Tuesday, 27 September 2016

Makna Lafadz


Alquran adalah kitab yang berbahasa Arab, untuk memahaminya langkah awalnya adalah paham makna lafadz. Salah satunya huruf jar min. Dan min (مِنْ) adalah salah satu huruf yang mempunyai ragam fungsi dan maksud, yaitu :

Ibtida’ alghayah : permulaan tujuan. Bisa permulaan tempat atau waktu. Misalnya :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. Al Isra’ [17] : 1)

لا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa , sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah [9] : 108)

Tab’idh : sebagian. Misalnya :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran [3] : 104)

Bayan : penjelasan. Misalnya :

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu ( QS. Al Anfal [8]: 60)

Za’idah : tambahan, yang tidak berarti apa-apa. Misalnya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu ( QS.al Mumtahanah [60]: 1)

Badal : pengganti. Misalnya :

أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا قَلِيلٌ
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia  sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal keni'matan hidup di dunia ini diakhirat hanyalah sedikit ( QS. At Taubah [9]: 38)

Sumber:
Ushul Fikih : Membangun Paradigma Berfikir Tasyri'i ( Drs. Hafidz Abdurrahman, MA)

Monday, 19 September 2016

Semua Ini Bisa Diubah


Shubuh di Batang , cahaya matahari mulai menerangi, mulai memasuki Pekalongan. Di depan ada pick up plat G, kecil tapi diisi banyak penumpang, sepertinya para buruh tani, selain mereka ada alat perontok padi. hanya satu dua yang duduk, selebihnya berdiri, untuk menyiasati agar pickup yang kecil itu muat untuk banyak orang. Dinginnya pagi seolah tak dirasa, berkilo-kilo meter angin menerpa. Entah berapa jauh lagi perjalanan yang harus mereka tempuh. Mungkin karena dimakan usia kecepatan pickup tak bisa mengimbangi kendaraan lain.


Menunggu di terminal Cirebon, di samping ada penjual ketoprak lontong. Sang penjual melayani seorang pembeli, bukan makanan cepat saji. Menghaluskan bumbu, memotong berbagai bahan, baru memberikan kepada pembeli. Lama, belum ada lagi pembeli.


Penjual mie ayam, berangkat dari rumah jam 4 sore, terkadang baru pulang jam 1 dinihari. Tidak pulang sebelum bener-benar sepi pembeli.

Memandang daftar  gaji  guru swasta, hanya ratusan ribu. Padahal ilmu yang diberikan tetaplah sama , tak mungkin korupsi ilmu. Mereka juga punya tanggungan keluarga.

Tukang becak kayuh, ketika jalan menanjak kayuhannya semakin melemah. Nafas pun memburu.

Memang kehidupan di dunia ibarat perputaran roda, kadang di bawah kadang di atas. Namun  ketika kapitalisme mencengkeram, roda itu seolah tak berputar. Yang di bawah semakin lemah dan terlindas, yang di atas semakin pongah. Yang haram begitu menggoda, yang halal begitu sulitnya.

Hidup dalam cengkeraman kapitalisme hanya mengantarkan pada kesempitan hidup di dunia.
Suasana materialistis , jauh dari suasana keimanan dan ketaqwaan semakin menambah sesaknya dada.

Kedekatan kepada Sang Pencipta hanya menjadi urusan pribadi. Selebihnya Negara tak mengurusi
Halal haram sudah tak peduli, demi bertahan hidup apapun dijalani
Ada yang menghamburkan uang untuk kemaksiatan
( baca berita imigran yang jadi PSK dan pelanggannya macan dan tante kesepian yang rela membayar hingga puluhan juta)
Ada yang begitu ringan menyuap dengan ratusan juta
( ngenes otk ketua DPD)
Pemakan bangkai saudaranya sendiri didukung sekuat tenaga
(lagi heboh dukung-mendukung presenter gossip)
Sempat kagum dengan suasana taman kota Batang yang dihiasi kalimat thoyyibah
( tapi tadi baca berita 3 lokalisasi besar di Batang yang hingga kini masih bertahan)

