Ket. gambar : perjalanan Tulungagung -Kediri (Masuk wilayah Kras)
13 Januari 2017
SPBU Pelem Pare
Di belakang ada dua ibu-ibu
berboncengan motor. Berebut membayar uang bensin. Yang memboceng tidak mau
dibayari, sedangkan yang dibonceng bersikeras membayar. Sampai kasirnya bingung
terima yang mana, akhirnya uang yang sampai di tangan kasar uang ibu yang
dibonceng.
Tidak mengenal dua ibu yang
berebut bayar, namun teringat dengan sebuah hadits Rasulullah saw saat perang
Khaibar ( ada di bab Cinta Kepada Allah dan Rasul Nya, buku Pilar-pilar
pengokoh Nafsiyah Islamiyah)
Berkata kepadaku Qutaibah bin
Sa’îd, berkata kepadaku Ya’kub bin Abdurrahman dari Abû Hazim, ia berkata;
Sahal bin Sa’ad ra. telah memberitahukan kepadaku bahwa Rasulullah saw.
bersabda pada perang Khaibar, “Aku akan memberikan panji ini kepada seorang
lelaki yang di atas tangannya Allah akan memberikan kemenangan. Ia telah
mencintai Allah dan Rasul-Nya, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Berkata
Sahal Bin Sa’ad, “Maka orang-orang pun pergi untuk tidur dan mereka
bertanya-tanya di dalam hati mereka, siapakah di antara mereka yang akan
diberikan panji oleh Rasulullah saw.” Ketika tiba waktu subuh, maka orangorang
ramai menghadap Rasulullah saw. Semuanya berharap agar diberi panji oleh
Rasulullah saw. Maka Rasul bersabda, “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?” Dikatakan
kepada Rasul, “Ia sedang sakit mata, Ya Rasulullah!” Kemudian orang-orang pun mengutus seorang sahabat
untuk membawa Ali bin Abi Thalib ke hadapan Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw.
meludahi kedua matanya dan berdoa untuknya, maka sembuhlah ia hingga
seolah-olah ia belum pernah sakit sebelumnya. Kemudian Rasul memberikan panji
itu kepada Ali bin Abi Thalib. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulallah!, aku akan
memerangi mereka sampai mereka bisa seperti kita (memeluk Islam).” Kemudian
Rasulullah saw. bersabda,
“Berangkatlah perlahan-lahan
hingga engkau berada
di halaman mereka, kemudian ajaklah
mereka kepada Islam dan
kabarkan kepada mereka hak Allah yang merupakan kewajiban mereka. Maka
demi Allah, sungguh jika Allah memberikan petunjuk kepada seorang manusia
karena engkau, hal itu lebih baik bagi engkau daripada unta merah.” (Mutafaq
‘alaih).
Para sahabat harap-harap cemas,
semoga yang mendapatkan kesempatan
Ali bin Abi Thalib menerima
amanah, sakit tidak dijadikan alasan
Semua dilakukan demi kecintaan
pada Allah dan Rasulullah yang tak ada bandingan
Merindukan orang-yang berebut
dalam berbuat kebaikan
Merindukan orang-orang yang
ringan menjalankan tugas yang diberikan
Merindukan orang-orang yang
berharap mendapat amanah
Merindukan orang-orang yang tak
suka mencari-cari alasan dengan berbagai hujah
Bogo, Plemahan
Menyapa para siswa yang sedang
mengikuti kajian
Melingkar memegang Alquran di
tangan
Membaca ayat Alquran secara
bergantian
Memanfaatkan waktu yang masih
dianugerahkan
Merindukan kajian remaja dengan
pertanyaan polos khas remaja
Merindukan remaja saleh yang
tidak ikut arus rusak yang sia-sia belaka
Merindukan para pecinta ilmu yang
qana’ah
Merindukan para penuntut ilmu
yang tak sekadar mengumpulkan tsaqafah
14 Januari 2017
Perjalanan Surabaya – Pare
Keluar ruang tunggu terminal,
pandangan menyapu dari kiri ke kanan. Bis patas belum ada, namun yang antri
sudah banyak sekali. Mengarahkan pandangan ke bis ekonomi. Alhamdulillah sudah
ada. Tapi, bis yang sama ketika dulu masih sering PP Surabaya Pare 12 tahun
yang lalu. Tanpa AC, kursinya sudah tidak normal, bagian samping sudah banyak
lapisan yang berlubang, jarak antar kursi sangat sempit. Memilih bis ekonomi
saja. Lebih suka dengan kendaraan tanpa AC ( maklum orang desa, naik kendaraan
ber AC malah pusing tujuh keliling). Lagian Sabtu, akhir pekan. Meski naik
patas jalanan pasti padat. Tidak ada bedanya. Tapi, dapat tempat duduk di
bagian tengah, tempat favorit jika ada pengamen. Dan benar, beberapa kali ada
pengamen. Dengan berbagai tipe, namun terlihat sehat-sehat. Dugaan kuat hampir
semuanya seharusnya masih bisa mencari kerja yang lebih layak.
20 Januari 2017
Perjalanan perdana ke Tulungagung
di tahun 2017
Meskipun sudah pernah merasakan
sebelumnya namun sepertinya tidak separah ini.
Membuktikan apa yang selama ini menjadi keluhan para pendengar salah
satu radio di Kediri. Jalur Kediri Tulungagung di Ngadiluwih, harus siap dengan
segala jenis lubang di jalan. Lubang lebar, lubang dalam, lubang di pinggir,
lubang di tengah, lengkap nian, jika tidak hati-hati sangat membahayakan.
Alat transportasi yang seadanya
cenderung membahayakan tentu bukan yang dirindukan
Jalanan macet di akhir pekan
tentu bukan keadaan yang diinginkan
Jalan berlubang di sana-sini
harusnya segera ada perbaikan
Menjumpai orang-orang yang seolah
sudah tidak mendapat tempat dalam mencari penghidupan
Merindukan pejabat yang amanah
Tak membiarkan rakyatnya sedikit
pun mendapat masalah
Merindukan Umar bin Khaththab
Sang Khalifah
Tak membiarkan seekor binatang
terperosok di jalan
Memastikan rakyatnya terpenuhi
hak yang seharusnya didapatkan
Tak merindukan pejabat daerah
yang hanya mementingkan golongan
Pare, 21 Januari 2017