Keterangan Gambar : 4 orang tim biru yang dari awal hingga akhir acara hanya duduk di depan, tidak pergi kemana pun. Seolah diam namun melalui perjuangan merekalah opini sampai kepada peserta dan selain peserta yang memantau lewat media. Apalagi tim biru lainnya malah "bersembunyi di ruang sunyi" . Senjata mereka pena, kamera, laptop dan smartphone tp yang pegang tentunya lebih smart. Diam bukan berarti tak bekerja, tak terlihat bukan berarti tak berbuat. Ikhlas lah, malaikat yang akan mencatat (Kongres Ibu Nusantara 4 Kediri).
Dua cuplikan yang diambil dari
kitab Daulah Islamiyah
Daulah Islam berdiri dengan
kuat karena kekuatan Islam. Daulah Islam berhasil membebaskan negeri-negeri di
dunia yang sangat luas hanya dalam kurun waktu kurang dari satu abad. Padahal,
sarana yang digunakan hanya kuda dan unta. Semua bangsa dan umat yang
dibebaskan tunduk kepada Islam dalam waktu
yang sangat singkat. Padahal alat-alat dan sarana penyebarannya sangat
terbatas, yakni hanya lidah dan pena. Harus diingat bahwa yang merealisir hal
itu semua dengan sangat cepat adalah Islam yang telah menjadikan negara
memiliki kekuatan tersebut. (Kelemahan Daulah Islam, Daulah Islam)
Pada tahun 1834 M,
delegasi-delegasi misionaris sudah tersebar luas di seluruh Syam. Di Desa
‘Antsurah, Libanon, dibuka satu fakultas. Kemudian dari Malta dikirimkan
delegasi-delegasi Amerika ke Beirut untuk mencetak buku-buku sekaligus
menyebarkannya. Seorang misionaris Amerika yang sangat terkenal, Willie Smith,
menggerakkan misi ini dengan fenomenal. Di Malta, aktivitas misionarisnya
mendapat sambutan. Dia menguasai aspek penerbitan buletin-buletin. ( Serangan
Misionaris, Daulah Islam)
Dahulu sarana dakwah
Rasulullah dan para sahabat begitu sederhana. Berbekal kuda dan unta, bermodal
lidah dan pena, Islam menyebar ke seluruh dunia, itu semua karena kekuatan
Islam . dengan Islam semua menyebar dengan cepat. Tidak peduli keterbatasan
yang ada, kekuatan pemikiran Islam menjadi pendorong untuk menjadikan Islam
tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Dan musuh Islam pun juga
menyadarinya. Dengan menguasai aspek penerbitan, menguasai opini, musuh Islam
menyerang pemikiran umat Islam, umat Islam yang saat itu mengalami kemunduran
berpikir mendapat serangan telak, serangan pemikiran dan politik yang akhirnya
meluluhlantakkan khilafah terakhir.
Dan sekarang, memperjuangkan
kembali kehidupan Islam, penerapan Islam kaffah dalam bingkai khilafah menjadi
tugas seluruh umat Islam. Memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk menyebarkan
Islam. Melalui dakwah lisan maupun tulisan, menginteraksikan ide-ide secara
langsung ke tengah umat. Hingga umat mempunyai kesadaran Islan, hingga Islam
menjadi opini di tengah manusia. Saat itulah umat akan meminta Islam diterapkan
secara sempurna dengan sukarela. Dengan dakwah dan kontak terus menerus di
tengah umat, menguasai opini, menyampaikan Islam dengan uslub-uslub terbaik. Merencanakan
langkah, mengevaluasi apa yang telah dilakukan, memperbaiki kekukarangan,
merealisasikan rencana dan hasil perbaikan. Bukan sekadar berbekal semangat,
juga perlu kebulatan tekad, kesungguhan dalam mencurahkan tenaga,pikiran,
berkorban harta, bahkan mempertaruhnkan nyawa.
Namun memperjuangkan Islam
akan lebih mudah dan ringan ketika kita ada dalam jamaah. Bekerja dengan
potensi masing-masing, ikhlas dengan amanah, optimal menjalankan amanah,
memberikan yang terbaik, saling memudahkan, saling meringankan. Menyadari itu bukan
demi orang lain, namun semata demi ridha Allah, demi memperberat timbangan amal
saleh di akhirat kelak. Demi menyelamatkan
diri sendiri di akhirat kelak, demi naungan yang hanya diberikan Allah untuk
orang-orang yang taat tanpa syarat.
Muhasabah akhir tahun,
mengevaluasi apa saja yang sudah dilalui, merencakana apa yang akan dilakukan. Tidak
menjalani hidup apa adanya, mengalir begitu saja. Namun berupaya merencakan
sebaik mungkin, karena usaha untuk memberikan yang terbaik itulah yang kelak
dimintai pertanggungjawaban.
Pare, 31 Desember 2016
No comments:
Post a Comment