Monday 7 August 2017

Jangan Lagi Menyalahkan Afi


Sekali lagi Asa Firda Nihaya atau yang lebih dikenal dengan Afi Nihaya Faradisa menuai kontroversi setelah mengunggah sebuah video. Video yang merupakan ungkapan curahan hati Afi dianggap menjiplak video Amanda Todd yang telah lebih dahulu bunuh diri. Kritikan pedas ditujukan kepada Afi semakin banyak. Setelah kasus plagiat tulisan, Afi dianggap belum tobat. Tidak hanya sekadar kritikan, hujatan pun semakin banyak dilontarkan. Bahkan ada yang meminta Afi untuk tidak lagi aktif di media sosial, ada juga yang menyalahkan pembiaran orang tua Afi atas perilaku Afi yang belum kapok untuk terus mencari sensasi. Cacian kasar pun kadang diungkapkan netizen yang telah habis kesabarannya, sudah tidak mentolerir lagi plagiat yang kembali terulang.

Afi memang salah, namun selayaknya hujatan kepadanya tidak dilanjutkan. Setidaknya cukup Afi saja yang salah dalam langkah, jangan lagi terbawa arus menghujat kesalahannya. Mari mengambil hikmah dari peristiwa ini. Remaja yang digadang memiliki pemikiran luar biasa ternyata tidak jauh berbeda dengan kebanyakan remaja lainnya, remaja alay dengan emosi labil. Mari sejenak merenungi mengapa ada remaja yang begitu percaya diri dengan kesalahan yang nyata tampak di depan mata namun sangat lamban mengucap kata maaf dan penyesalan bahkan dengan ringannya kembali mengulang kesalahan. Remaja seperti ini masih banyak di luar sana, Afi hanya salah satunya, bedanya Afi telah dibesarkan media massa.

Afi adalah salah satu contoh remaja yang pemikirannya teracuni pemikiran kufur, pemikiran liberal yang membebaskan akal manusia untuk berpendapat dan bersikap. Pemikiran liberal telah membuat Afi tidak yakin dan bangga dengan agama yang telah diwariskan dari orang tuanya. Pemikiran liberal telah mengacaukan logika berpikir Afi untuk tunduk sepenuhnya pada syariat yang telah ditetapkan Allah SWT dan Rasulullah saw. Orang semacam Afi merasa kebenaran adalah relatif, maka tak layak seorang muslim mengklaim bahwa ajaran agamanya yang paling benar. Secara tidak langsung pemikiran seperti ini telah memudarkan identitas muslim yang hakiki, tak perlu memegang teguh ajaran agama karena belum tentu benar menurut pandangan ajaran agama lain. Dan apa yang terjadi pada Afi juga terjadi pada sebagian generasi muda di negeri ini. Memang tidak semua sama seperti Afi, namun faktanya ada banyak remaja muslim yang mengalami krisis identitas sebagai muslim. Generasi yang maunya instan dalam segala hal, tidak mau bersusah payah dalam kehidupan, inginnya senang-senang tetapi enggan berjuang. Motto hidupnya pun tak jelas hanya sebatas muda foya-foya dan dipuja, tua kaya raya mati masuk surga, namun tak mau menapaki jalan takwa.

Sungguh fenomena remaja liberal yang tidak mau terikat pada syariat Allah semakin banyak dijumpai. Ricuh konser, tawuran pelajar, remaja membunuh, remaja memperkosa, remaja merampok, remaja punk semakin meningkat. Inilah yang juga seharusnya membuat kita miris, remaja alay dirusak remaja kritis dimanfaatkan untuk menghancurkan khasanah pemikiran Islam.

Remaja semisal Afi hanyalah salah satu korban sistem kapitalisme yang menjadi landasan dalam kebijakan di negeri ini. Apapun dilakukan untuk melanggengkan cengkeraman kapitalisme di negeri-negeri kaum muslimin. Pemikiran kufur terus dijejalkan pada generasi Islam, ini dilakukan untuk merusak pemikiran generasi, menjauhkan Islam dari anak-anak umat Islam, dan mencegah bangkitnya kembali Islam. Oleh karena itu, jangan lagi menyalahkan Afi hanya dengan menghujat perilakunya. Bagaimana pun juga jika Allah menghendaki masa depan Afi masih panjang, mari bersama mengasihani Afi, merangkulnya agar kembali pada pangkuan Islam. Bukan Afi semata yang salah, namun orang-orang di sekitarnya yang meracuni Afi dengan pemikiran liberal juga turut andil, dan kita yang tidak sepakat dengan Afi juga mempunyai kewajiban untuk mencegah agar pemikiran liberal tidak semakin menyebar. Dakwah amar makruf nahi munkar harus semakin digencarkan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah melakukan perubahan menyeluruh. Sistem kapitalis sekular telah nyata membuat negeri ini jauh dari keberkahan. Mengajak rakyat untuk tidak lagi mengandalkan sistem kapitalis, mengajak untuk menerapkan Islam kaffah yang tidak akan pernah terwujud selama sistemnya masih berpijak pada kapitalisme. Sistem kapitalis hanya akan melahirkan generasi sekular yang abai dengan agama. Sebaliknya, dengan menerapkan sistem Islam, pemikiran generasi akan terjaga, akan lahir generasi berakhlak mulia, mengukir prestasi setinggi langit dan selalu menjadikan akhirat sebagai visi hidupnya. Dan gelar umat terbaik pun akan terwujud. Wallahu a’lam bishawab.  

Nur Aini

Guru Tinggal di Pare Kediri Jawa Timur

No comments:

Post a Comment