Thursday 9 July 2015

Uangku Memenuhi Almari



                                             

                                                  https://ssl.gstatic.com/ui/v1/zippy/arrow_down.png

Catatan tersimpan 13 Juli 2013

Ingat dengan isu Gayus Tambunan yang katanya punya uang cash dan emas batangan yang disimpan di almari rumah. Tak terbayang berapa banyaknya.

Tak jauh beda saya pun juga punya almari di kamar. Tapi jauh berbeda untuk masalah isinya.
Astaghfirullah, almari pakaian yang hampir penuh. 

Apalagi beberapa waktu lalu sempat khilaf, ke book fair niat beli buku malah tergoda beli baju. Selalu saja pertimbangannya “ mumpung murah”. Rekor, ke book fair uang untuk beli buku tersaingi keperluan yang tak ada hubungannya dengan buku.

Jadilah almari tambah penuh, terpenuhi baju yang dibeli dengan uang. Jadilah “ almari itu penuh dengan uang yang berwujud pakaian”.

Pakaian adalah kebutuhan dasar manusia. Selain sebagai pelindung tubuh sekaligus untuk menutup aurat. Karena manusia yang menciptakan adalah Allah SWT secara otomatis menjalani hidup harusnya sesuai dengan aturan sang Pencipta, salah satunya menutup aurat.

Menutup aurat sudah ada standarnya.  Untuk wanita menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Untuk muslimah ada tambahan mengenakan jilbab di kehidupan umum. Jadi standarnya untuk muslimah dalam sekali keluar hanya butuh : kerudung, pakaian rumah, jilbab diatas pakaian rumah. Jadi minimal butuh 3 benda itu yang tampak luar( yang kecil-kecil belum masuk hitungan), dengan catatan baju rumah terusan. Jika terkategori pemalas atas super sibuk sempat nyucinya satu kali dalam seminggu paling banyak masing-masing hanya butuh 7+1 buah ( yang satu buat cadangan) untuk satu minggu. itu saja bisa diatur, beli jilbab dan kerudung dengan warna-warna netral atau senada jadi tidak perlu banyak-banyak. Pilih bahan yang mudah disetrika dan cepat kering tapi tetap nyaman, warna tak cepat pudar. Untuk yang punya bakat “tubuh melar” bisa disiasati dengan memodifikasi. Untuk yang kerja beda lagi, biasanya ada seragam tambahan, tidak masalah. Paling-paling tidak terlalu banyak jenisnya. Belum lagi yang punya balita atau kerja di sawah. Tetapi intinya memang tidak boleh malas, insya Allah pakaian tak banyak bukan masalah. Meski punya banyak koleksi tak mungkin kan mau dipake sekaligus. 

Terkadang untuk masalah baju ini, seringkali menguras anggaran. Seringkali beli baju baru bukan karena benar-benar tak ada baju, tetapi lebih karena keinginan. Tak sadar menjadi korban mode, korban tren warna dan lebih parah lagi jadi korban bisnis pakaian. Yang seharusnya menjadi pertimbangan adalah sesuai hukum syariah dan serasi. Tak perlu mengikuti kebiasaan selebritis yang tak tahu aturan urip ning dunyo kok sakpenake dhewe. 

Silakan menghitung pakaian di almari masing-masing ya? Jika memang sudah cukup, stop beli baju. Jika berlebihan segera berikan untuk orang yang membutuhkan.

beli baju buat anak saja yang memang dalam masa pertumbuhan jadi pasti perlu baju. 

No comments:

Post a Comment