Wednesday, 16 August 2017

Jamilah Level 5



Baru tahu, ternyata kamera di HP saya ada option pengaturan hasil gambar. Salah satunya terkait hasil akhir wajah yang difoto, ada pilihan beauty level 1 sampai level 5. Semakin besar levelnya maka kulit akan terlihat semakin halus. Noda di wajah meski segede  gajah jadi hilang. Kok jadi su’udzan. Jangan-jangan yang suka upload hasil selfie di medsos pake yang level tertinggi. Makanya terlihat cantik dan ganteng, kinyis-kinyis, jamilah dan jamil.

Normal saja, manusia ingin terlihat sempurna tanpa cela. Ingin tampil menarik perhatian. Ketika share di medsos rasanya begitu berbunga ketika ada yang suka, apalagi jika yang suka berbeda jenis kelaminnya. Dan tambah gembira ketika komentar pujian membanjiri.

Di dunia nyata, sepertinya tidak jauh berbeda. Make up yang bisa menyulap wajah semakin banyak dijumpai. Wajah putih atau kuning menawan, noda tersamar, wajah pun tampak segar. Tapi ketika tidak ber make up, wuiih wajahnya terlihat pucat. Ternyata hanya kamuflase saja.

Dan tak jarang, demi terlihat sempurna mengeluarkan biaya yang lumayan banyak. Agar orang senang ketika melihat wajahnya, agar orang tertarik dan betah memandang. Dan tak jarang pula penampilan menarik menjadi syarat untuk beberapa pekerjaan. Dan persyaratan menarik ini selalu identic dengan wajah halus dan cantik.

Mengapa demikian ?
Mungkin karena standar penilaian terhadap seseorang hanya sebatas tampilan wajah. Wajah cantik dan tampan menjadi factor baik-buruknya seseorang untuk dijadikan teman, baik teman biasa, partner kerja hingga partner hidup.

Sebuah penilaian yang wajar muncul di tengah masyarakat yang pemikirannya secular, jauh dari standar Islam. Standar menarik dan “bermanfaat” menurut pemikiran secular adalah ketika menghasilkan materi sebanyaknya serta kepuasan nafsu. Termasuk penilaian terhadap penampilan. Penampilan yang menarik adalah dilihat dari wajah. Cantik itu menyenangkan, jelek itu layak dimarginalkan. Cantik itu bisa diuangkan, jelek itu membawa sial. Cantik itu membagakan, jelek itu memalukan.

Sungguh penilaian rendahan, menilai manusia hanya sebatas penampilan fisik.

Cantiknya wajah itu bukan prestasi manusia namun anugerah Allah SWT, tak layak sombong merasa cantik itu karena diri sendiri, tak perlu malu ketika paras tidak menarik dalam pandangan manusia.

Bentuk fisik dan wajah adalah qadla Allah SWT, manusia tidak bisa memilih bentuk wajah, hidung, mata, kulit dan lainnya. Manusia tinggal menerima apapun yang Allah berikan terkait qadla (ketetapan), dan manusia pun tidak diminta pertanggungjawaban atas wajah yang diberikan, namun dimintai pertanggungjawaban bagaimana menerima dan memperlakukan qadla Allah.

Tak perlu risau dengan penilaian manusia, apalagi dari manusia tidak beriman dan bertakwa. Cukup ridla dengan qadla Allah, karena ridla dan iman kepada qadla adalah satu rukun iman, penentu keimanan dan kekafiran. Yakin dengan balasan Allah kepada orang-orang beriman dan beramal saleh. Mengingat bahwa Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan menilai manusia dari derajat takwa, bukan fisik semata.

Sunday, 13 August 2017

Afwan anti bukan Jamilah

6 Januari 2012


“Huh gregeten aku sama temennya suamiku” gerutu seorang mbak.

“ Lho…lho..ada apa to mbak ? “ aku  bertanya.

“ Dari dulu minta tolong, katanya minta dicarikan akhwat calon istri. Dah aku tawari beberapa orang tetep aja menolak dengan alasan yang kurang jelas, eee… kemarin waktu didesak suamiku apa alasannya knp selalu menolak, alasannya sepele  banget “ . Katanya “ afwan saya cari yang  jamilah”.

“Enak men nek ngomong… dikira akhwat ga jamilah itu bisa milih apa . itu kan qodlo… yo wis lah sak karepe… ra bakalan tak golekne “.

“Ooo… ngono to ceritane “ he..he aku hanya bisa tersenyum….

Mari membuka, membaca dan memahami buku SISTEM PERGAULAN DALAM ISLAM BAB PERNIKAHAN, lumayan biar adem, tidak mengkambinghitamkan qadla yang telah ditetapkan Allah, kl memang  tidak jamilah mau gimana lagi. Masak harus ganti ijazah mulai dari TK, trus ganti akte kelahiran, trus njenang abang, tumpengan, kajate : jenengku ganti Jamilah.

