Monday 19 September 2016

Semua Ini Bisa Diubah


Shubuh di Batang , cahaya matahari mulai menerangi, mulai memasuki Pekalongan. Di depan ada pick up plat G, kecil tapi diisi banyak penumpang, sepertinya para buruh tani, selain mereka ada alat perontok padi. hanya satu dua yang duduk, selebihnya berdiri, untuk menyiasati agar pickup yang kecil itu muat untuk banyak orang. Dinginnya pagi seolah tak dirasa, berkilo-kilo meter angin menerpa. Entah berapa jauh lagi perjalanan yang harus mereka tempuh. Mungkin karena dimakan usia kecepatan pickup tak bisa mengimbangi kendaraan lain.


Menunggu di terminal Cirebon, di samping ada penjual ketoprak lontong. Sang penjual melayani seorang pembeli, bukan makanan cepat saji. Menghaluskan bumbu, memotong berbagai bahan, baru memberikan kepada pembeli. Lama, belum ada lagi pembeli.


Penjual mie ayam, berangkat dari rumah jam 4 sore, terkadang baru pulang jam 1 dinihari. Tidak pulang sebelum bener-benar sepi pembeli.

Memandang daftar  gaji  guru swasta, hanya ratusan ribu. Padahal ilmu yang diberikan tetaplah sama , tak mungkin korupsi ilmu. Mereka juga punya tanggungan keluarga.

Tukang becak kayuh, ketika jalan menanjak kayuhannya semakin melemah. Nafas pun memburu.

Memang kehidupan di dunia ibarat perputaran roda, kadang di bawah kadang di atas. Namun  ketika kapitalisme mencengkeram, roda itu seolah tak berputar. Yang di bawah semakin lemah dan terlindas, yang di atas semakin pongah. Yang haram begitu menggoda, yang halal begitu sulitnya.

Hidup dalam cengkeraman kapitalisme hanya mengantarkan pada kesempitan hidup di dunia.
Suasana materialistis , jauh dari suasana keimanan dan ketaqwaan semakin menambah sesaknya dada.

Kedekatan kepada Sang Pencipta hanya menjadi urusan pribadi. Selebihnya Negara tak mengurusi
Halal haram sudah tak peduli, demi bertahan hidup apapun dijalani
Ada yang menghamburkan uang untuk kemaksiatan
( baca berita imigran yang jadi PSK dan pelanggannya macan dan tante kesepian yang rela membayar hingga puluhan juta)
Ada yang begitu ringan menyuap dengan ratusan juta
( ngenes otk ketua DPD)
Pemakan bangkai saudaranya sendiri didukung sekuat tenaga
(lagi heboh dukung-mendukung presenter gossip)
Sempat kagum dengan suasana taman kota Batang yang dihiasi kalimat thoyyibah
( tapi tadi baca berita 3 lokalisasi besar di Batang yang hingga kini masih bertahan)

Bukannya tak ikhlas dengan masalah, namun ini semua bisa diubah
Tentu tak berharap pada kapitalisme demokrasi yang seharusnya dibuang ke tempat sampah
Tak berharap pula pada social komunis yang selalu berakhir dengan tumpahan darah
Masalah ini muncul karena kita berpaling pada syariah
Atas nama toleransi Islam diminta mengalah
Padahal seharusnya Islam tegak dalam system khilafah

Perjuangan mengembalikan Islam dicap sebagai pengkhianat
Perjuangan menegakkan kalimat Allah dianggap sesat

Pejuang khilafah dianggap berpikiran sempit tak punya ilmu hanya bermodal khayalan tak nyata
Pejuang syariah dihina selalu saja diibaratkan seperti onta
Pejuang Islam diminta pindah saja ke jazirah Arabia
Sungguh perkataan rendahan  yang penuh dusta

Namun itu  semua tidak akan menghentikan langkah
Terus menyampaikan Islam dengan dakwah
Menyeru dengan nasihat dan hikmah
Menyampaikan pendapat dengan dalil syara’ sebagai hujah
Menjadikan Rasulullah sebagai satu-satunya uswah
Yakin dengan janji dan pertolongan  Allah yang telah dijanjikan untuk hamba yang selalu istiqamah

Pare, 19  September 2016





No comments:

Post a Comment