Salah satu program yang jadi unggulan dari kursusan b. inggris di Indonesia
khususon di Pare adalah adanya native speaker. Nah ada kejadian yang membuat
diri ini tersenyum tak tertahankan ( mau pake bahasa tertawa terpingkal-pingkal
kok yo ga sopan gitu… ^_^ ). Suatu hari pamong desa yang kebetulan temen kerja
ijin keluar dengan amat sangat terburu-buru. “ Sebentar ya… da panggilan
darurat dari kantor polisi. Da masalah”. “ Haa kantor polisi, criminal nich”.
Bener esoknya waktu kroscek ttg peristiwa kemarin, temen pamong tadi cerita “
Da bule dari Australia
bikin masalah sama penduduk” . Ceritanya tu turis jadi native speaker di sebuah
kursusan, nah karena pikir si bule dia punya bargaining position , dia
manfaatin tuh sikon. Tiap makan di warung dia selalu bilang ntar yang bayarin
kursusan ini. Trus pindah lagi ke warung lain, masih pake jurus sama “ ntar
tagihan masuk ke kursusan itu” . Parahnya yang punya warung bangga banget kalo
di kunjungi si bule, coz yang beli juga banyak anak kursusan seneng da bule yang bisa diajak
ngobrol gitu…. Nah ternyata, ga cuma satu dua warung yang dia utangi, hampir
puluhan. Ketahuannya, saat yang punya warung nagih ke kursusan tapi sama
kursusan si bule sudah tidak diakui sebagai native speaker lagi lha wong
kerjaannya mangkir melulu…. Jadi dech para pemilik warung ngirim si bule ke
bui. Masih terpesona dengan bule ???? Boro-boro dapat ilmu dari si bule, tekor
iya… lha si bule ternyata hobinya ngutang
Tuesday, 4 December 2012
Gara-gara club bola
Satu billera
Satu pianika
Beberapa stick senar drum n bass drum
Satu pasang simbal
Beberapa perangkat drum band yang hilang dari tempat
penyimpanan.
Beberapa batang besi rangka untuk rehab kamar mandi masjid
juga hilang
Dasar pencurinya adalah anak-anak bau kencur, yang masih
lugu, tak bisa menyimpan rahasia. Akhirnya terbongkar siapa dalangnya.
Anak-anak kampung yang tergabung dalam sebuah club bola. Alasannya sepele,
untuk menambah dana pembelian kaos club.
Memang akhir-akhir ini club bola di kampung semakin
menjamur. Tanding sana-sini demi “prestasi” bukan demi kesehatan yang merupakan
tujuan seseorang berolah raga. Menang,
itu harapan setiap club. Menjadi terkenal. Tampil mempesona dengan kaos yang
sama, disertai nama dan no di punggung.
Gara-gara club bola esensi dari olah raga sepak bola menjadi
sirna. Olah raga seharusnya demi mendapatkan kesehatan tubuh, namu saat ini
beberapa olahraga hanya menjadi ajang menuju status selebriti. Selebriti , sosok yang diidamkan, terkenal,
dipuja, menjadi idola dan kaya raya.
Jadi teringat salah seorang mantan pemain Persik kediri yang
asli Ngino Plemahan. Pernah membaca profilnya di sebuah media massa. Menjadi
kebanggaan masyarakat, menjadi tulang punggung keluarga dan rumahnya pun
menjulang bak istana. Setiap lewat desa tersebut selalu tengok kanan-kiri, mana
sih rumahnya .... penasaran J.
Terinspirasi dari club bola yang terkenal di TV, bayaran per
musimnya selangit. Transfernya miliaran, jadi bintang iklan, jadi pujaan wanita.
Begitulah ketika materi dan prestise sudah menjadi orientasi hidup. Diliput secara khusus dan terus
menerus. Tak ayal anak kecil pun juga tergiur.
Awalnya hanya sekadar hobi namun semakin tinggi angan,
menjadi club bola yang diperhitungkan, mendapat sponsor tapi itu semua tak
mudah teraih ketika di awal mereka sudah tak punya modal. Iman yang tipis,
pengetahuan agama yang minim,jadilah jalan pintas modal dengkul yang dilakukan.
Mencuri.
Kita runut saja, betapa banyak kebaikan ketika club bola
profesional tidak ada: tak akan ada bentrok antar suporter, tak akan ada judi
bola, kepolisian tak perlu membuang tenaga mengamankan pertandingan bola,
angkutan umum tak perlu menghindari para suporter tak bertanggung jawab. Tak ada manipulasi/permainan skor. Bisa
memanfaatkan 2x45 menit + 15 menit untuk aktivitas yang lebih bernilai.
Gara-gara kapitalisasi club bola, ajang bisnis segala cara
pun dihalalkan untuk meraih keuntungan setingginya.