Oplas,perawatan ini itu? Pake mahal bingit? Eman banget, masih ada kewajiban yang harusnya diselesaikan, tidak perlu pusing dengan qadla. PeDe aja, meski bukan jamilah.

Mengkaji bab pernikahan tsb ga harus nunggu “calon” ada di depan mata…
Sama seperti ketika kita membahas  ttg  “kematian” ga harus nunggu mati dulu to…?

Yang sudah “praktik “ buat evaluasi diri n ngasih ilmu ke orang lain…
Yang sudah menguasai tp blm “praktik” biar tambah ingat, sabar  dan tinggal mengaplikasikan…

Btw, kalo punya kriteria calon pasangan jamil or jamilah boleh aja, gpp.  Tapi perlu diingat fisik itu tidak abadi, jadikan iman dan taqwa yg utama.



Selamat membaca…^_^
Yang belum punya bukunya silakan inbox saya kirim filenya.
Barakallahufik….

Jamilah=cantik, ayu, bening, beautiful


Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya ( QS : At Tiin [95] : 4)

Monday, 7 August 2017

Jangan Lagi Menyalahkan Afi


Sekali lagi Asa Firda Nihaya atau yang lebih dikenal dengan Afi Nihaya Faradisa menuai kontroversi setelah mengunggah sebuah video. Video yang merupakan ungkapan curahan hati Afi dianggap menjiplak video Amanda Todd yang telah lebih dahulu bunuh diri. Kritikan pedas ditujukan kepada Afi semakin banyak. Setelah kasus plagiat tulisan, Afi dianggap belum tobat. Tidak hanya sekadar kritikan, hujatan pun semakin banyak dilontarkan. Bahkan ada yang meminta Afi untuk tidak lagi aktif di media sosial, ada juga yang menyalahkan pembiaran orang tua Afi atas perilaku Afi yang belum kapok untuk terus mencari sensasi. Cacian kasar pun kadang diungkapkan netizen yang telah habis kesabarannya, sudah tidak mentolerir lagi plagiat yang kembali terulang.

Afi memang salah, namun selayaknya hujatan kepadanya tidak dilanjutkan. Setidaknya cukup Afi saja yang salah dalam langkah, jangan lagi terbawa arus menghujat kesalahannya. Mari mengambil hikmah dari peristiwa ini. Remaja yang digadang memiliki pemikiran luar biasa ternyata tidak jauh berbeda dengan kebanyakan remaja lainnya, remaja alay dengan emosi labil. Mari sejenak merenungi mengapa ada remaja yang begitu percaya diri dengan kesalahan yang nyata tampak di depan mata namun sangat lamban mengucap kata maaf dan penyesalan bahkan dengan ringannya kembali mengulang kesalahan. Remaja seperti ini masih banyak di luar sana, Afi hanya salah satunya, bedanya Afi telah dibesarkan media massa.

Afi adalah salah satu contoh remaja yang pemikirannya teracuni pemikiran kufur, pemikiran liberal yang membebaskan akal manusia untuk berpendapat dan bersikap. Pemikiran liberal telah membuat Afi tidak yakin dan bangga dengan agama yang telah diwariskan dari orang tuanya. Pemikiran liberal telah mengacaukan logika berpikir Afi untuk tunduk sepenuhnya pada syariat yang telah ditetapkan Allah SWT dan Rasulullah saw. Orang semacam Afi merasa kebenaran adalah relatif, maka tak layak seorang muslim mengklaim bahwa ajaran agamanya yang paling benar. Secara tidak langsung pemikiran seperti ini telah memudarkan identitas muslim yang hakiki, tak perlu memegang teguh ajaran agama karena belum tentu benar menurut pandangan ajaran agama lain. Dan apa yang terjadi pada Afi juga terjadi pada sebagian generasi muda di negeri ini. Memang tidak semua sama seperti Afi, namun faktanya ada banyak remaja muslim yang mengalami krisis identitas sebagai muslim. Generasi yang maunya instan dalam segala hal, tidak mau bersusah payah dalam kehidupan, inginnya senang-senang tetapi enggan berjuang. Motto hidupnya pun tak jelas hanya sebatas muda foya-foya dan dipuja, tua kaya raya mati masuk surga, namun tak mau menapaki jalan takwa.

Sungguh fenomena remaja liberal yang tidak mau terikat pada syariat Allah semakin banyak dijumpai. Ricuh konser, tawuran pelajar, remaja membunuh, remaja memperkosa, remaja merampok, remaja punk semakin meningkat. Inilah yang juga seharusnya membuat kita miris, remaja alay dirusak remaja kritis dimanfaatkan untuk menghancurkan khasanah pemikiran Islam.

