)

Sumber gambar : Kompasiana.com

Insya Allah amat sangat menghindari menggunakan istilah cebong dan kampret. Agar sama persepsinya, cebong adalah olokan-julukan atau apalah yang disematkan kepada pendukung paslon 01 pilpres, sedangkan kampret paslon 02. Cebong sering diembel-embeli IQ 200 sekolam, otaknya kecil ga bisa mikir. Sedangkan kampret otaknya terbalik , apa yang dipikirkan terbalik antara fakta dan hoaks. Itu yang setidaknya sering terlontar dan berseliweran di media social.

Jika dalam sebuah status, berita, komentar ada hujatan tentang cebong dan kampret, memilih untuk tak melihat lebih jauh lagi, tidak tertarik dengan olokan rendahan.

Oleh karena itu, perlu diluruskan. Karena kita manusia dikaruniakan akal untuk berpikir, tidak asal ucap, tidak asal bertindak. Apapun perbedaannya, cebong dan kampret sama-sama hewan, makas ecara fisik tak layak disamakan dengan manusia. Memang ada kesamaannya, yaitu mempunyai otak. Namun ketika mendifinisikan otak sebagai saatu-satunya hal yang berkaitan dengan kemampuan berpikir, maka saya sarankan untuk membaca dua buku yang secara khusus membahas tentang definisi berpikir dan seluk-beluknya. Buku Hakikat Berfikir (at tafkir) dan Panduan Berpikir Cepat dan Produktif (Sur’atul Badihah). Untuk at tafkir saya ada filenya (arab-indonesia), silakan japri yang minat.

Dengan membaca dua kitab tersebut, akan menjadi jelas bahwa berpikir tidak hanya membutuhkan otak, namun butuh alat indera, fakta yang terindera dan informasi pendahulu. Dan juga tentang konsep IQ, IQ tak selalu berbanding lurus dengan mulianya manusia, karena manusia mulia hanya dengan takwa.

Maka, mari akhiri perseteruan antara cebong dan kampret, hentikan olokan rendahan. Dahulukan berpikir, terutama untuk seorang muslim, berpikirlah cemerlang, jadikan hukum syara’ sebagai informasi pendahulu, jadikan syariat sebagai standar. Tak perlu mengikuti hawa nafsu, sebenci apapun kepada paslon lawan, tetaplah kedepankan keterikatan pada hukum Allah. Secinta apapun pada paslon, jangan sampai cinta buta.

Tak perlu lagi olokan cebong, kampret, kardus, sumbu pendek jika hanya demi melampiaskan euphoria dukungan paslon dalam pilpres. 

Kembalilah menjadi manusia seutuhnya, berjuang untuk meraih ridhoNya
Menerapkan Islam kaffah dalam naungan khilafah, wujudkan islam sebagai rahmat untuk seluruh alam

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat , dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengar . Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf [7] : 179)




pare, 9 April 2019

Thursday, 4 April 2019

Khilafah dan Pahala Jariyah



Mendirikan rumah tahfidz yang mencetak jutaan hafidz itu amal mulia
Seorang ibu yang fokus pada mendidik anak, melayani dan berbakti kepada suami hingga mengurus seluruh keperluan keluarganya adalah amalan yang tinggi pahalanya
Membuat layanan sedekah untuk orang-orang yang membutuhkan adalah amal mulia juga
Mendirikan panti asuhan, sering melakukan bakti social adalah amal yang tak ternilai pahalanya
Mendirikan sekolah dengan harapan bias  mencetak generasi berilmu dan bertaqwa adalah amal kebaikan
Membuat usaha yang menyerap banyak tenaga kerja adalah kebaikan tak terkira
Mengurus majelis taklim yang focus pada penguatan tazkiyatun nafs adalah ibadah yang luar biasa
Membentuk jamaah dzikir yang membludak jamaahnya juga bukan amal yang sia-sia
Semua itu pasti ada balasannya selama dilakukan semata lillahi ta’ala

Namun jangan berhenti sampai di sini, jangan berpuas diri
Masih ada lagi amalan yang akan membuat semua kebaikan di atas semakin mudah diwujudkan.
Amalan yang akan memastikan semua kebaikan dalam Islam akan diterapkan. Tidak hanya kebaikan yang mencakup hubungan manusia dengan dirinya atau dengan Allah saja, namun juga mewujudkan pengamalan syariat Islam dalam seluruh bidang. Karena memang islam agama sempurna, apapun diatur olehnya.

