Tuesday, 4 December 2012

Bule itu membuatmu terpesona… ?


Salah satu program yang jadi unggulan dari kursusan b. inggris di Indonesia khususon di Pare adalah adanya native speaker. Nah ada kejadian yang membuat diri ini tersenyum tak tertahankan ( mau pake bahasa tertawa terpingkal-pingkal kok yo ga sopan gitu… ^_^ ). Suatu hari pamong desa yang kebetulan temen kerja ijin keluar dengan amat sangat terburu-buru. “ Sebentar ya… da panggilan darurat dari kantor polisi. Da masalah”. “ Haa kantor polisi, criminal nich”. Bener esoknya waktu kroscek ttg peristiwa kemarin, temen pamong tadi cerita “ Da bule dari Australia bikin masalah sama penduduk” . Ceritanya tu turis jadi native speaker di sebuah kursusan, nah karena pikir si bule dia punya bargaining position , dia manfaatin tuh sikon. Tiap makan di warung dia selalu bilang ntar yang bayarin kursusan ini. Trus pindah lagi ke warung lain, masih pake jurus sama “ ntar tagihan masuk ke kursusan itu” . Parahnya yang punya warung bangga banget kalo di kunjungi si bule, coz yang beli juga banyak  anak kursusan seneng da bule yang bisa diajak ngobrol gitu…. Nah ternyata, ga cuma satu dua warung yang dia utangi, hampir puluhan. Ketahuannya, saat yang punya warung nagih ke kursusan tapi sama kursusan si bule sudah tidak diakui sebagai native speaker lagi lha wong kerjaannya mangkir melulu…. Jadi dech para pemilik warung ngirim si bule ke bui. Masih terpesona dengan bule ???? Boro-boro dapat ilmu dari si bule, tekor iya… lha si bule ternyata hobinya ngutang

Gara-gara club bola


Satu billera
Satu pianika
Beberapa stick senar drum n bass drum
Satu pasang simbal

Beberapa perangkat drum band yang hilang dari tempat penyimpanan.

Beberapa batang besi rangka untuk rehab kamar mandi masjid juga hilang

Dasar pencurinya adalah anak-anak bau kencur, yang masih lugu, tak bisa menyimpan rahasia. Akhirnya terbongkar siapa dalangnya. Anak-anak kampung yang tergabung dalam sebuah club bola. Alasannya sepele, untuk menambah dana pembelian kaos club.
Memang akhir-akhir ini club bola di kampung semakin menjamur. Tanding sana-sini demi “prestasi” bukan demi kesehatan yang merupakan tujuan seseorang berolah raga.  Menang, itu harapan setiap club. Menjadi terkenal. Tampil mempesona dengan kaos yang sama, disertai nama dan no di punggung.

Gara-gara club bola esensi dari olah raga sepak bola menjadi sirna. Olah raga seharusnya demi mendapatkan kesehatan tubuh, namu saat ini beberapa olahraga hanya menjadi ajang menuju status selebriti.  Selebriti , sosok yang diidamkan, terkenal, dipuja, menjadi idola dan kaya raya.

Jadi teringat salah seorang mantan pemain Persik kediri yang asli Ngino Plemahan. Pernah membaca profilnya di sebuah media massa. Menjadi kebanggaan masyarakat, menjadi tulang punggung keluarga dan rumahnya pun menjulang bak istana. Setiap lewat desa tersebut selalu tengok kanan-kiri, mana sih rumahnya .... penasaran J.

Terinspirasi dari club bola yang terkenal di TV, bayaran per musimnya selangit. Transfernya miliaran, jadi bintang iklan, jadi pujaan wanita. Begitulah ketika materi dan prestise sudah menjadi orientasi  hidup. Diliput secara khusus dan terus menerus. Tak ayal anak kecil pun juga tergiur.

Awalnya hanya sekadar hobi namun semakin tinggi angan, menjadi club bola yang diperhitungkan, mendapat sponsor tapi itu semua tak mudah teraih ketika di awal mereka sudah tak punya modal. Iman yang tipis, pengetahuan agama yang minim,jadilah jalan pintas modal dengkul yang dilakukan. Mencuri.

Kita runut saja, betapa banyak kebaikan ketika club bola profesional tidak ada: tak akan ada bentrok antar suporter, tak akan ada judi bola, kepolisian tak perlu membuang tenaga mengamankan pertandingan bola, angkutan umum tak perlu menghindari para suporter tak bertanggung jawab. Tak  ada manipulasi/permainan skor. Bisa memanfaatkan 2x45 menit + 15 menit untuk aktivitas yang lebih bernilai.

