Shubuh di Batang , cahaya
matahari mulai menerangi, mulai memasuki Pekalongan. Di depan ada pick up plat
G, kecil tapi diisi banyak penumpang, sepertinya para buruh tani, selain mereka
ada alat perontok padi. hanya satu dua yang duduk, selebihnya berdiri, untuk
menyiasati agar pickup yang kecil itu muat untuk banyak orang. Dinginnya pagi
seolah tak dirasa, berkilo-kilo meter angin menerpa. Entah berapa jauh lagi
perjalanan yang harus mereka tempuh. Mungkin karena dimakan usia kecepatan pickup
tak bisa mengimbangi kendaraan lain.
Menunggu di terminal Cirebon, di samping ada penjual
ketoprak lontong. Sang penjual melayani seorang pembeli, bukan makanan cepat
saji. Menghaluskan bumbu, memotong berbagai bahan, baru memberikan kepada
pembeli. Lama, belum ada lagi pembeli.
Penjual mie ayam, berangkat dari rumah jam 4 sore, terkadang
baru pulang jam 1 dinihari. Tidak pulang sebelum bener-benar sepi pembeli.
Memandang daftar gaji
guru swasta, hanya ratusan ribu. Padahal
ilmu yang diberikan tetaplah sama , tak mungkin korupsi ilmu. Mereka juga punya
tanggungan keluarga.
Tukang becak kayuh, ketika jalan menanjak kayuhannya semakin
melemah. Nafas pun memburu.
Memang kehidupan di dunia ibarat perputaran roda, kadang di
bawah kadang di atas. Namun ketika
kapitalisme mencengkeram, roda itu seolah tak berputar. Yang di bawah semakin
lemah dan terlindas, yang di atas semakin pongah. Yang haram begitu menggoda,
yang halal begitu sulitnya.
Hidup dalam cengkeraman kapitalisme hanya mengantarkan pada
kesempitan hidup di dunia.
Suasana materialistis , jauh dari suasana keimanan dan
ketaqwaan semakin menambah sesaknya dada.
Kedekatan kepada Sang Pencipta hanya menjadi urusan pribadi.
Selebihnya Negara tak mengurusi
Halal haram sudah tak peduli, demi bertahan hidup apapun
dijalani
Ada yang menghamburkan uang untuk kemaksiatan
( baca berita imigran yang jadi PSK dan pelanggannya macan
dan tante kesepian yang rela membayar hingga puluhan juta)
Ada yang begitu ringan menyuap dengan ratusan juta
( ngenes otk ketua DPD)
Pemakan bangkai saudaranya sendiri didukung sekuat tenaga
(lagi heboh dukung-mendukung presenter gossip)
Sempat kagum dengan suasana taman kota Batang yang dihiasi
kalimat thoyyibah
( tapi tadi baca berita 3 lokalisasi besar di Batang yang
hingga kini masih bertahan)
Bukannya tak ikhlas dengan masalah, namun ini semua bisa
diubah
Tentu tak berharap pada kapitalisme demokrasi yang
seharusnya dibuang ke tempat sampah
Tak berharap pula pada social komunis yang selalu berakhir
dengan tumpahan darah
Masalah ini muncul karena kita berpaling pada syariah
Atas nama toleransi Islam diminta mengalah
Padahal seharusnya Islam tegak dalam system khilafah
Perjuangan mengembalikan Islam dicap sebagai pengkhianat
Perjuangan menegakkan kalimat Allah dianggap sesat
Pejuang khilafah dianggap berpikiran sempit tak punya ilmu
hanya bermodal khayalan tak nyata
Pejuang syariah dihina selalu saja diibaratkan seperti onta
Pejuang Islam diminta pindah saja ke jazirah Arabia
Sungguh perkataan rendahan yang penuh dusta
Namun itu semua tidak
akan menghentikan langkah
Terus menyampaikan Islam dengan dakwah
Menyeru dengan nasihat dan hikmah
Menyampaikan pendapat dengan dalil syara’ sebagai hujah
Menjadikan Rasulullah sebagai satu-satunya uswah
Yakin dengan janji dan pertolongan Allah yang telah dijanjikan untuk hamba yang
selalu istiqamah
Pare, 19 September
2016
No comments:
Post a Comment