Asal Tidak Matematika
Selama
pelajarannya bukan matematika siswa asyik menikmati. Selama bukan matematika
mereka rela molor hingga lewat batas jam pulang. Begitulah, bagi sebagian besar
siswa di tempat mengajar, pelajaran matematika masih dianggap sebagai momok.
Sulit, membosankan dan membuat pusing. Padahal sudah dibuat penyampaian yang
paling ramah. Tetap saja ketika bertemu angka apalagi soal cerita yang
bertele-tele mereka sudah terburu phobi.
Ketika
pelajaran matematika, maunya sebentar saja. Soal tidak usah banyak-banyak.
Inginnya cepat diakhiri. Bisa dikatakan semangat untuk berpikir, mengasah
logika dan menghadapi tantangan hampir menjadi semangat yang langka. Maunya
instan ga pake mikir panjang.
Asal tidak
matematika siswa betah mengikuti pelajaran. Tentu tidak akan dibiarkan, terus
memotivasi, memperbaiki cara penyampaian kepada siswa, menggambarkan mudahnya
matematika dan peran matematika dalam kehidupan mereka kelak. Insya Allah
lama-lama mereka pasti paham. Jika tidak saat di sekolah dasar, semoga kelak di
saat pemikiran mereka semakin dewasa mereka akan tahu mengapa harus belajar
matematika, mengapa muslim harus berilmu, mengapa muslim harus semangat
belajar. Sementara memaklumi saja, mereka masih sekolah di madrasah ibtidaiyah,
sekolah dasar, jadi jika cenderung berpikir pendek itu berbanding lurus dengan
usia mereka. Mereka belum sepenuhnya paham mengapa harus belajar matematika,
mereka masih menuruti rasa takut pada kesulitan.
Asal Tidak Islam
Dan saat ini
sedang ramai bendera merah putih yang dihiasi kalimat tauhid. Langsung saja
dianggap sebagai tindakan yang tak terpuji, menodai lambang Negara. Padahal
ketika merah putih dihiasi tulisan selain kalimat tauhid tidak masalah. Mau
dihiasi apa saja tidak masalah, asal tidak berhubungan dengan Islam. Jika
berhubungan dengan Islam seolah itu tindakan kejahatan yang luar biasa. Seolah
apa yang berhubungan dengan Islam dianggap menodai negeri ini.
Menolak
pemimpin kafir, meminta penista agama diadili, menggunakan kalimat tauhid
penghias panji Rasulullah saw, mengibarkan ar rayah dan al liwa’ yang merupakan
panji Rasulullah dianggap sebagai tindakan yang memaksakan kehendak, merusak
kebinekaan, mengkhianati NKRI.
Membela diri
dari kedzaliman, mempertahankan diri dari serangan, membela Alquran dan agama
Islam dianggap sebagai kesewenangan dan tidak punya kepedulian. Suara ulama dan
umat pun tak didengar. Karena semuanya ada membawa tuntutan Islam.
Sangat
berbeda, penyerang jamaah salat Idul Fitri diundang ke Istana, para selebritis
perusak generasi diajak duduk bersama dan para pelawak yang membuat hati mati
karena hanya menyampaikan candaan yang penuh dusta didengarkan suaranya.
Ya, selama itu
berlabel Islam akan ditolak dan sekuat tenaga akan dicari kesalahannya. Dan
selama itu tidak menyandang label Islam, sekejam dan sebrutal apapun
perbuatannya masih dikatakan sebagai bagian dari kebebasan. Asalkan bukan Islam
tangan para pengkhianat rakyat akan terus terulur, siap melindungi,
memfasilitasi dan menjamin apapun yang dilakukan.
Apa yang
dilakukan kaki tangan kapitalis, sebenarnya menunjukkan ketakutan mereka pada
kebangkitan Islam. Sedikit saja ada hal berbau Islam, mereka kalang kabut.
Sikap reaktif untuk membendung Islam semakin membuktikan sebenarnya mereka
tidak paham dengan Islam, atau mereka salah paham dengan Islam. Islam bukan
agama dan ideology yang menakutkan dan harus ditakuti.
Islam adalah
rahmat untuk seluruh alam, bukan sekadar rahmat untuk umat Islam. Islam adalah
agama sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam tidak memaksa seluruh
manusia untuk memeluk Islam, bahkan dalam system pemerintahan Islam, yaitu
Khilafah, setiap warga Negara baik muslim maupun nonmuslim akan mendapat
jaminan kehidupan. Islam membiarkan nonmuslim hidup dalam naungan daulah
khilafah, menjamin hak mereka.
Jika ada upaya
untuk mencitrakan Islam sebagai sesuatu yang menakutkan, dan semua yang
berhubungan dengan Islam layak untuk dicurigai, dikriminalkan adalah upaya
murahan, bukti ketidakmampuan terus
konsisten menjamin kebebasan. Bisa dikatakan, semuanya bebas berbuat,
tapi jangan bawa-bawa Islam, meski hanya sebatas labelnya saja.
Apakah
ketidakadilan terhadap Islam akan dibiarkan begitu saja? Tentu tidak. Apakah
ketidakadilan terhadap Islam dihadapi saja dengan kekerasan? Tentu tidak. Umat
Islam saat ini sedang menghadapi ujian, jika tidak menghadapi ujian dengan
bijak hanya akan menimbulkan perpecahan. Dan persatuan umat akan semakin sulit
diwujudkan, musuh Islam pun bertepuk tangan.
Apa
yang harus dilakukan? Berdakwah, menyeru pada Islam, mengajak pada kebaikan,
mencegah kemungkaran. Berinteraksi dengan seluruh manusia yang ada di sekitar,
memahamkan umat akan konsekuensi syahadat, kewajiban terikat pada syariat serta
tunduk pada aturan Allah SWT dan Rasulullah saw. Mengingatkan, dunia bukan
segalanya, ada akhirat yang menunggu. Menyampaikan hanya Islam yang layak
diterapkan, hanya Islam yang akan memberikan rahmat untuk seluruh alam, bukan
yang lain.
Pare, 20 Januari 2017
No comments:
Post a Comment