Amalan itu adalah perjuangan menegakkan khilafah
Khilafah adalah warisan Rasulullah
Khilafah adalah pemersatu umat
Khilafah adalah perisai umat
Khilafah adalah penerap seluruh syariah
Akan ada banyak kebaikan yang terwujud ketika khilafah tegak
Maka upaya menegakkan khilafah adalah mahkota kewajiban, puncak perjuangan untuk memastikan yang wajib sempurna dilakukan, yang sunah ringan diamalkan, yang mubah tak menjadi pilihan, yang makruh berlomba ditinggalkan dan yang haram sedikitpun tak diingankan.
Dan bagi pejuangnya tak pernah berakhir sia-sia.
Karena khilafah adalah kemenangan yang telah dijanjikan
Khilafah itu pasti
Tidak akan ada yang bisa menghalangi
Jika kemenangan itu datangnya nanti
Tetap ada balasannya meski kita telah mati

Perjuangan menegakkan khilafah pahalanya akan menjadi amal jariyah, amalnya terus mengalir meski pejuangnya mati sebelum khilafah tegak. Dakwahnya menyeru kebaikan akan terus mengalirkan pahala, karena khilafah tegak dalam rangka menyemputnakan kebaikan.

Oleh karena itu, teruslah berjuang
Jangan hiraukan celaan, apalagi yang menuduh khilafah dengan tuduhan murahan tanpa bukti. Khilafah tak akan laku katanya, khilafah akan men-Suriah-kan, khilafah akan seperti ISIS, khilafah membasmi non muslim dan lain sebagainya. Sudahlah, biarkan saja. Bersabar menyampaikan dan bersambar menambah bekal ilmu. Nikmati saja, karena semuanya tak pernah sia-sia.


Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).(TQS: Yasin [36] : 12)


Pare, 4 April 2019

Wednesday, 3 April 2019

Reportase Peringatan Isra’ Mi’raj : Sambutan dan Materi – Hikmah Isra’ Mi’raj


Seharusnya menjadi dua tulisan, namun tak terasa sudah mendekati akhir bulan Rajab dan tulisan belum tuntas.
Sambutan dari Ketua Majelis Taklim penyelenggara acara peringatan menyampaikan latar belakang diadakannya acara dan sedikit mengingatkan tentang peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad saw. Juga peristiwa penting  yang terjadi di bulan Rajab, salah satunya runtuhnya khilafah pada tahun 1924.

Sedangkan para pembicara, yaitu 6 pembicara secara beruntun menyampaikan materi yang berkelanjutan. Tentu berkaita dengan tema utama : Sebuah Momentum Kebangkitan dan Persatuan Umat.

Diawali dengan fakta yang  musibah menimpa rakyat Indonesia hingga nasib saudara seiman di berbagai belahan dunia, yang terakhir adalah penembakan brutal di Selandia  Baru. Bukti bahwa umat Islam sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Semakin mengukuhkan kebutuhan umat akan pelindung , perisai dan pengayom. Yaitu khilafah, yang akan menerapkan Islam kaffah. Maka dimulailah dengan dalil-dalil seputar kewajiban menegakkan khilafah dan berbagai pendapat ulama, yang memang hamper tidak ada yang berselisih pendapat  tentang wajibnya khilafah.
Dilanjutkan dengan fakta kekuatan khilafah yang akan menjadi pelindung umat, akan bisa menjadi pelindung umat di seluruh penjuru dunia. Menjadi pengayom seluruh warga negaranya, muslim dan non muslim. Fakta tentang sigapnya para khalifah terdahulu ketika ada warga negaranya yang membutuhkan.

