Baru tahu, ternyata kamera di HP saya ada option pengaturan hasil gambar. Salah satunya terkait hasil akhir wajah yang difoto, ada pilihan beauty level 1 sampai level 5. Semakin besar levelnya maka kulit akan terlihat semakin halus. Noda di wajah meski segede gajah jadi hilang. Kok jadi su’udzan. Jangan-jangan yang suka upload hasil selfie di medsos pake yang level tertinggi. Makanya terlihat cantik dan ganteng, kinyis-kinyis, jamilah dan jamil.
Normal saja, manusia ingin terlihat sempurna tanpa cela. Ingin tampil menarik perhatian. Ketika share di medsos rasanya begitu berbunga ketika ada yang suka, apalagi jika yang suka berbeda jenis kelaminnya. Dan tambah gembira ketika komentar pujian membanjiri.
Di dunia nyata, sepertinya tidak jauh berbeda. Make up yang bisa menyulap wajah semakin banyak dijumpai. Wajah putih atau kuning menawan, noda tersamar, wajah pun tampak segar. Tapi ketika tidak ber make up, wuiih wajahnya terlihat pucat. Ternyata hanya kamuflase saja.
Dan tak jarang, demi terlihat sempurna mengeluarkan biaya yang lumayan banyak. Agar orang senang ketika melihat wajahnya, agar orang tertarik dan betah memandang. Dan tak jarang pula penampilan menarik menjadi syarat untuk beberapa pekerjaan. Dan persyaratan menarik ini selalu identic dengan wajah halus dan cantik.
Mengapa demikian ?
Mungkin karena standar penilaian terhadap seseorang hanya sebatas tampilan wajah. Wajah cantik dan tampan menjadi factor baik-buruknya seseorang untuk dijadikan teman, baik teman biasa, partner kerja hingga partner hidup.
Sebuah penilaian yang wajar muncul di tengah masyarakat yang pemikirannya secular, jauh dari standar Islam. Standar menarik dan “bermanfaat” menurut pemikiran secular adalah ketika menghasilkan materi sebanyaknya serta kepuasan nafsu. Termasuk penilaian terhadap penampilan. Penampilan yang menarik adalah dilihat dari wajah. Cantik itu menyenangkan, jelek itu layak dimarginalkan. Cantik itu bisa diuangkan, jelek itu membawa sial. Cantik itu membagakan, jelek itu memalukan.
Sungguh penilaian rendahan, menilai manusia hanya sebatas penampilan fisik.
Cantiknya wajah itu bukan prestasi manusia namun anugerah Allah SWT, tak layak sombong merasa cantik itu karena diri sendiri, tak perlu malu ketika paras tidak menarik dalam pandangan manusia.
Bentuk fisik dan wajah adalah qadla Allah SWT, manusia tidak bisa memilih bentuk wajah, hidung, mata, kulit dan lainnya. Manusia tinggal menerima apapun yang Allah berikan terkait qadla (ketetapan), dan manusia pun tidak diminta pertanggungjawaban atas wajah yang diberikan, namun dimintai pertanggungjawaban bagaimana menerima dan memperlakukan qadla Allah.
Tak perlu risau dengan penilaian manusia, apalagi dari manusia tidak beriman dan bertakwa. Cukup ridla dengan qadla Allah, karena ridla dan iman kepada qadla adalah satu rukun iman, penentu keimanan dan kekafiran. Yakin dengan balasan Allah kepada orang-orang beriman dan beramal saleh. Mengingat bahwa Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan menilai manusia dari derajat takwa, bukan fisik semata.