Sekali lagi
Asa Firda Nihaya atau yang lebih dikenal dengan Afi Nihaya Faradisa menuai
kontroversi setelah mengunggah sebuah video. Video yang merupakan ungkapan
curahan hati Afi dianggap menjiplak video Amanda Todd yang telah lebih dahulu
bunuh diri. Kritikan pedas ditujukan kepada Afi semakin banyak. Setelah kasus
plagiat tulisan, Afi dianggap belum tobat. Tidak hanya sekadar kritikan,
hujatan pun semakin banyak dilontarkan. Bahkan ada yang meminta Afi untuk tidak
lagi aktif di media sosial, ada juga yang menyalahkan pembiaran orang tua Afi
atas perilaku Afi yang belum kapok untuk terus mencari sensasi. Cacian kasar
pun kadang diungkapkan netizen yang telah habis kesabarannya, sudah tidak
mentolerir lagi plagiat yang kembali terulang.
Afi memang
salah, namun selayaknya hujatan kepadanya tidak dilanjutkan. Setidaknya cukup
Afi saja yang salah dalam langkah, jangan lagi terbawa arus menghujat
kesalahannya. Mari mengambil hikmah dari peristiwa ini. Remaja yang digadang
memiliki pemikiran luar biasa ternyata tidak jauh berbeda dengan kebanyakan
remaja lainnya, remaja alay dengan emosi labil. Mari sejenak merenungi mengapa
ada remaja yang begitu percaya diri dengan kesalahan yang nyata tampak di depan
mata namun sangat lamban mengucap kata maaf dan penyesalan bahkan dengan
ringannya kembali mengulang kesalahan. Remaja seperti ini masih banyak di luar
sana, Afi hanya salah satunya, bedanya Afi telah dibesarkan media massa.
Afi adalah
salah satu contoh remaja yang pemikirannya teracuni pemikiran kufur, pemikiran
liberal yang membebaskan akal manusia untuk berpendapat dan bersikap. Pemikiran
liberal telah membuat Afi tidak yakin dan bangga dengan agama yang telah
diwariskan dari orang tuanya. Pemikiran liberal telah mengacaukan logika berpikir
Afi untuk tunduk sepenuhnya pada syariat yang telah ditetapkan Allah SWT dan
Rasulullah saw. Orang semacam Afi merasa kebenaran adalah relatif, maka tak
layak seorang muslim mengklaim bahwa ajaran agamanya yang paling benar. Secara
tidak langsung pemikiran seperti ini telah memudarkan identitas muslim yang
hakiki, tak perlu memegang teguh ajaran agama karena belum tentu benar menurut
pandangan ajaran agama lain. Dan apa yang terjadi pada Afi juga terjadi pada
sebagian generasi muda di negeri ini. Memang tidak semua sama seperti Afi,
namun faktanya ada banyak remaja muslim yang mengalami krisis identitas sebagai
muslim. Generasi yang maunya instan dalam segala hal, tidak mau bersusah payah
dalam kehidupan, inginnya senang-senang tetapi enggan berjuang. Motto hidupnya
pun tak jelas hanya sebatas muda foya-foya dan dipuja, tua kaya raya mati masuk
surga, namun tak mau menapaki jalan takwa.
Sungguh
fenomena remaja liberal yang tidak mau terikat pada syariat Allah semakin
banyak dijumpai. Ricuh konser, tawuran pelajar, remaja membunuh, remaja
memperkosa, remaja merampok, remaja punk semakin meningkat. Inilah yang juga
seharusnya membuat kita miris, remaja alay dirusak remaja kritis dimanfaatkan
untuk menghancurkan khasanah pemikiran Islam.
Remaja semisal
Afi hanyalah salah satu korban sistem kapitalisme yang menjadi landasan dalam
kebijakan di negeri ini. Apapun dilakukan untuk melanggengkan cengkeraman
kapitalisme di negeri-negeri kaum muslimin. Pemikiran kufur terus dijejalkan
pada generasi Islam, ini dilakukan untuk merusak pemikiran generasi, menjauhkan
Islam dari anak-anak umat Islam, dan mencegah bangkitnya kembali Islam. Oleh
karena itu, jangan lagi menyalahkan Afi hanya dengan menghujat perilakunya.
Bagaimana pun juga jika Allah menghendaki masa depan Afi masih panjang, mari
bersama mengasihani Afi, merangkulnya agar kembali pada pangkuan Islam. Bukan
Afi semata yang salah, namun orang-orang di sekitarnya yang meracuni Afi dengan
pemikiran liberal juga turut andil, dan kita yang tidak sepakat dengan Afi juga
mempunyai kewajiban untuk mencegah agar pemikiran liberal tidak semakin
menyebar. Dakwah amar makruf nahi munkar harus semakin digencarkan. Dan yang
tak kalah pentingnya adalah melakukan perubahan menyeluruh. Sistem kapitalis
sekular telah nyata membuat negeri ini jauh dari keberkahan. Mengajak rakyat
untuk tidak lagi mengandalkan sistem kapitalis, mengajak untuk menerapkan Islam
kaffah yang tidak akan pernah terwujud selama sistemnya masih berpijak pada
kapitalisme. Sistem kapitalis hanya akan melahirkan generasi sekular yang abai
dengan agama. Sebaliknya, dengan menerapkan sistem Islam, pemikiran generasi
akan terjaga, akan lahir generasi berakhlak mulia, mengukir prestasi setinggi
langit dan selalu menjadikan akhirat sebagai visi hidupnya. Dan gelar umat
terbaik pun akan terwujud. Wallahu a’lam bishawab.
Nur Aini
Guru Tinggal di Pare Kediri Jawa
Timur
No comments:
Post a Comment