Thursday 3 October 2019

Guru, Operator, Mencari Pinjaman, Sekaligus Teknisi



Mulai tahun ini Penilaian Tengah Semester kelas 6 sudah menggunakan aplikasi, CBT. Jika tahun sebelumnya masih ujian akhir sekolah saja CBT, maka tahun ini jauh hari siswa disiapkan untuk biasa dengan ujian berbasis komputer. Minimal mereka sudah biasa menghadapi soal tanpa kertas. Memang CBT ini lebih hemat kertas, nilai bisa segera diketahui, kecepatan pengerjaan soal juga terukur.

Namun lagi-lagi kendala teknis fasilitas dan sarana menjadi masalah utama. Sekolah harus punya koneksi internet, punya alat agar koneksi internet bisa dinikmati banyak siswa. Dan siswa pun harus punya laptop atau smartphone.

Sudah bukan rahasia lagi, tidak semua sekolah punya fasilitas lengkap, tidak semua siswa punya laptop atau smartphone, tidak semua guru dan siswa melek teknologi. Tidak semua orang tua siswa peduli dan memfasilitasi.

Dan selama menjadi guru tak pernah menjumpai guru lain yang begitu mudahnya berlepas tangan membiarkan siswa berusaha sendiri. Selalu guru berusaha sekuat tenaga memberikan yang terbaik untuk siswanya. Jadilah dalam CBT ini, guru yang mempunyai laptop, smartphone lebih dari satu meminjamkan apa yang dipunya, bahkan mencarikan pinjaman kepada kerabat atau kenalannya. Yang penting siswanya bisa ujian.

Tidak berhenti sampai di sini. Dengan keterbatasan kemampuan akademik dan ekonomi siswa, guru lagi-lagi pontang-panting menghadapi masalah di lapangan. Maka bertambahlah tugas guru, menjadi operator dan teknisi. Memastikan semua siswa bisa akses soal, otak-atik laptop dan smartphone yang error, sampai memasang kabel sana-sini, nyambung kabel, mengamankan kabel yang berpotensi nyetrum dsb. Karena tidak semua siswa mandiri. Dan parahnya jika di sekolah swasta itu semua dilakukan oleh guru-guru honorer yang gajinya amat sangat di bawah UMR.

Di sinilah rasanya ingin menuntut penguasa dan pejabatnya. Rasangan marah banget ketika ada pejabat yang korupsi, enak nian mereka, padahal kami di bawah terus terengah-engah. Tata kelola negeri ini begitu amburadul, ketidakidealan terjadi di berbagai bidang.

Mohon tidak dengan ringan berucap : pindah sekolah aja kok repot, ya itu resiko jadi guru, usaha donk jangan mengeluh terus. Berucap gitu?  Ayo ketemuan! Tak klethak kon. Sadis? Yo bah!

Ya semua pasti ingin normal, ideal, cateris paribus. Outlier alias pencilan itu normal terjadi, tapi jika banyak outlier ya harus berpikir ada yang salah dengan proses. Harus ada perbaikan.

Sementara sampai di sini keluh kesah menghadapi CBT. Mau ngomel masalah lain yang berkaitan dengan problem pendidikan di negeri ini ya ga bakalan kelar seharian, sangking kompleksnya permasalahan yang dihadapi.

Dan saya memang masih memilih jadi guru. Namun tak berhenti sampai di sini, saya punya visi jangka panjang yang akan terus diperjuangkan, menegakkan khilafah. Dengan khilafah islam kaffah akan diterapkan. Yakin khilafah adalah ajaran Islam, sistem terbaik dari Allah dan RasulNya. Jika ada yang bilang : pengemban khilafah keluar saja dari Indonesia, akan disiapkan sanksi hukum bagi penyampai khilafah, bercita-cita khilafah tegak itu anti NKRI, mengkhianati pahlawan, anti Pancasila dll, biarin EGP.

Kok ngeyel khilafah terus sich? Ayo ketemuan, ngobrol diskusi, boleh sambil ngeteh atau ngopi dan makan weci. Santai saja, ga usah ngegas, terpengaruh dengan opini negatif tentang khilafah.

Terakhir, salam hormat untuk Bapak-Ibu Guru di seluruh pejuru Indonesia, jasamu memang tiada tara. Semoga tetap ikhlas beramal. Aamiin

Pare,  3 Oktober 2019

No comments:

Post a Comment