Gara-gara kapitalisasi club bola, ajang bisnis segala cara pun dihalalkan untuk meraih keuntungan setingginya.

Bukannya tak suka bola, jika saja jadi laki-laki mungkin hampir tiap hari main bola. Seru, olahraga murah meriah. Namun jika sudah merusak tatanan kehidupan, hanya jadi permainan yang melalaikan. Lalai kewajiban. Lalai sholat,lalai belajar. Sungguh tak layak dipertahankan

Negara yang Tak Peduli...


Masih ada hubungannya dengan  note Body Kutho Utek Ndeso

Mengunjungi berbagi tempat di pelosok Kab Kediri untuk mengadakan kajian Al Qur’an. Di satu sisi salut dengan semangat para orang tua yang berusaha belajar membaca Al qur’an meski usia sudah senja.  Namun yang sering kali membuat hati ini seperti teriris adalah alasan para orang tua tersebut.

“ Lha riyin mboten mikir ngaos mbak, sing penting nyambut damel, nguripi anak-anak” . Begitulah potret masyarakat di negeri ini, mereka terpaksa mencurahkan seluruh tenaga untuk bertahan hidup. Membanting tulang memeras keringat mencari sesuap nasi, membiayai pendidikan anak.

“ Kulo nggih mboten ngertos, namung saged poso lan solat, niku mawon nggih tumut tiyang-tiyang  mboten ngertos nopo syarat rukun”. Potret masyarakat yang tak mendapatkan informasi bahkan demi melindungi aqidah dan kewajiban mereka terhadap  Allah yang menciptakan mereka.

“ Mugi-mugi kula taksih saged blajar ngaos nggih mbak. Kulo wiwit rumiyen niku ndableg. Nggih sekolah, tapi blas mboten diwulang ngaji Qur’an. Nggih saged pelajaran lintunipun tapi kok nggih boten kepikiran blajar ngaji”. Tak hanya dulu, sekarang pun tak jauh berbeda. Sekarang tak lulus UN adalah aib yang luar biasa, namun buta huruf hijaiyah sudah biasa. Orang tua bingung mencari bimbingan persiapan ujian namun santai anaknya tak naik evaluasi iqra’. Orang tua stres try out anaknya jelek, namun tak peduli anaknya belum pernah mengkhatamkan Al-Qur’an.

“ Teng mriki mboten wonten ingkang mucal ngaji mbak, lha wong ndeso. Radosanipun nggih rusak , nglewati mbulak”. Ah ... kalo masalah ini saja mereka tak peduli. Tapi ketika masa kampanye, pelosok desa pun disasar. Poster calon dimana-mana. Begitlah suara mereka hanya berharga saat pemilu saja

Padahal ini masih satu masalah saja, yaitu membaca Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam. Agama resmi yang diakui negara.  Belum terkait dengan kewajiban-kewajiban lain. Belum masalah sholat, puasa, menutup aurat, mendapatkan makanan yang halal dan thoyyib dan lain sebagainya. Ini hanyalah hukum yang terkait dengan individu. Belum sistem ekonomi, sistem pergaulan, sistem pendidikan, sistem pemerintahan yang jelas juga diatur dalam Islam.

Sebuah fakta, negara ini dijalankan oleh penguasa yang tak peduli,mau rakyatnya sholat, mau tidak puasa, tidak menutup aurat, hobi judi, hobi miras, mau berpegang teguh pada hukum Allah, mau mencampakkannya, mau bermaksiat sama sekali tak peduli.

Sebuah fakta, negara ini menganut sistem kapitalis. Sistem yang muncul akibat perlawanan ilmuwan terhadap kebijakan gereja di Eropa. Sebuah fakta gereja tak bisa menjawab tantangan kemajuan jaman. Wajarlah jika ilmuwan tak mau diatur hukum gereja yang memang tak lengkap dan hanya menghambat aktivitas mereka sebagai ilmuwan (dulu waktu SD pernah baca di buku bhs. Indonesia tentang kisah Copernicus n Galileo yang pendapatnya waktu itu menjadi kontroversi, tapi belum ngeh kalo yang mempermasalahkan adalah pihak gereja). Akhirnya lahirlah, sebuah kesepakatan. Gereja tak perlu ikut campur urusan negara, jadilah agama dipisahkan dari kehidupan, fashluddin ‘anilhayah. Agama diakui namun tak boleh digunakan untuk mengatur negara.

Begitu pula dengan negeri ini. Mengakui agama tapi berpegang teguh pada demokrasi yang mengijinkan manusia membuat hukum. Tak ada dalam undang-undang negeri ini kewajiban untuk belajar sekaligus mengaplikasikan agama. Umat Islam tak kenal Al Qur’an, umat Kristen tak kenal Injil, orang Budha tak menguasai Tripitaka tak kan jadi masalah. Karena memang itu dianggap urusan pribadi. Negara tak berhak ikut campur. Dengan kata lain rakyat mau masuk surga, mau masuk neraka tak pernah memikirkan.

