https://ssl.gstatic.com/ui/v1/zippy/arrow_down.png
Catatan tersimpan 13 Juli 2013
Ingat dengan isu Gayus Tambunan yang katanya punya uang cash
dan emas batangan yang disimpan di almari rumah. Tak terbayang berapa
banyaknya.
Tak jauh beda saya pun juga punya almari di kamar. Tapi jauh
berbeda untuk masalah isinya.
Astaghfirullah, almari pakaian yang hampir penuh.
Apalagi beberapa waktu lalu sempat khilaf, ke book fair niat
beli buku malah tergoda beli baju. Selalu saja pertimbangannya “ mumpung
murah”. Rekor, ke book fair uang untuk beli buku tersaingi keperluan yang tak
ada hubungannya dengan buku.
Jadilah almari tambah penuh, terpenuhi baju yang dibeli
dengan uang. Jadilah “ almari itu penuh dengan uang yang berwujud pakaian”.
Pakaian adalah kebutuhan dasar manusia. Selain sebagai
pelindung tubuh sekaligus untuk menutup aurat. Karena manusia yang menciptakan
adalah Allah SWT secara otomatis menjalani hidup harusnya sesuai dengan aturan
sang Pencipta, salah satunya menutup aurat.
Menutup aurat sudah ada standarnya. Untuk wanita menutup seluruh tubuh kecuali
wajah dan telapak tangan. Untuk muslimah ada tambahan mengenakan jilbab di
kehidupan umum. Jadi standarnya untuk muslimah dalam sekali keluar hanya butuh
: kerudung, pakaian rumah, jilbab diatas pakaian rumah. Jadi minimal butuh 3
benda itu yang tampak luar( yang kecil-kecil belum masuk hitungan), dengan
catatan baju rumah terusan. Jika terkategori pemalas atas super sibuk sempat
nyucinya satu kali dalam seminggu paling banyak masing-masing hanya butuh 7+1
buah ( yang satu buat cadangan) untuk satu minggu. itu saja bisa diatur, beli
jilbab dan kerudung dengan warna-warna netral atau senada jadi tidak perlu
banyak-banyak. Pilih bahan yang mudah disetrika dan cepat kering tapi tetap
nyaman, warna tak cepat pudar. Untuk yang punya bakat “tubuh melar” bisa
disiasati dengan memodifikasi. Untuk yang kerja beda lagi, biasanya ada seragam
tambahan, tidak masalah. Paling-paling tidak terlalu banyak jenisnya. Belum
lagi yang punya balita atau kerja di sawah. Tetapi intinya memang tidak boleh
malas, insya Allah pakaian tak banyak bukan masalah. Meski punya banyak koleksi
tak mungkin kan mau dipake sekaligus.
Terkadang untuk masalah baju ini, seringkali menguras
anggaran. Seringkali beli baju baru bukan karena benar-benar tak ada baju,
tetapi lebih karena keinginan. Tak sadar menjadi korban mode, korban tren warna
dan lebih parah lagi jadi korban bisnis pakaian. Yang seharusnya menjadi
pertimbangan adalah sesuai hukum syariah dan serasi. Tak perlu mengikuti
kebiasaan selebritis yang tak tahu aturan urip ning dunyo kok sakpenake dhewe.
Silakan menghitung pakaian di almari masing-masing ya? Jika
memang sudah cukup, stop beli baju. Jika berlebihan segera berikan untuk orang
yang membutuhkan.
beli baju buat anak saja yang memang dalam masa pertumbuhan jadi pasti perlu baju.
No comments:
Post a Comment