Thursday 14 December 2017

Subuh Spesial di Darul Falah

Pagi hari arah timur, lantai 2 masjid Darul Falah

Subuh hari ini agak special, di masjid Darul Falah, dipimpin imam membacakan dua kali al fatihah.
Yang pertama untuk salah seorang pengurus dan jamaah yang meninggal dunia, Pak Mujari . memang sudah sepuh, saya sendiri juga sudah agak lupa dengan wajahnya, masih mengingat beliau karena dulu juga berburu tanda tangan saat Ramadan, salah satunya ke Pak Mujari.

Fatihah kedua untuk pencuri kotak amal masjid sehari sebelumnya, kotak amal kayu yang lumayan besar dan berat diambil pencuri, tengah malam. Memang ada cctv tapi sepertinya, pencuri sudah tahu. Wajahnya sengaja ditutup dan selalu membelakangi kamera. Sengaja dibacakan al fatihah, mendokan semoga pencuri kotak amal masih diberi kesempatan untuk bertaubat.

Dua sosok yang didoakan dengan profil yang bertolakbelakang. Semoga amal Pak Mujari diterima oleh Allah, dosanya diampuni, diluaskan kuburnya dan ditempatkan di surga. Aamiin

Sedangkan untuk pencuri kotak amal, semoga segera bertaubat, semoga hanya khilaf mencuri sekali saja. Namun ini membuat prihatin, kotak amal yang isinya belum tentu banyak menjadi sasaran, sudah mencuri, hasilnya sedikit, jelas berdosa. Tetapi namanya mencuri, sedikit banyak tetap saja berdosa.

Lemah iman miskin harta, maksiat biasa. Mungkin seperti itu. Dan tidak perlu malu mengakui, bisa jadi pencurinya juga muslim, muslim tapi tega banget mengambil harta umat Islam.

Inilah yang harus menjadi renungan kita, muslim di negeri ini mayoritas namun mayoritas pelaku kriminalitas juga muslim. seolah gelar terbaik untuk umat Islam tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Dari segi individu, muslim yang terbiasa dengan kemaksaiatan karena tidak paham, tidak berpikir tentang konsekuensi syahadat, tidak paham dengan kewajiban taat kepada Allah dan Rasulullah. Tidak merasa dekat dengan Allah, ringan melanggar hukum syara’,  bisa jadi karena  tidak tahu dan tidak mau tahu, yang penting bertahan hidup, mau menjalani hidup seperti apa, mereka tidak berpikir panjang. Dan ini sangat berkaitan dengan system yang diterapkan dalam kehidupan.  Dalam system yang saat ini melingkupi negeri ini, edukasi untuk semakin paham dengan ajaran Islam menjadi tanggung jawab individu ulama, dan itu pun sangat dibatasi. Edukasi hanya sebatas hal-hal yang bersifat individual (ibadah mahdhah),  penyampaian Islam kaffah dari hal individu, hingga dalam segala bidang termasuk dalam hal politik dan pemerintahan belum optimal dilakukan. Dan ironinya ketika ada yang menyampaikannya geraknya dibatasi hingga dikriminalisasi. Negara yang mengadopsi pemikiran secular, mengatasnamakan bahwa Negara bukan milik satu agama saja berlepas tangan atas upaya pembentukan pribadi muslim selevel para sahabat,tabiin dan tabiut tabiin.

Memang jutaan hafidz masih lahir di negeri ini, musabaqah tilawatil quran pun sering digelar, namun menerapkan seluruh perintah dan larangan di dalam Alquran belum bisa dilaksanakan, jika hanya sebagian memang masih bisa.

Pesantren dan lembaga keislaman yang mengajarkan tsaqafah Islam masih mudah didapatkan, namun apa yang diajarkan lebih banyak sebatas teori belaka, ketika ingin menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan selalu diberangus dengan dalih ini bukan Negara Islam. 

Karena begitulah karakter Negara secular, agama diakui namun tidak boleh dijadikan pedoman dalam seluruh sendi kehidupan. System seperti ini sangat berpeluang besar melahirkan banyak orang miskin namun dekat dengan maksiat, miskin tapi tidak takut dosa. Juga melahirkan orang kaya yang tidak pandai mensyukuri nikmat. Melahirkan pemimpin yang hanya berpikir pada kepentingan dunia, tidak bervisi hingga ke akhirat. Melahirkan individu yang hanya berpikir akan keselamatan diri sendiri,yang penting memperbaiki diri sendiri, cuek dengan permasalahan umat.

Sangat berbeda jika system Islam yang menjadi pijakan. System yang kedaulatan ada di hukum syara’ dan pelaksana kekuasaan tetap ada pada manusia. Dan system Islam akan bisa berjalan ketika system pemerintahannya berbentuk khilafah. Memang pelaksananya manusia bukan malaikat, bukan makhluk yang sempurna peluang terjadi penyimpangan juga sangat mungkin ada, namun setidaknya mengamalkan syariat adalah ibadah, meneladani Rasulullah adalah ibadah, menjalankan warisan dan wasiat Rasulullah adalah ibadah, mencintai Allah dan Rasulullah dengan menerapkan aturanNya adalah ibadah.

Apakah menjalankan demokrasi adalah ibadah?

Apakah menerapkan system secular adalah ibadah?


Pare, 14 Desember 2017

No comments:

Post a Comment