Dakta.com
(Dari dulu suka dengan pemandangan di swah)
Pagi-pagi di dua hari yang berbeda
Pagi istimewa, karena akhir-akhir ini jarang ke Kediri motoran sendiri, alhamdulillah ada yang berbaik hati mbarengi. Naik motor Pare-Kediri, kecepatan sedang. Pagi yang sangat dingin sekali, jalan memang tidak sangat ramai, namun sudah banyak pengendara lain. Sesekali mendahului para pengendara sepeda angin, berkali-kali didahului pengendara motor, berkali-kali didahului pengendara mobil. Sengaja dengan kecepatan sedang, waktu masih longgar meski resikonya semakin lama menempuh perjalanan, mau nambah kecepatan dinginnya semakin menusuk tulang.
Terbanyak didahului pengendara motor, lebih terlihat terburu-buru, mungkin memburu waktu menuju tempat kerja. Beberapa di antaranya pengendara laki-laki, sedikit di antaranya para wanita. Dari penampilannya memang hampir semuanya keluar bekerja.
Ada rasa kagum kepada mereka, pagi-pagi sudah meninggalkan rumah. Hanya bisa mendoakan semoga mereka para lelaki atau suami diberi rezeki yang barakah, semoga mereka para wanita bisa membantu keluarga mencari nafkah dan terhitung sedekah.
Masih dalam suasana pagi-pagi di lain hari. Sedang bertamu, di Pare saja, duduk di ruang tamu menunggu tuan rumah. Tiba-tiba ada lelaki muda, sepertinya mau masuk rumah tetapi urung ketika melihat saya, mencari tuan rumah. Karena yang punya rumah sedang di belakang, saya minta untuk menunggu dulu. Si pemuda dengan wajah lusuh terlihat tidak sabar, dan bilang keperluannya hanya minta uang saja, menyebut nominal 2000 rupiah, katanya buat beli nasi. Agak kaget, ternyata peminta ( sementara tidak pake kata pengemis, dapat cerita asal-usul kata pengemis, artinya jauh berbeda dengan fakta saat ini, tulisan menyusul). Karena sejak awal mencari tuan rumah dan faktanya saya tidak punya uang 2 ribuan, tetap saya sarankan untuk nunggu dulu. Tanpa disangka si peminta langsung balik badan keluar, ketika ambil sandal terlihat marah, sendalnya sendiri ditendang. Sudahlah bikin kaget karena tiba-tiba muncul, pergi tanpa pamit sambil marah. Jadi suudzan, jangan-jangan kalau tidak ada saya, dia berencana mencuri, karena suasana rumah sepi. Modus pencurian dengan pura-pura mencari orang/ teman kos sudah sering terjadi, jadi hati-hatilah yang di Pare.
Untuk fakta kedua, rasanya malah kasihan. Masih muda malah minta-minta. Mungkin tidak punya ketrampilan tapi setidaknya masih punya tenaga, masih bisa mencari barang bekas misalnya. Jika hanya untuk beli nasi satu kali makan rasanya tidak terlalu butuh banyak uang. Apalagi laki-laki, wajib mencari nafkah terlepas berapa pun yang didapat. Hanya dengan niat ikhlas dalam bekerja saja pahalanya sungguh luar biasa. Ya, lelaki yang bekerja lillahi ta'ala akan mendapat kedudukan yang mulia, sebagaimana pujian Rasulullah kepada seorang lelaki yang kasar tangannya karena bekerja yang kelak akan dibalas dengan surga.
Untuk para wanita yang hukum asalnya tidak wajib bekerja, semoga tetap berada pada keberkahan. Bekerja bukan semata demi dunia, namun ada visi akhirat, mendapat materi untuk menambah pahala bukan untuk kesenangan. Bekerja tanpa meninggalkan kewajiban, bekerja dengan tetap menjauhi keharaman.