Bukannya tak ikhlas dengan masalah, namun ini semua bisa diubah
Tentu tak berharap pada kapitalisme demokrasi yang seharusnya dibuang ke tempat sampah
Tak berharap pula pada social komunis yang selalu berakhir dengan tumpahan darah
Masalah ini muncul karena kita berpaling pada syariah
Atas nama toleransi Islam diminta mengalah
Padahal seharusnya Islam tegak dalam system khilafah

Perjuangan mengembalikan Islam dicap sebagai pengkhianat
Perjuangan menegakkan kalimat Allah dianggap sesat

Pejuang khilafah dianggap berpikiran sempit tak punya ilmu hanya bermodal khayalan tak nyata
Pejuang syariah dihina selalu saja diibaratkan seperti onta
Pejuang Islam diminta pindah saja ke jazirah Arabia
Sungguh perkataan rendahan  yang penuh dusta

Namun itu  semua tidak akan menghentikan langkah
Terus menyampaikan Islam dengan dakwah
Menyeru dengan nasihat dan hikmah
Menyampaikan pendapat dengan dalil syara’ sebagai hujah
Menjadikan Rasulullah sebagai satu-satunya uswah
Yakin dengan janji dan pertolongan  Allah yang telah dijanjikan untuk hamba yang selalu istiqamah

Pare, 19  September 2016





Sunday, 4 September 2016

Menghormati Akidah Orang Kafir dan Tetap Taat Allah Tidak Menjadikan Mereka Penguasa


Tidak perlu canggung menggunakan kata kafir untuk orang yang tidak memilih Islam sebagai agamanya. Tetapi memang sedikit memaklumi ada yang kurang nyaman menggunakan sebutan kafir. Bukan semata salah kaum muslimin. Ini adalah sebagian dampak dari upaya musuh-musuh Islam sejak berabad-abad yang lalu menjauhkan Bahasa Arab dari potensi Islam. Jika sudah terbiasa dengan bahasa Arab yang notabene adalah bahasa al Quran insya Allah tidak masalah, penyebutan kafir itu betebaran di banyak ayat.

Allah SWT dengan jelas menggunakan kata kafir untuk ahlul kitab dan musyrikin, bahkan mereka dilabeli sebagai seburuk-buruk makhluk. 

Al Bayyinah
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

Namun bukan berarti sikap seorang muslim boleh tidak baik kepada orang orang kafir. Dalam surat al kafiruun yang lagi-lagi dengan jelas menggunakan kata kafir, seorang muslim diwajibkan untuk menghormati dalam hal akidah. Menghormati bukan berarti mencampuradukkan ajaran agama, akan tetapi menghormati keyakinan mereka, tidak memaksa mereka untuk mengikuti keyakinan kita.

Al Kaafiruun
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,


لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.


وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.


وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,


وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.


لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

6. "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".

Dalam Islam juga ada larangan untuk memaksa orang-orang kafir masuk Islam.
Al-Baqarah
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

256. Tidak ada paksaan untuk agama ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Seorang muslim juga boleh bermuamalah dengan orang kafir selama akad yang dibuat tidak melanggar syariat. Boleh juga bekerjasama dalam tim muamalah yang dimiliki atau dipimpin oleh orang kafir. Namun terkait dengan kepemimpinan negara (hukam) atau kekuasaan  maka haram hukumnya menjadikan orang kafir sebagai pemimpin.
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا
Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orangorang kafir untuk memusnahkan orang-orang Mukmin. (TQS an-Nisa’ [4]: 141).
Pemerintahan (kekuasaan) merupakan jalan yang paling kuat  untuk  menguasai  orang-orang  yang  diperintah. Pengungkapan  dengan  kata  “lan”  yang  ber fungsi  untuk menyatakan selamanya  (li ta’bîd) merupakan qarînah(indikasi) untuk menyatakan larangan tegas orang kafir memegang suatu pemerintahan  atas  kaum Muslim, baik  menyangkut jabatan Khilafah ataupun selainnya. Karena Allah telah mengharamkan adanya jalan bagi orang kafir untuk menguasai kaum Mukmin maka haram hukumnya kaum Muslim menjadikan orang kafir sebagai penguasa atas mereka.
An Nisaa'
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا

144. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah ?