Bukannya tak suka bola, jika saja jadi laki-laki mungkin
hampir tiap hari main bola. Seru, olahraga murah meriah. Namun jika sudah
merusak tatanan kehidupan, hanya jadi permainan yang melalaikan. Lalai
kewajiban. Lalai sholat,lalai belajar. Sungguh tak layak dipertahankan
Negara yang Tak Peduli...
Masih ada hubungannya dengan note Body Kutho Utek Ndeso
Mengunjungi berbagi tempat di
pelosok Kab Kediri untuk mengadakan kajian Al Qur’an. Di satu sisi salut dengan
semangat para orang tua yang berusaha belajar membaca Al qur’an meski usia
sudah senja. Namun yang sering kali
membuat hati ini seperti teriris adalah alasan para orang tua tersebut.
“ Lha riyin mboten mikir ngaos
mbak, sing penting nyambut damel, nguripi anak-anak” . Begitulah potret
masyarakat di negeri ini, mereka terpaksa mencurahkan seluruh tenaga untuk
bertahan hidup. Membanting tulang memeras keringat mencari sesuap nasi,
membiayai pendidikan anak.
“ Kulo nggih mboten ngertos,
namung saged poso lan solat, niku mawon nggih tumut tiyang-tiyang mboten ngertos nopo syarat rukun”. Potret
masyarakat yang tak mendapatkan informasi bahkan demi melindungi aqidah dan
kewajiban mereka terhadap Allah yang
menciptakan mereka.
“ Mugi-mugi kula taksih saged
blajar ngaos nggih mbak. Kulo wiwit rumiyen niku ndableg. Nggih sekolah, tapi
blas mboten diwulang ngaji Qur’an. Nggih saged pelajaran lintunipun tapi kok
nggih boten kepikiran blajar ngaji”. Tak hanya dulu, sekarang pun tak jauh
berbeda. Sekarang tak lulus UN adalah aib yang luar biasa, namun buta huruf
hijaiyah sudah biasa. Orang tua bingung mencari bimbingan persiapan ujian namun
santai anaknya tak naik evaluasi iqra’. Orang tua stres try out anaknya jelek,
namun tak peduli anaknya belum pernah mengkhatamkan Al-Qur’an.
“ Teng mriki mboten wonten
ingkang mucal ngaji mbak, lha wong ndeso. Radosanipun nggih rusak , nglewati
mbulak”. Ah ... kalo masalah ini saja mereka tak peduli. Tapi ketika masa
kampanye, pelosok desa pun disasar. Poster calon dimana-mana. Begitlah suara
mereka hanya berharga saat pemilu saja
Padahal ini masih satu masalah
saja, yaitu membaca Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam. Agama resmi
yang diakui negara. Belum terkait dengan
kewajiban-kewajiban lain. Belum masalah sholat, puasa, menutup aurat,
mendapatkan makanan yang halal dan thoyyib dan lain sebagainya. Ini hanyalah
hukum yang terkait dengan individu. Belum sistem ekonomi, sistem pergaulan,
sistem pendidikan, sistem pemerintahan yang jelas juga diatur dalam Islam.
Sebuah fakta, negara ini
dijalankan oleh penguasa yang tak peduli,mau rakyatnya sholat, mau tidak puasa,
tidak menutup aurat, hobi judi, hobi miras, mau berpegang teguh pada hukum Allah,
mau mencampakkannya, mau bermaksiat sama sekali tak peduli.
Sebuah fakta, negara ini menganut
sistem kapitalis. Sistem yang muncul akibat perlawanan ilmuwan terhadap
kebijakan gereja di Eropa. Sebuah fakta gereja tak bisa menjawab tantangan
kemajuan jaman. Wajarlah jika ilmuwan tak mau diatur hukum gereja yang memang
tak lengkap dan hanya menghambat aktivitas mereka sebagai ilmuwan (dulu waktu
SD pernah baca di buku bhs. Indonesia tentang kisah Copernicus n Galileo yang
pendapatnya waktu itu menjadi kontroversi, tapi belum ngeh kalo yang mempermasalahkan
adalah pihak gereja). Akhirnya lahirlah, sebuah kesepakatan. Gereja tak perlu ikut
campur urusan negara, jadilah agama dipisahkan dari kehidupan, fashluddin
‘anilhayah. Agama diakui namun tak boleh digunakan untuk mengatur negara.
Begitu pula dengan negeri ini.
Mengakui agama tapi berpegang teguh pada demokrasi yang mengijinkan manusia
membuat hukum. Tak ada dalam undang-undang negeri ini kewajiban untuk belajar sekaligus
mengaplikasikan agama. Umat Islam tak kenal Al Qur’an, umat Kristen tak kenal
Injil, orang Budha tak menguasai Tripitaka tak kan jadi masalah. Karena memang
itu dianggap urusan pribadi. Negara tak berhak ikut campur. Dengan kata lain
rakyat mau masuk surga, mau masuk neraka tak pernah memikirkan.