Tak hanya berhenti pada romantisme sejarah, saat ini umat terpecah belah dirundung berbagai masalah.maka harus ada upaya untuk membangkitkan umat Islam, harus ada yang mengawali. Namun sayang, di saat ada dakwah yang menyampaikan khilafah sebagai jalan menuju kebangkitan umat, masih saja ada yang berusaha untuk menghalangi, menjegal bahkan memfitnah.

Hampir sama ketika Rasulullah saw menyampaikan peristiwa isra’ mi’raj. Masyarakat terpecah menjadi tiga golongan. Pertama golongan mukmin, tanpa banyak kata cukup iman dan percaya karena memang berawal dari keyakinan bahwa yang disampaikan Rasulullah saw pasti sebuah kebenaran. Memang tak mudah, apalagi bagi hati yang keras dan sombong, mengikuti apa yang disampaikan Rasulullah pastilah berat di hati. Kedua, golongan munafik. Di satu sisi mengaku mempercayai Rasulullah namun tak jarang meragukan beliau. Bisa jadi karena kepentingan, dengan ringannya menolak apa yang berasal dari Nabi. Ketiga, golongan kafir. Tidak mengherankan, orang kafir sejak awal memang tak mengimanai Rasulullah maka wajar apapun yang berasal dari beliau akan dibantah mentah-mentah.

Dn seperti itu pula masyarakat ketika menyikapi khilafah. Ada yang semangat memperjuangkannya, ada yang mengatakan sebagai hal yang tak laku, da nada yang tak mempercayainya. Sebagaimana menyikapi semua yang berasal dari Allah dan RasulNya, bagi orang yang bertaqwa sederhana saja, sami’na wa ‘atha’na, kami mendengar dan kami taat, tak perlu banyak alasan menghindar.

Khilafah adalah sebagaimana ajaran islam yang lainnya. Megakkan salat wajib, menegakkan khilafah juga wajib, karena hanya dengan system khilafah saja seluruh syariat bisa diterapkan. Mengerjakan satu kewajiban saja harus berusaha sekuat tenaga, apalagi hendak menegakkan institusi yang akan menyempurnakan semua kewajiban, harus lebih ekstra lagi mengerahkan seluruh daya dan upaya. Mengorbankan apapun yang dimiliki. Tak berhenti meski kebangkitan umat Islam juga dihalang sekuat tenaga oleh musuh-musuh, meski kedazaliman luar biasa menimpa.  

Dan yang tak kalah pentingnya, perjuangan khilafah adalah kewajiban seluruh umat islam, bukan kewajiban ormas tertentu. Sinergi menegakkan hokum Allah dimuka bumi menjadi prioritas.  Ukhuwah islamiyah harus diutamakan, politik adu domba tak layak dilayani dan dibiarkan.

Khilafah urgen dibutuhkan umat. Ibarat bangunan, akidah adalah pondasi, syatiat adalah tiang dan khilafah adalah atap yang melindungi. Masing-masing penting, tidak boleh diabaikan salah satunya.

Dan tentu semua itu tidak semudah membalikkan tangan. Memperbaiki umat, membangkitkan umat, mengajak untuk bersama menegakkan khilafah bukanlah aktivitas sepele, remeh temeh atau layak dihentikan hanya karena tuduhan murahan. Perjuangan menegakkan khilafah di saat pemikiran kapitalis  secular liberal menguasai umat manusia termasuk umat muslim, ibarat memegang bara api. Bersabar dalam perjuangan yang penuh rintangan seperti ini pahalanya sepadan dengan 50 orang sahabat. Tidakkah ingin pahala yang luar biasa seperti ini? Jika memang tak menginginkannya janganlah menambah dosa dengan menghalanginya.


Pare, 3 April 2019