Namanya juga sistem kapitalis, kapital alias modal yang berkuasa. Yang punya harta lebih berpeluang menikmati fasilitas. Yang mempunyai modal yang akan menentukan kebijakan. Yang miskin dan bodoh hanya akan menjadi korban. Sungguh sistem kejam yang membuat manusia tergila-gila pada dunia dan lalai terhadap kehidupan akhirat. Sistem sampah yang membuat manusia terjerembab dalam kenistaan karena menjalani hidupnya semata dalam rangka menuruti hawa nafsunya. Sistem yang mengagungkan kebebasan. Bebas berperilaku, bebas memiliki apa pun, bebas berpendapat, bebas beragama (termasuk pula berpindah agama, tak terikat pada hukum agama). Tak ada bedanya dengan hewan yang tak ambil pusing  dengan aturan sang Pencipta (tapi perasaan tak ada hewan mbalelo dengan kodratnya dech...)

Sebuah fakta, negara ini tak mempunyai kesungguhan menjaga akidah umat. Negara ini adalah negara kapitalis yang menjalankan negara ibarat perusahaan. Penguasa produsen rakyat konsumen. Tak ada produsen yang tak ambil untung. Semua kebijakan hanya demi keuntungan penguasa semata.

Tak peduli akidah umat rusak yang penting keuntungan masuk ke saku penguasa. Lihat saja betapa banyak budaya primitif perusak akidah yang dilestarikan pemerintah demi mengumpulkan pundi-pundi uang. Masyarakat dibiarkan memelihara adat istiadat syirik. Pemerintah tak pernah mencerdaskan umat bahwa itu semua bisa menjurumuskan mereka pada murka Allah. Ah... kok masalah yang tak terindra di dunia, masalah sepele saja,yaitu membaca kitab suci sama sekali tak ada usaha optimal apalagi masalah kesejahteraan rakyat tentu tidak akan menjadi prioritas. Penguasa kapitalis hanya akan mengurus kepentingan para pemilik modal saja.

Sudah nampak dengan jelas, sistem negeri ini dijalankan atas dasar aturan yang dibuat manusia. Aturan yang hanya menuruti hawa nafsu belaka. Maka pantas jika hanya menimbulkan bencana.

Sangat berbeda dengan sistem Khilafah. Sistem yang dijalankan berdasarkan akidah Islam namun juga akan mengayomi warga negaranya yang non Islam. Khilafah tegak dalam rangka menerapkan hukum Allah Sang Pencipta manusia. Hanya ada kebaikan dalam sistem khilafah. Semua yang mengancam, menistakan dan menodai kehormatan manusia sebagai makhluk paling mulai  tak akan diijinkan. Itu semua dilakukan demi menjaga martabat manusia.

Warga negara akan mengutamakan ketaqwaan, masyarakat saling mengingatkan dalam kebaikan, negara menyejahterakan rakyatnya di dunia dan menyelamatkan rakyatnya dari panasnya api neraka. Sungguh khilafah akan mengajak semua warga negaranya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Muslim dan non muslim akan hidup berdampingan.

Khalifah sebagai pemimpin khilafah adalah pemimpin yang amanah, mendedikasikan hidupnya untuk menerapkan hukum Allah dalam rangka menyejahterakan warga negara. Khalifah adalah pemimpin yang akan menjadi perisai bagi warga negara.

Sejarah membuktikan, khilafah pernah memimpin peradaban dan berkuasa di 2/3 bagian dunia. Khilafah bukan institusi yang membumihanguskan wilayah yang dikuasai, bukan institusi pengusir warga non muslim, mengeksekusi mati orang-orang kafir. Buktinya daerah yang dulu pernah dikuasai khilafah tetap ada warga non muslim, bukti mereka tetap hidup dalam naungan khilafah ( umat kristen di Mesir, katholik juga masih bercokol di Eropa padahal hampir seluruh Eropa pernah tunduk pada kekuatan Islam, masih ada orang Hindu di India).  Khilafah adalah satu-satunya sistem yang memanusiakan manusia. Khilafah adalah janji Allah. Khilafah adalah sebuah kewajiban, karena menerapkan aturan Islam menjadi kewajiban setiap muslim, secara otomatis menegakkan institusi yang bisa menerapkan hukum Islam adalah kewajiban pula.