Pare, 4 September 2016

Friday, 2 September 2016

Masjid dan Perpustakaan

Catatan tersimpan 6 Januari 2012

Perpustakaan Pusat ITS 
(Sumber gambar : Fb Prof Joni Hermana)

Mengingat catatan ini karena ada yang menanyakan tentang kesan dan manfaat perpustakaan.

Masjid dan Perpustakaan, dua tempat yang selalu ingin saya singgahi ketika mengunjungi sebuah kampus.

Karena bagi saya dua tempat tersebut menurut saya bisa menjadi indicator untuk sedikit tau semangat  dan kepribadian para mahasiswanya.

Masjid mewakili nafsiyah dan perpustakaan mewakili aqliyah.
Sungguh mengenaskan jika masjid sepi
Sungguh ironi jika perpustakaan sepi

Dan masjid serta perpustakaan juga bisa menjadi indicator kepedulian pihak kampus. Bagaimana mahasiswa betah di masjid kalo masjid  tidak nyaman ? Bagaimana mau ke perpustakaan kalo fasilitasnya minim dan tak menarik hati ?

Masjid yang penuh kenangan
Masjid Manarul ‘Ilmi ITS : pertama kali mengenal mabda’ Islam

Masjid Kampus B Unair : pertama kali mengenal semangat yang luar biasa untuk segera menerapkan Islam dalam naungan Khilafah agar umat Islam tidak selalu dilecehkan

Masjid Kampus Ketintang UNESA : pertama kali mensyukuri bisa kuliah di ITS ( karena tau untuk pertama kalinya kondisi UNESA yang  ternyata lebih tidak menyenangkan daripada  ITS…maaf utk temen-temen UNESA ^_^)

Masjid Kampus IAIN Sunan Ampel : pertama kali bertemu seseorang yang dengan semangat menggugah kesadaran umat akan pentingnya kesatuan umat agar umat terlindungi dan terjaga.

Masjid Kampus UM : pertama kalinya transit di masjid kampus yang  terletak di Malang. Beberapa kali ke Malang blas ga pernah mampir kampus.

Masjid Kampus STIE Hamfara : pertama kali tau masjid kampus yang paling  sederhana ( masih dalam proses soalnya…)
Masjid Kampus UIN SuKa : pertama kali tau masjid kampus lux yang identik dengan sarang JIL

Masjid Kampus IPB Darmaga : pertama kali berkunjung  ke kampus di Jawa Barat, agak tidak sesuai dengan bayangan yang  selama ini tersimpan. Serasa ada yang hilang meski pertama kali mengunjunginya dan baru terjawab setelah beberapa hari kemudian .

Update : 25 Feb 2018
UMY Yogya  : sementara ini paling salut, masjid KH Ahmad Dahlan letaknya dekat dengan Perpus KH Mas Mansur. Mengingatkan, muslim itu harusnya ingat masjid sealigus tdk mengabaikan tsaqafah. Iman dan IPTEK sekaligus dapat.

Sebelah kiri perpus, sebelah kanan yg ada menara masjid kampus -UMY

Tentang perpustakaan, berhubung belum pernah keliling Indonesia apalagi dunia, ya Perpustakaan Pusat ITS masih menduduki peringkat pertama yang paling mengesankan. 

Tapi saat ini faktanya sudah kembali ke kampung halaman, bagaimanapun juga berusaha menyesuaikan dan berusaha memelihara keinginan untuk tetap mengasah aqliyah atau pola pikir. Apalagi tinggal di daerah tidak seperti tinggal di kota besar atau lingkungan kampus. Tidak banyak yang punya koleksi buku, bondho nyari pinjaman gratis agak susah, sama-sama senasib tidak punya buku. 