Remaja semisal Afi hanyalah salah satu korban sistem kapitalisme yang menjadi landasan dalam kebijakan di negeri ini. Apapun dilakukan untuk melanggengkan cengkeraman kapitalisme di negeri-negeri kaum muslimin. Pemikiran kufur terus dijejalkan pada generasi Islam, ini dilakukan untuk merusak pemikiran generasi, menjauhkan Islam dari anak-anak umat Islam, dan mencegah bangkitnya kembali Islam. Oleh karena itu, jangan lagi menyalahkan Afi hanya dengan menghujat perilakunya. Bagaimana pun juga jika Allah menghendaki masa depan Afi masih panjang, mari bersama mengasihani Afi, merangkulnya agar kembali pada pangkuan Islam. Bukan Afi semata yang salah, namun orang-orang di sekitarnya yang meracuni Afi dengan pemikiran liberal juga turut andil, dan kita yang tidak sepakat dengan Afi juga mempunyai kewajiban untuk mencegah agar pemikiran liberal tidak semakin menyebar. Dakwah amar makruf nahi munkar harus semakin digencarkan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah melakukan perubahan menyeluruh. Sistem kapitalis sekular telah nyata membuat negeri ini jauh dari keberkahan. Mengajak rakyat untuk tidak lagi mengandalkan sistem kapitalis, mengajak untuk menerapkan Islam kaffah yang tidak akan pernah terwujud selama sistemnya masih berpijak pada kapitalisme. Sistem kapitalis hanya akan melahirkan generasi sekular yang abai dengan agama. Sebaliknya, dengan menerapkan sistem Islam, pemikiran generasi akan terjaga, akan lahir generasi berakhlak mulia, mengukir prestasi setinggi langit dan selalu menjadikan akhirat sebagai visi hidupnya. Dan gelar umat terbaik pun akan terwujud. Wallahu a’lam bishawab.  

Nur Aini

Guru Tinggal di Pare Kediri Jawa Timur

Wednesday, 2 August 2017

Akan Diingat Dengan Kebaikan Apa?


Keluarga besar Yayasan Ittihad Darul kembali berduka, H-1 Idul Fitri 1438 H, Hj. Siti Fatimah meninggal dunia. Beliau selama hidupnya mengabdikan diri di lingkungan Yayasan, berpuluh tahun di TK AlHidayah Bakti I, juga di MTs YPSM. Aktif di Wanita Islam, dan setelah purna pun juga tetap aktif dalam kegiatan yayasan.

Tidak hanya itu, Bu Siti juga istri Pak Kalend, pendiri BEC. BEC adalah pioneer kursus Bahasa Inggris di Pare. Sejak merintis hingga akhir hidupnya  selalu mendampingi Pak Kalend.

Tulisan ini tentu tidak bisa menceritakan apa saja amal baik Bu Siti, uncountable. Namun insya Allah beliau akan selalu dikenang dengan beribu kebaikan. Dan semoga amal beliau diterima Allah, dosanya diampuni, kuburnya dilapangkan dan di akhirat mendapat balasan surga.

Menulis ini karena mengingat, hari ini 40 hari sudah Bu Siti meninggalkan dunia. Dan kepergiannya pun seperti biasa, sebagaimana kematian yang lain, selalu membuat terkejut.

Meninggal Sabtu 24 Juni 2017, sore sekitar pukul 14 WIB. Padahal Jumat pagi masih sempat ngobrol dg beliau dan masih banyak kegiatan yang dilakukan. Sabtu sepanjang hari juga masih beraktivitas seperti biasa. Semoga husnul khatimah. Amiin.

Dan insya Allah akan ada banyak orang yang selalu mendoakan, karena semua menyaksikan banyak kebaikan yang telah dilakukan.

Bagaimana dengan kita ? Semoga masih ada kesempatan untuk selalu dalam kebaikan, taat sesuai syariat. Amiin.

Semoga demikian juga dengan pejabat negeri ini, semoga menyadari ada banyak kedzaliman telah mereka perbuat. Kebijakan kapitalis yang membuat asing memuji penguasa, kebijakan secular yang membuat moral semakin rusak, kebijakan liberal yang membuat rakyat semakin menderita. Kebijakan otoriter yang mengkriminalkan ulama, memojokkan pengemban dakwah, membubarkan ormas dakwah.

Semoga pejabat dzalim ini, masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri, hingga memang ajal telah tiba kebaikan yang dikenang, bukan kedzaliman atau bahkan rasa syukur umat karena kematian akhirnya menghentikan kesombongan penguasa dzalim ini.


Pare, 2 Agustus 2017