Tuesday 10 July 2018

Diversifikasi Memasak


Bagi seorang muslim semua aktivitas kebaikan bisa bernilai ibadah, caranya dengan selalu menghadirkan "ruh" dalam setiap perbuatan, ruh bermakna idrak sillah billah , kesadaran akan hubungan dengan Allah, bahwa setiap perbuatan akan dihisab Allah, setiap perbuatan terikat pada hukum Allah.

Termasuk pula aktivitas memasak, mungkin bagi yang sibuk, punya anggaran dana lebih dari cukup, apalagi hobi kuliner, memasak bukan perkara ribet. Cukup beli jadi, namun bagi yang pas-pasan, yang harus muter otak untuk bisa memasak tentu akan berbeda.

Memasak juga bisa bernilai ibadah. Memasak makanan yang halal karena sadar keharaman makanan haram, memasak untuk memenuhi kebutuhan keluarga, memasak untuk memberikan nutrisi terbaik bagi keluarga terutama anak. Jika semua dilakukan semata karena Allah dan tetap terikat pada hukumnya Allah maka semua itu akan bernilai ibadah. Jadi "menikmati" memasak itu memang seharusnya dibiasakan, terutama bagi wanita. Yang memang salah satu tugasnya adalah mengatur urusan domestik rumah.

Akan tetapi meski sepele, terkadang memasak ini juga bisa menjadi aktivitas yang membingungkan, misalnya ketika tidak ada ide, tidak ada cukup waktu, tidak ada dana cukup dan lain sebagainya. Memang benar-benar harus kreatif dan diatur. Agar  asap dapur tetap mengepul.

Bagi orang-orang yang punya kesukaan makanan, memasak ini hal remeh. Karena sukanya tempe, ya ga peduli apapun suasananya, berapapun dananya ya tidak bingung, selalu masak tempe. Tentang tempe, dahulu ketika ngekos, ada teman yang sukanya tempe. Jadilah ketika dia giliran masak pasti selalu ada tempe. Tapi alhamdulillah, kreatif. Meski tempe jenis masakannya berbeda. Dipenyet, disambel goreng, disayur, dibuat bala-bala dsb. Ada saja masakannya, tapi bahannya selalu tempe.

Atau bagi keluarga petani, ketika musim panen terkadang jenis sayurannya monoton. Panen kacang panjang, maka kacang panjang ada hampir tiap hari, begitu pula ketika panen terong, kangkung, sawi, jagung dsb, bisa dipastikan menunya tidak jauh-jauh dari panenan. Dan tetangga petani pun sepertinya juga merasakan imbasnya. Sering diberi.

Apalagi di saat panen raya, harga sayuran jatuh, jadilah sayuran tertentu melimpah ruah, dengan harga jual murah. Tak jarang sayur berakhir dengan sia-sia. Maka di sini juga "ruh" penting dihadirkan.
Keikhlasan memasak seadanya, mengesampingkan rasa bosan, namun tetap memberikan masakan yang terbaik untuk keluarga. Selain dalam hal memasak juga diperlukan "ruh" ketika makan bagi anggota keluarga. Makan dalam rangka beribadah kepada Allah, selama halal dan thayyib selalu bersyukur dan menikmati masakan. Insyaallah dengan prinsip ini memasak dan makan itu jadi aktivitas yang menyenangkan.

Ini hanya sebatas persoalan individu, namun masalahnya fakta yang ada manusia saat ini sulit menghadirkan ruh. Kehidupan sekular alias memisahkan agama dari kehidupan sering kali membuat manusia berpikir menuruti hawa nafsu semata, seringkali abai dengan aturan yang ada. Dan ini juga berimbas pada karakter kehidupan di tengah masyarakat dan kebijakan negara.

Di negeri ini tidak ada upaya tersistematis untuk mengedukasi perempuan agar siap menjadi al umm wa rabbatul bait, menjadi ibu dan pengatur rumah yang jelas penuh dengan lika-liku dan seluk-beluk masalah. Yang salah satu masalah yang pasti dihadapi adalah masalah dapur. Memang tidak harus menjadi perempuan sempurna yang ahli segalanya, namun setidaknya ada upaya pembekalan ilmu, dan lagi bagi seorang muslim tak ada yang sia-sia dengan ilmu.

Tidak hanya masalah individu, ketersediaan bahan makanan dengan harga yang terjangkau juga merupakan masalah yang akan mudah diselesaikan oleh penguasa, jika ada kesungguhan.
Edukasi kepada para petani agar menanam tidak bersamaan, memberikan ketrampilan teknik tanam, pemenuhan kebutuhan bercocok tanam, juga edukasi teknologi paska panen agar ketika panen raya tidak terbuang dengan percuma, juga butuh kemudahan distribusi hasil panen (transportasi,  data base geografi tanaman khas dll) yang jelas ini membutuhkan kepedulian dan peran negara.

Dan sekali lagi, pengurusan negara dalam urusan rakyatnya jika dihadirkan ruh juga akan menjadi ibadah. Menjalankan semua aktivitas mulai individu hingga bernegara sesuai dengan aturan Allah subhanahu wata'ala.

Memang semua butuh azzam kuat jika sekadar berpikir diri sendiri dan solusi pribadi mungkin sederhana saja. Namun tidak seperti itu, ada kewajiban yang terkait dengan pengurusan urusan umat, peduli dengan sesama manusia, karena Islam agama sempurna yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan, bukan sekadar ada dalam khayalan.

Catatan :
Nulis ini karena sementara bahan sayuran yang selalu ada adalah bayam. Sayang jika tidak diambil, tanamannya cepat berbunga. Jadilah hampir tiap hari ada menu bayam. Disayur bening dengan kombinasi berganti (labu, gambas, wortel,jagung dll), direbus saja dengan sambel variasi (pecel, tomat, lombok ijo, petis, teri dll), disayur bobor. Yang agak tahan lama dibuat rempeyek bayam. Jika tatarannya petani maka perlu pengolahan paska panen dan distribusinya, maka akan meningkatkan income petani
Yang sekitar Pare silakan jika minat, bayam tanpa pestisida, Insya Allah lebih sehat.

Pare, 10 Juli 2018

No comments:

Post a Comment