Jadilah perpustakaan daerah kabupaten sebagai tempat alternatif. Memang  tidak selengkap perpustakaan di ibu kota propinsi namun lumayan sangat membantu. Di Pare ada perpustakaan daerah “ MAS TRIP “ koleksi buku lumayan banyak, ada dua koran harian, fasilitas wi-fi dan sesekali ada pelatihan untuk umum. Silakan dimanfaatkan, sayang  jika tidak pernah atau jarang ke perpustakaan.

Pare, 2 September 2016 




Thursday, 1 September 2016

Sekuat Apapun Barat Merintangi, Khilafah Janji Allah Yang Pasti Kembali


Lima bulan, rencana dua bulan

Sebuah bab dalam buku Daulah Islam : Upaya Merintangi Tegaknya Daulah Islam. Setelah Mustafa Kamal mengumumkan dihapusnya khilafah, diusirnya khalifah dan digantinya Turki menjadi Republik, umat Islam tidak diam begitu saja. Masih ada yang mengingatkan Mustafa agar mau mengembalikan Khilafah, masih ada yang berusaha mengopinikan bahwa umat Islam haram tanpa khilafah. Namun dengan kejam Mustafa membungkam bahkan membunuh orang-rang yang mencoba mengingatkan agar Turki tidak menghapus Khilafah. Dunia Islam pun disibukkan dengan perdebatan rendahan tentang nasionalisme Turki, nasionalisme Arab, Negara bangsa. Manakah di antaranya yang lebih baik, padahal semuanya sama saja, ide sesat yang lahir dari pemikiran kufur. Muncul juga gerakan-gerakan politik, namun gerakan mereka juga dalam rangka menggaungkan nasionalisme.

Barat yang digawangi Inggris, Perancis dan Amerika tidak berdiam diri. Jauh hari sebelum  khilafah dihapuskan, Inggris sudah membentuk opini umum, bahwa khilafah tidak layak dipertahankan. Turski saatnya membebaskan diri dari bangsa lain dan berhenti mengurusi Negara lain. Turki harus mempunyai pemerintahan yang merdeka, dan Arab didorong menuntut kemerdekaan dari Daulah Utsmaniyah. Itu semua dilandasi dengan pemahaman nasionalisme kebangsaan. Hasilnya, tuntuan membentuk Negara yang merdeka bermunculan di negeri-negeri kaum muslimin. Turki, Mesir, Irak, Suriah, Libanon, Palestina, kawasan Timur  Yordania,  Hijaz,  Najd,  dan  Yaman.  Para  politisi  yang menjadi  antek- antek  kafir  penjajah  mengadakan  berbagai muktamar  dan kongres  di setiap  negara  tempat mereka tinggal. Mereka  semua  menuntut  kemerdekaan  dari  Turki  ( Daulah Utsmaniyahn). Jelas, ini bertujuan untuk memecah belah umat Islam dalam sebuah Negara bangsa yang dibangun atas nasionalisme. Barat juga menggambarkan bahwa dalam Islam tidak ada system pemerintahan, Islam hanyalah sebatar agama kependetaan dan kepausan yang tak layak mengatur politik dan pemerintahan. Umat Islam dibuat malu menyebut dan menuntut kembalinya khilafah. Ide mengembalikan khilafah dianggap sebagai ide yang mundur, kolot dan jumud yang tidak mungkin diususlkan oleh kaum terpelajar dan pemikir. Dan begitulah, umat Islam hingga saat ini masih terpecah belah dalam Negara bangsa yang menjadikan nasionalisme sebagai ikatan, umat Islam hingga saat ini masih menganggap khilafah sebagai sesuatu yang menakutkan dan utopis. Pejuangnya layak dicap sebagai pengkhianat dan dihukum karena melanggar undang-undang (yang memang diadopsi dari Barat yang jelas bertentangan dengan syariah Islam). 

