Di musim hujan seperti ini lebah ternak dibawa pulang. Sudah
bukan musim bunga, bunga telah menjadi buah.
Ada hal yang menarik
Lebah minggat dari sarang, biasanya terjadi karena ada
“perang” memperebutkan kekuasaan antar ratu, jadi ada dua ratu dalam satu kotak
lebah. Tidak ada yang mau mengalah, maka jalan keluarnya adalah salah satu ratu
meninggalkan sarang. Tidak mau sendirian, dia akan mengajak lebah pekerja.
Jika dibiarkan terlalu lama di luar sarang membuat lebah tak
terkontrol dan paling bahaya ketika terkena penyakit, jika pulang sendiri ke
kotak lebah bisa menularkan penyakit. Ini yang paling mengkhawatirkan. Terlalu
lama di luar sarang berbahaya bagi lebah yang minggat, juga merugikan lebah
yang lain.
Kali ini lebah minggat ke pohon alpukat yang jaraknya
sekitar lima puluh meter dari kotak-kotak lebah ternak.
Cara mengembalikan lebah minggat dengan memancing lebah,
mendekatkan sarang lebah yang diambil dari kotak. Dengan sedikit pengusiran
halus dari pohon, lebah akan pindah dan kembali ke sarang.
Tidak boleh dengan cara kasar, pelan-pelan mengarahkan lebah
ke sarang. Sabar menunggu hingga semua
atau setidaknya sebagian besar lebah kembali mengerumuni sarang yang
disediakan.
Dikembalikan ke kotak kosong, yang pasti tidak ada ratu
lain, diamankan dengan menutup kotak agar lebah kembali menyesuaikan diri dengan
sarang di kotak.
Kali ini lebah masih sebatas menggerombol, belum membuat
sarang baru.
Mengambil pelajaran dari minggatnya lebah
(Kalo ga nyambung nyari benang merah buat nyambungin… :) )
Karena ternak lebah, maka ada kesengajaan untuk mengambil
manfaat dari lebah. Ada kesengajaan menyediakan sarang lebah, kotak lebah
sebagai rumah tempat berakhirnya
petualangan lebah setelah beberapa waktu
lamanya dia berkeliaran di luar sarang, mencari nectar.
Bagaimanapun juga makhluk hidup pasti membutuhkan tempat
berlindung, berhenti sejenak dan tinggal bersama.
Dan begitu pula dengan umat Islam. Umat Islam membutuhkan
rumah, rumah yang akan melindungi, mengayomi seluruh penghuninya, rumah yang
dipimpin oleh seorang mukmin yang yang mengurusinya, menjadi pelindung dan
perisai.
Dengan rumah itu semua penghuni merasakan kebahagiaan, suka
dan duka bersama. Saling berbagi kebahagiaan, saling membantu jika ada yang
kesusahan.
Rumah itu tak lain adalah khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.
Khilafah yang dijalankan berdasrkan metode nabi mengurus umat sebagai kepala
Negara, mencontoh para khalifah rasyidah yang menjalani pemerintahan dengan
berpegang teguh pada aturan Allah SWT.
Rumah umat Islam bukan republic, kerajaan, monarki
konstitusional, federal, imperium. Rumah umat islam adalah khilafah.
Namun, rumah itu telah diruntuhkan Mustafa Kemal pada tahun
1924, sejak saat itu umat Islam tercerai berai dan akhirnya terkotak-kotak dalam
negara yang terbelenggu dengan nasionalisme.
Hidup tanpa khilafah ...
Bukan kesejahteraan, kemaslahatan yang didapat
Umat Islam terpuruk dan terkerat-kerat
Menjadi umat yang terhina dan terlunta-lunta
Menjadi umat yang hanya berakhir sebagai mangsa
Jika dibiarkan berlama-lama di luar rumah bisa semakin sakit
Menjalani kehidupan dunia yang semakin menghimpit dan sempit
Sebuah konsekuensi mengabaikan peringatan Allah dalam al
qur’an surat Tha haa ayat seratus dua
puluh empat
Merasakan kesempitan hidup di dunia dan dihimpun di akhirat
dalam keadaan buta sehingga tak bisa melihat
Sungguh sengsara nian, tak punya khilafah sebagai rumah
Hidup penuh dengan berbagai masalah
Mencari tahu tentang khilafah, mengkajinya secara intensif.
Belajar tentang dalil-dalil diwajibkannya khilafah, belajar tentang bagaimana
khilafah nanti menyelesaikan berbagai masalah. Biar kita tidak hidup
terlunta-lunta di luar rumah.
#YukNgaji
Taruh kotak aja lebahnya mbk, hehe. Klau berkenan silahkn mampir di blog ane tentang Belajar Budidaya Lebah Madu Dan Klanceng www.lebah-lebahku.blogspot.com
ReplyDeleteKhilafah ndasmu. NKRI
ReplyDeleteSantai bro... Khilafah itu janji Allah. Pasti tegak, unfaedah marah-marah
Delete