Sunday 18 December 2016

Tujuh Pelajaran-Hikmah Kisah Para Nabi dan Rasul Untuk Pengemban Dakwah



Sejumlah pelajaran dan hikmah yang bisa dijadikan dasar penelitian dan pijakan lebih lanjut oleh para pengemban dakwah dalam melakukan pengkajian dan penyelidikan kisah-kisah para Nabi dan para Rasul :

Pertama, di antara yang paling penting diperlukan oleh seorang pengemban dakwah adalah keteguhan dalam dakwah. Hal itu karena banyaknya rintangan dan kesulitan yang bakal dihadapinya; banyaknya siksaan dan tekanan yang bakal dialaminya; dan banyaknya godaan atau hasutan yang bakal ditawarkan kepada dirinya.

Kedua, di antara yang paling penting yang dibutuhkan seorang pengemban dakwah adalah sikap sabar atas berbagai pendustaan dan penyiksaan manusia yang ditimpakan kepada dirinya. Sikap sabar yang menghiasi dirinya secara terus-menerus akan mendatangkan pertolongan Allah. Tanpa sikap sabar, Allah tidak akan menolongnya, dan tidak akan pernah memuliakanya.

Ketiga, seorang pengemban dakwah wajib untuk beramal semata-mata ikhlas karena Allah; tidak mencari imbalan atau balasan berupa harta, pangkat, maupun tujuan-tujuan duniawi lainnya. Sebab, ketika ia beramal dengan amal para Nabi, yakni mengemban dakwah, sudah seharusnya ia pun meneladani keteladanan yang mereka tunjukkan.

Keempat, di antara kewajiban terbesar bagi setiap pengemban dakwah adalah menjauhi sikap memperturutkan hawa nafsu serta memenuhi berbagai keinginan dan syahwat di atas keteguhannya dalam memegang dan terikat dengan kebenaran. Sebab, semua itu merupakan kesesatan yang sangat nyata. Setiap pengemban dakwah juga tidak boleh menjadi sesat dan menyesatkan.

Kelima, setiap pengemban dakwah wajib meyakini janji Allah berupa pertolongan, meyakini akan berpindahnya kepemimpinan di muka bumi kepada mereka, serta meyakini bahwa mereka akan mampu mengalahkan orang-orang yang durhaka, takabur, zalim, dan sekular. Semua itu harus diyakini sebagai suatu hakikat yang nyata, yang mesti tertanam secara mendalam dalam dirinya, serta sebagai sesuatu yang niscaya, meskipun dia sendiri mungkin tidak akan merasakan atau bahkan menyaksikannya. Bagi seorang pengemban dakwah, sudah cukup jika ia meyakini janji Allah Swt, berupa pertolongan-Nya dengan memandang bahwa pertolongan tersebut sebagai suatu hakikat yang nyata dan pasti terjadi.

Keenam, wajib untuk berhukum hanya kepada syariat Allah, baik dalam perundang-undangan maupun dalam persiapan menghadapi peperangan; tidak tunduk pada akal-akal mereka yang terbatas dalam membuat perundang-undangan dan tidak melakukan berbagai persiapan dalam menghadapi peperangan dengan mengabaikan aspek ruhiah dan petunjuk Allah.

Ketujuh, sesungguhnya seorang pengemban dakwah wajib untuk mengemban dakwah dengan penuh kekuatan, teguh, dan bersifat menantang, tanpa mempedulikan lagi berbagai akibat dan bahaya yang bakal menimpa dirinya. Ia semata-mata menjadikan dakwah dan kemaslahatannya sebagai target dan tujuan hidupnya. Ia pun menyadari bahwa rasa takut kepada manusia, bersikap lemah, dan mencari selamat, justru akan menjauhkannya dari berbagai kesuksesannya dalam dakwah serta menjauhkannya dari keridhaan dan pertolongan Allah.

Pengemban Dakwah, Kewajiban dan Sifat-sifatnya
Kisah Para Nabi dan Rasul
(Mahmud Abdul Latif Uwaidah) 

No comments:

Post a Comment