Perjuangan Barat menghancurkan Khilafah berlangsung selama ratusan tahun, memasuki tahun 1900 mereka memulai menuai hasil. Dunia Islam semakin terpuruk, penerapan hukum Islam sangat buruk dan paham-paham asing mulai memenuhi benak kaum muslimin. Dan ini juga terjadi di Indonesia, penjajah mulai mempengaruhi pola pikir rakyat Nusantara. Dalam sejarah, perjuangan pahlawan pada masa kerajaan Islam digambarkan sebagai perjuangan rendahan yang bersifat kedaerahan, dan sporadic  padahal mereka berjuang dengan motivasi jihad. Namun pengkhianatan bangsawan antek penjajah lah yang membuat perjuangan para syuhada semakin memudar. Materi dan janji duniawi penjajah membutakan mata mereka.

Mulailah berdiri gerakan-gerakan modern, Sarekat Dagang Islam (1906) dan Muhammadiyah (1912) adalah gerakan politik umat Islam yang pada awal berdirinya sebagai respon menghadapi kesewenangan VOC dan Belanda. Juga dalam rangka membendung penjajahan politik ekonomi, berdiri di saat Khilafah dalam ambang kehancuran dan ketika khilafah benar-benar dihapus (bisa dibuktikan dengan tahun berdirinya). Disusul juga dengan berdirinya NU (1926) sebagai bentuk respon bangkitnya para ulama atas runtuhnya khilafah utsmaniyah. 
 Ada juga gerakan nasional yang mengopinikan kebangkitan nasional, inilah cikal bakal mengguritanya ide nasionalisme di negeri ini, negeri yang sebelumnya kental dengan Islam dan pernah menjalin hubungan dengan daulah Utsmaniyah di Turki. 1908, gerakan nasionalisme mulai menggaung, khilafah di ujung tanduk, bersamaan dengan upaya Mustafa Kemal menghapus kekuasaan politik khalifah. 1928, deklarasi kebangsaan Indonesia ditandai dengan sumpah pemuda. 1945, puncak diproklamasikan Indonesia sebagai sebuah Negara bangsa yang dibangun atas nasionalisme, mencabik-cabik syariat Islam atas nama toleransi. Dan hingga saat ini deklarasi ini diperingati dengan euphoria, padahal ini adalah titik awal cengkeraman ikatan nasionalisme. Apakah ini muncul dengan tiba-tiba ? Tidak. Barat memecah belah umat Islam dan mencegahnya bersatu kembali. Barat sudah merencanakan jauh-jauh hari. Rancangan Barat yang diawali Inggris dan Perancis yang terus dilanjutkan dengan Amerika terus berjalan hingga saat ini. Umat Islam terkotak-kotak dalam Negara dengan ikatan semu nasionalisme.  Bentuk dan system negeri ini dianggap final, padahal realitasnya hanya mengantarkan umat pada penjajahan gaya baru, bukan penjajahan fisik namun penjajahan ideologi kapitalis. SDA dijarah atas nama investasi dan swastanisasi. Pemikiran rakyat dirusak atas nama kebebasan, Negara lepas tangan mengurusi dan melayani rakyat atas nama kemandirian.  

Ketika saat ini khilafah kembali digaungkan, dan ada yang menganggapnya sebagai ide asing, bentuk pengkhianatan, dan utopis, maka bukan hal yang mengherankan. Barat sudah berabad-abad mencuci otak umat Islam, yang benar dicap salah, yang salah dianggap benar. Membalikkan ini semua tentu tidak mudah. Namun Barat yang motivasinya salah saja bisa bertahan dalam kebatilan, maka tentu umat Islam tidak boleh kalah dan menyerah. Terus berjuang, bukan dalam rangka membalas dendam, namun lebih dari itu, berjuang menegakkan dan mengembalikan system khilafah karena memang ini perintah Allah, warisan Rasulullah saw, jalan perjuangan para sahabat, tabi’in dan tabiut tabiin. 

Mencintai negeri ini tidak dengan mempertahakan ikatan semu nasionalisme, tapi mengembalikan negeri ini agar diatur dengan aturan Allah, karena Indonesia Milik Allah.