Namanya juga sistem kapitalis,
kapital alias modal yang berkuasa. Yang punya harta lebih berpeluang menikmati
fasilitas. Yang mempunyai modal yang akan menentukan kebijakan. Yang miskin dan
bodoh hanya akan menjadi korban. Sungguh sistem kejam yang membuat manusia
tergila-gila pada dunia dan lalai terhadap kehidupan akhirat. Sistem sampah
yang membuat manusia terjerembab dalam kenistaan karena menjalani hidupnya
semata dalam rangka menuruti hawa nafsunya. Sistem yang mengagungkan kebebasan.
Bebas berperilaku, bebas memiliki apa pun, bebas berpendapat, bebas beragama
(termasuk pula berpindah agama, tak terikat pada hukum agama). Tak ada bedanya
dengan hewan yang tak ambil pusing dengan aturan sang Pencipta (tapi perasaan tak
ada hewan mbalelo dengan kodratnya dech...)
Sebuah fakta, negara ini tak
mempunyai kesungguhan menjaga akidah umat. Negara ini adalah negara kapitalis
yang menjalankan negara ibarat perusahaan. Penguasa produsen rakyat konsumen.
Tak ada produsen yang tak ambil untung. Semua kebijakan hanya demi keuntungan
penguasa semata.
Tak peduli akidah umat rusak yang
penting keuntungan masuk ke saku penguasa. Lihat saja betapa banyak budaya
primitif perusak akidah yang dilestarikan pemerintah demi mengumpulkan
pundi-pundi uang. Masyarakat dibiarkan memelihara adat istiadat syirik.
Pemerintah tak pernah mencerdaskan umat bahwa itu semua bisa menjurumuskan
mereka pada murka Allah. Ah... kok masalah yang tak terindra di dunia, masalah
sepele saja,yaitu membaca kitab suci sama sekali tak ada usaha optimal apalagi
masalah kesejahteraan rakyat tentu tidak akan menjadi prioritas. Penguasa
kapitalis hanya akan mengurus kepentingan para pemilik modal saja.
Sudah nampak dengan jelas, sistem
negeri ini dijalankan atas dasar aturan yang dibuat manusia. Aturan yang hanya
menuruti hawa nafsu belaka. Maka pantas jika hanya menimbulkan bencana.
Sangat berbeda dengan sistem
Khilafah. Sistem yang dijalankan berdasarkan akidah Islam namun juga akan
mengayomi warga negaranya yang non Islam. Khilafah tegak dalam rangka
menerapkan hukum Allah Sang Pencipta manusia. Hanya ada kebaikan dalam sistem
khilafah. Semua yang mengancam, menistakan dan menodai kehormatan manusia
sebagai makhluk paling mulai tak akan
diijinkan. Itu semua dilakukan demi menjaga martabat manusia.
Warga negara akan mengutamakan
ketaqwaan, masyarakat saling mengingatkan dalam kebaikan, negara
menyejahterakan rakyatnya di dunia dan menyelamatkan rakyatnya dari panasnya
api neraka. Sungguh khilafah akan mengajak semua warga negaranya untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan. Muslim dan non muslim akan hidup berdampingan.
Khalifah sebagai pemimpin
khilafah adalah pemimpin yang amanah, mendedikasikan hidupnya untuk menerapkan
hukum Allah dalam rangka menyejahterakan warga negara. Khalifah adalah pemimpin
yang akan menjadi perisai bagi warga negara.
Sejarah membuktikan, khilafah
pernah memimpin peradaban dan berkuasa di 2/3 bagian dunia. Khilafah bukan
institusi yang membumihanguskan wilayah yang dikuasai, bukan institusi pengusir
warga non muslim, mengeksekusi mati orang-orang kafir. Buktinya daerah yang
dulu pernah dikuasai khilafah tetap ada warga non muslim, bukti mereka tetap
hidup dalam naungan khilafah ( umat kristen di Mesir, katholik juga masih
bercokol di Eropa padahal hampir seluruh Eropa pernah tunduk pada kekuatan
Islam, masih ada orang Hindu di India).
Khilafah adalah satu-satunya sistem yang memanusiakan manusia. Khilafah
adalah janji Allah. Khilafah adalah sebuah kewajiban, karena menerapkan aturan
Islam menjadi kewajiban setiap muslim, secara otomatis menegakkan institusi
yang bisa menerapkan hukum Islam adalah kewajiban pula.