Memang di saat sistem ekonomi berbasis kapitalisme seperti saat ini, para pemilik modal tinggal mengembangkan harta sedangkan orang tanpa kekayaan dipaksa bersaing memeras keringat membanting tulang bertahan hidup. Tak peduli lelaki atau wanita, semua dipaksa mencari materi. Kondisi yang jauh dari suasana keimanan dan ketakwaan, ketika pemikiran sekular sudah merasuk, bisa jadi motivasi ibadah dalam mencari nafkah tak ada dalam benak, bekerja ya mencari harta, maka tak heran jika ada yang rela melakukan keharaman demi harta, kurang sungguh-sungguh.
Ya, realita yang harus diubah. Di satu sisi menguatkan diri, di sisi lain berusaha mewujudkan sistem yang manusiawi, sistem kehidupan yang dijalani sesuai dengan tujuan penciptaan manusia. Yaitu sistem Islam, sistem terbaik dari Alkhaliq.
Sistem yang ramah, sebagaimana para khalifah dahulu, mendorong para lelaki untuk bekerja, memberi lapangan kerja, dan menyantuni orang-orang yang memang punya udzur. Seperti khalifah yang menyediakan rumah tepung, dimana para musafir dan orang yang membutuhkan mengambil bahan makanan dengan cuma-cuma, sehingga tak membuat orang terpikir untuk minta-minta atau mencuri, mengapa harus mencuri jika ada fasilitasnya, dan jika benar mencuri karena lapar ada perbedaan pemberian sanksi tidak dipukul rata.
Berusaha mewujudkan sistem Islam memang membutuhkan perjuangan, terlepas dari berbagai fitnahan dan tuduhan miring, perjuangan itu tak kan berhenti begitu saja. Semangat itu akan tetap ada, bukan karena manusia namun semangat semata lillahi ta'ala.
O ya, menulis ini jadi teringat dengan kasus penjambretan penumpang ojol, meninggal. Meski info terakhir penjambret sudah menyerahkan diri. Mungkin menyesal teramat sangat, sudahlah hasil tidak seberapa korbannya kehilangan nyawa, resiko hukuman yang tak ringan. Beda dengan koruptor, hasilnya menggunung namun hukumannya tak berefek jera, ironis lagi masih ada yang terpilih jadi bupati.
Teringat juga dengan seseoarang di daerah terminal lama Kediri, sering melihat orang ini di samping gang masuk kelurahan Banaran, seperti mengatur parkir atau mungkin jadi "polisi cepek", laki-laki dengan badan tidak normal, sepertinya menderita tumor di punggungnya, tubuhnya kurus kecil. Tapi ketika melihat sekilas bukan orang yang diam pasrah dengan keadaan. Terakhir lewat, pagi-pagi hari itu, tak melihatnya, mungkin karena masih pagi sekali, dan siangnya ketika lewat pulang tidak terlalu memperhatikan, kendaraan padat dan terburu-buru. Salut dengan mereka yang Allah berikan ujian namun tetap tegar menjalani kehidupan. Wallahu'alam karena hanya sekilas memandang, memilih husnudzan saja.
Juga teringat dengan seorang ibu dengan keranjang dagangan di belakang menempuh perjalanan dengan sepeda pancalnya, dahulu sering berpapasan di daerah Garuda ke barat, kadang berpapasan di Cangkring kadang di wilayah Tegowangi menuju arah Pare. Bukan jarak yang dekat, dengan kiri kanan sawah membentang naik sepeda pancal itu butuh perjuangan. Btw, saya kalau ke sekolah juga lebih sering gowes, tapi jangan ditanya jaraknya he..he..anjuran bike to work sudah biasa bagi saya. Tidak perlu nunggu sosok Bu Risma di Surabaya atau Wagub Sandiaga Uno kasih contoh dulu.
Terakhir, semoga semua tetap dalam keberkahan. Semoga pertolongan Allah untuk kejayaan umat Islam segera turun. Aamiin
Pare, 9 Juli 2018