Wujuduhu ka’adamihi ( dalam dakwah )
Pertama kali mendengar kalimat itu dari seorang senior
ketika masih kuliah dulu.
Awalnya tidak paham dengan apa yang dimaksud. Memang tidak
mengerti bahasa Arab, memang lagi blank. Tapi karena disampaikan dalam sebuah acara
training motivasi, hanya menduga itu sebuah kalimat untuk memotivasi.
Ketika kalimat itu terdengar untuk kesekian kalinya,
akhirnya meminta penjelasan.
Wow, dalam banget. Menyindir …
Wujuduhu ka’adamihi, keberadaannya sama dengan ketiadaannya.
Realitasnya kita ada tapi sama saja dengan kita tidak ada.
Hidup tapi tak berguna, tidak punya kontribusi sedikit pun. Naudzubillah min
dzalik
Ternyata ada yang lebih parah lagi ‘adamuhu khairun min
wujudihi, ketiadaannya lebih baik daripada keberadaannya. Kehadirannya tidak
diharapkan, bahkan orang lain sangat senang jika dia tidak ada. Naudzubillah
min dzalik
Idealnya menjadi khairunnas ‘anfa’uhum linnas, sebaik-baik
manusia yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.
Minimal bermanfaat untuk orang disekitar kita dan
masyarakat, bermanfaat untuk umat, bermanfaat untuk meninggikan agama Allah.
Dan salah satu aktivitas dalam rangka menebar manfaat adalah
dakwah.
Dakwah, tidak hanya demi meraih ridha ilahi untuk diri
sendiri, tetapi juga mengajak orang lain bersama menuju ridha ilahi. Menebar manfaat dengan
tetap terikat syariat.
Jadi jika kita berdakwah tetapi orang disekitar kita belum
merasakan manfaat kita, patut muhasabah diri.
Jadi jika dakwah kita belum dirindukan, patut mengevaluasi
diri.
Jadi jika berada dalam jamaah dakwah tapi tidak
berkontribusi pada jamaah, mari memperbaiki diri.
Dakwah bukan hanya demi menggugurkan kewajiban
Dakwah harus disertai kesungguhan
Memberikan seluruh jiwa, harta, waktu dan tenaga
Mempersembahkan waktu terbaik, kemampuan terbaik, tenaga
terbaik, usaha termaksimal
Jangan sampai kita menjadi wujuduhu ka’adamihi.
Naudzubillah
mindzalik.
Siapa pun kita mari berusaha menjadi orang yang memberi
manfaat untuk siapa saja.
No comments:
Post a Comment