Tak ada yang lain, terus berjuang
menegakkan khilafah adalah satu-satunya pilihan. Tetap mengajarkan baca tulis
al Qur’an sambil mengedukasi umat dengan mabda’ (Ideologi) Islam. Mencerdaskan
umat dengan pemikiran Islam. Menjalani
semua hukum Islam yang terkait dengan invidu, sembari mewujudkan institusi
khilafah yang akan menerapkan hukum Islam secara kaffah.
Body Kutho Utek Ndeso
Akhir-akhir ini mengunjungi
daerah pelosok di kab Kediri. Beberapa kali ke Besowo di kecamatan Kepung
Kediri pojok selatan timur. Kampung baru masih masuk Kepung namun juga pelosok.
Desa Pesing Purwoasri, pojok utara barat. Benar-benar kental suasana desa. Memang
suasana alamnya masih asri, kanan kiri jalan ada sawah yang menghampar luas.
Namun ada beberapa hal yang membuat hati ini miris. Tingkah laku sebagian orang
yang dijumpai, sepanjang jalan arah Besowo. Anak-anak muda yang masih usia
sekolah dan ada yang masih pake seragam. Naik motor super ngebut seolah jalan
miliknya sendiri, tidak pake helm. Motornya memang keren tapi kelakuannya
ndeso. Ketika melewati beberapa sekolah saat jam pulang sekolah, siswa berlomba
keluar gerbang sekolah. Lansung tancap gas, masih ada yang bergerombol di dekat
gerbang nunggu angkot, berhaha..hihi...sambil pegang HP. Rambutnya tergerai
terlihat jelas jika made in salon ( entah apa namanya diluruskan di salon). PD banget dengan penampilannya
yang jelas mengumbar aurat. Tak ketinggalan beberapa kali bertemu anak usia SD,
bahkan terlihat jelas ada yang berseragam SD naik motor sak penake dhewe.
Khusus hari ini sempat tersenyum
sendiri. Di depan ada co-ce boncengan, ceweknya pakaiannya minim banget sampe
bingung kemana harus memandang lha wong
aurat terhadap sesama perempuan juga tidak ditutup. Tiba di sebuah tikungan ada
genangan air, sempat kaget. Refleks mengangkat kaki khawatir kena baju. Eee..
si cewek yang posisi di belakang dan tidak tau kalo ada genangan air juga kaget
tubuhnya terciprat air yang jelas tidak bersih coz terlihat buthek. Terlihat
bingung, sibuk melihat baju sebelah kiri, baju sebelah kanan, mengusap lengan
kanan, ganti mengusap lengan kiri, sambil ngomel-ngomel, mengusap kaki, mungkin si cowok dengar omelanx dan ikut
bantu membersihkan , jadilah ikut mengusap-usap kaki si cewek dengan tangan
kiri sambil terus mengendarai. Hi..hi..terlihat bingung usap sana-sini.
He..he.. coba kalo pake baju tertutup, paling-paling yang kena baju luarnya
saja... lagi-lagi menjumpai kelakuan orang primitif ( semakin minim baju yang
dikenakan semakin primitif to ???).
Jadi ingat cerita teman-teman
guru yang mengajar di daerah pinggiran, setiap hari menghadapi siswa dengan
kelakuan ndeso yang super sulit diajak mikir pelajaran. Tapi tak mau
ketinggalan kalo terkait dengan mempersolek diri atau mengkoleksi gadget or
motor kecengan. Sorry, bagi saya
kelakuan ndeso itu kalo tidak taat aturan. Baik aturan yang biasa ada di
masyarakat atau aturan Allah. Kelakuan ndeso itu kalo ga punya prestasi tapi
penampilan fisiknya terlihat “meyakinkan”.
Seringkali fakta di pelosok
daerah, kerusakan moral remaja lebih mencuat daripada prestasi yang terukir.
Ada yang berprestasi tapi bisa dihitung dengan jari.
Nah, kalo gini mana para pejabat
yang dulu mengemis suara dari rakyat. Janji manis mereka hanya sebatas omong
kosong. Pembangunan yang tidak merata, fasilitas pendidikan yang diabaikan
turut serta menciptakan kelakuan ndeso generasi. Generasi yang hanya memakan
mentah-mentah kemajuan teknologi tanpa bekal ilmu pengetahuan dan ilmu agama.
Yang penting hepi...
Di Kampung Baru, jalannya
membahayakan. Sama sekali tak nyaman, cocok buat motor cross. Tak bisa membayangkan jika hujan lebat. Pasti dech
jalan berubah jadi sungai. Lha wong tak ada saluran airnya.
Sama sekali jauh dari kondisi
yang disampaikan Pak SBY di sebuah forum internasional bahwa Indonesia punya
prestasi yang membanggakan, ekonomi semakin tumbuh... lha wong sing di delok
kondisi para konglomerat. Sungguh
standart yang tidak jelas...
Bersambung...
Subscribe to:
Posts (Atom)