Kongres Ibu Nusantara ke-3 Kediri Raya
Khilafah, Perisai Hakiki Bagi Ibu dan Anak
Terus mengopinikan khilafah
Terus mengopinikan khilafah
“Orang Pare itu
pinter ngomong Inggris “, “ Wah dari Pare, pasti pinter bahasa Inggris ya?”.
Satu, dua, kali dikatakan seperti itu, ya sudah mengaminkan saja. Anggap
sebagai doa.
Di Pare itu semuanya ngomong Inggris. Tukang becak, para
pedagang kaki 5, penjual di warung, di jalanan sudah biasa pake bahasa Inggris.
Tapi benarkah demikian ?
Jawabannya, tidak sepenuhnya benar.
Orang Pare pintar
bahasa Inggris
Tidak semuanya, mungkin untuk sekadar percakapan sederhana seputar
perkenalan, transaksi jual beli banyak yang bisa. Baik yang sudah pernah kursus
maupun belum sudah biasa dengan percakapan tersebut. Bukan sesuatu yang
tiba-tiba bisa. Setidaknya karena dua factor, terbiasa mendengar dan memang
belajar. Yang jelas bagus dan banyak perbendaharaan kata adalah yang menyengaja
belajar.
Terbiasa mendengar, hampir setiap kursusan program
andalannya adalah membuat orang sangat percaya diri berbahasa Inggris. Hampir
semua kursusan punya program outdoor, praktik di luar kelas. Bisa sekadar
ngomong dengan teman tapi di luar kelas, misalnya sambil jalan-jalan barisan
berpasangan sepanjang jalan ada bahan yang harus mereka obrolkan. Atau bisa
juga penugasan ngobrol dengan orang yang ada di jalan. Siapa saja yang ditemui
di jalan ditawari untuk diajak ngobrol. Hasilnya, dengan mudah akan didapati
orang ngobrol pake bahasa Inggris.
Dan bagi yang pendengarannya normal, insya Allah
lama-kelamaan hafal juga dengan obrolan mereka. Jadilah orang di Pare terbiasa
mendengar obrolan dalam bahasa Inggris. Meski kadang terdengar sumbang di telinga. Tapi tetap saja mereka
percaya diri tingkat dewa.
Sengaja belajar, di beberapa kursusan ada yang sengaja
mengajari masyarakat sekitar secara
gratis. Pesertanya campuran, terbanyak dari kalangan pemilik kos dan
penjual. Dan sampai sekarang Alhamdulillah masih ada yang berjalan. Biasanya
kelas berlangsung malam hari, seminggu sekali. Targetnya tidak muluk-muluk,
tidak buta sama sekali dengan bahasa Inggris. Hasilnya lebih baik daripada yang
hanya sekadar bisa karena mendengar. Tata bahasanya lebih bagus, gak asal
ngomong.
Jadi wajar kan kalo di Pare itu orang biasa ngomong Inggris.
Memang bukan perkara yang tiba-tiba terjadi, tiba-tiba
pintar. Ada proses panjang. Pare mulai ramai dikunjungi untuk kursus bahasa
Inggris tahun 90-an. Banyak berdiri
tempat kursus mulai tahun 2000. Dan mulai dirintis awal 80-an. Sudah 30 tahun
lebih.
Sebuah fakta, awalnya orang yang yang ngomong bahasa Inggris
dianggap sok pitar, sok Nginggris. Namun sekarang yang tidak ngomong Inggris
dianggap ketinggalan jaman.
Jadi jangan patah semangat, menyampaikan kebaikan secara
terus menerus. Insya Allah lama-lama masyarakat akan terbiasa.
Tidak jauh berbeda dengan opini khilafah. Menjadikannya
sebagai opini umum membutuhkan kesabaran. Jangan terbawa emosi ketika ada yang
mencela. Terus jadikan sebagai bahan kontak. Bagaimana pun khilafah adalah warisan Rasulullah saw. Pengembannya sangat lebih baik jika dibandingkan dengan
perjuangan pengemban demokrasi, pengemban kapitalisme, pengemban sosialis
komunis. Pejuang khilafah sangat lebih mulia jika dibandingkan dengan pejuang
demokrasi, pejuang kebebasan, pejuang nasionalisme, pejuang HAM. Terus
sampaikan hingga masyarakat terbiasa dan paham dengan khilafah. Mulai dari apa
itu khilafah, gambaran khilafah menyelesaikan permasalahan kehidupan, cara
menegakkan khilafah, meneladani Rasulullah. Sampaikan dengan bahasa yang baik
dan bervariasi. Insya Allah suatu saat nanti khilafah tidak akan asing lagi.
Tentu lebih baik lagi adalah dengan mengajak masyarakat
untuk sama-sama belajar tentang khilafah. Lebih mengenal dan lebih membuat
masyarakat paham. Mengajak untuk bersama belajar Islam kaffah, mulai dari
akidah, syariah hingga Islam sebagai ideology. Karena esensi dari khilafah
salah satunya adalah penerapan Islam secara menyeluruh dalam semua lini
kehidupan.
Insya Allah pada saatnya nanti umat dengan sukarela akan
menerima dan meminta diterapkannya system Khilafah, tidak ada pertumpahan
darah. Sebagaimana awalnya masyarakat Madinah belum pernah bertemu Rasulullah,
hanya mengetahui dan mengimani apa yang beliau bawa, namun dengan kesadaran
penuh mau membaiat Rasulullah dan mengangkatnya sebagai pemimpin. Tak ada
penghalang antara kaum Muhajirin dengan kaum Ansar.
Pare, 30 Desember 2015