Tak ada yang lain, terus berjuang menegakkan khilafah adalah satu-satunya pilihan. Tetap mengajarkan baca tulis al Qur’an sambil mengedukasi umat dengan mabda’ (Ideologi) Islam. Mencerdaskan umat dengan pemikiran Islam.  Menjalani semua hukum Islam yang terkait dengan invidu, sembari mewujudkan institusi khilafah yang akan menerapkan hukum Islam secara kaffah.

Body Kutho Utek Ndeso


Akhir-akhir ini mengunjungi daerah pelosok di kab Kediri. Beberapa kali ke Besowo di kecamatan Kepung Kediri pojok selatan timur. Kampung baru masih masuk Kepung namun juga pelosok. Desa Pesing Purwoasri, pojok utara barat. Benar-benar kental suasana desa. Memang suasana alamnya masih asri, kanan kiri jalan ada sawah yang menghampar luas. Namun ada beberapa hal yang membuat hati ini miris. Tingkah laku sebagian orang yang dijumpai, sepanjang jalan arah Besowo. Anak-anak muda yang masih usia sekolah dan ada yang masih pake seragam. Naik motor super ngebut seolah jalan miliknya sendiri, tidak pake helm. Motornya memang keren tapi kelakuannya ndeso. Ketika melewati beberapa sekolah saat jam pulang sekolah, siswa berlomba keluar gerbang sekolah. Lansung tancap gas, masih ada yang bergerombol di dekat gerbang nunggu angkot, berhaha..hihi...sambil pegang HP. Rambutnya tergerai terlihat jelas jika made in salon ( entah apa namanya diluruskan  di salon). PD banget dengan penampilannya yang jelas mengumbar aurat. Tak ketinggalan beberapa kali bertemu anak usia SD, bahkan terlihat jelas ada yang berseragam SD naik motor sak penake dhewe.

Khusus hari ini sempat tersenyum sendiri. Di depan ada co-ce boncengan, ceweknya pakaiannya minim banget sampe bingung  kemana harus memandang lha wong aurat terhadap sesama perempuan juga tidak ditutup. Tiba di sebuah tikungan ada genangan air, sempat kaget. Refleks mengangkat kaki khawatir kena baju. Eee.. si cewek yang posisi di belakang dan tidak tau kalo ada genangan air juga kaget tubuhnya terciprat air yang jelas tidak bersih coz terlihat buthek. Terlihat bingung, sibuk melihat baju sebelah kiri, baju sebelah kanan, mengusap lengan kanan, ganti mengusap lengan kiri, sambil ngomel-ngomel, mengusap kaki,  mungkin si cowok dengar omelanx dan ikut bantu membersihkan , jadilah ikut mengusap-usap kaki si cewek dengan tangan kiri sambil terus mengendarai. Hi..hi..terlihat bingung usap sana-sini. He..he.. coba kalo pake baju tertutup, paling-paling yang kena baju luarnya saja... lagi-lagi menjumpai kelakuan orang primitif ( semakin minim baju yang dikenakan semakin primitif to ???).

Jadi ingat cerita teman-teman guru yang mengajar di daerah pinggiran, setiap hari menghadapi siswa dengan kelakuan ndeso yang super sulit diajak mikir pelajaran. Tapi tak mau ketinggalan kalo terkait dengan mempersolek diri atau mengkoleksi gadget or motor kecengan.  Sorry, bagi saya kelakuan ndeso itu kalo tidak taat aturan. Baik aturan yang biasa ada di masyarakat atau aturan Allah. Kelakuan ndeso itu kalo ga punya prestasi tapi penampilan fisiknya terlihat “meyakinkan”.

Seringkali fakta di pelosok daerah, kerusakan moral remaja lebih mencuat daripada prestasi yang terukir. Ada yang berprestasi tapi bisa dihitung dengan jari.
Nah, kalo gini mana para pejabat yang dulu mengemis suara dari rakyat. Janji manis mereka hanya sebatas omong kosong. Pembangunan yang tidak merata, fasilitas pendidikan yang diabaikan turut serta menciptakan kelakuan ndeso generasi. Generasi yang hanya memakan mentah-mentah kemajuan teknologi tanpa bekal ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Yang penting hepi...

Di Kampung Baru, jalannya membahayakan. Sama sekali tak nyaman, cocok buat motor cross. Tak bisa  membayangkan jika hujan lebat. Pasti dech jalan berubah jadi sungai. Lha wong tak ada saluran airnya.

Sama sekali jauh dari kondisi yang disampaikan Pak SBY di sebuah forum internasional bahwa Indonesia punya prestasi yang membanggakan, ekonomi semakin tumbuh... lha wong sing di delok kondisi para konglomerat.  Sungguh standart yang tidak jelas...

Bersambung...