Friday 14 October 2016

Wong Cilik Tak Berkutik Karena Wong Licik


Mengenang Mbak Harti – Meninggal di Hari Kartini

Hari ini dapat kabar Mbak Harti meninggal dunia. Mbak Harti penjual tempe yang biasa keliling di kampung. Tidak hanya berjualan tempe, Mbak Harti juga berjualan berbagai macam makanan. Nasi kuning, nasi goreng, bothok, sayur jadi, berbagai gorengan dan kue-kue lain.

Pare, 21 April 2015

Dan hari ini teringat juga dengan Pak Surip, penjual tahu keliling yang sudah empat puluh hari lebih meninggal.
Mbak Harti dan Pak Surip ini bukan sekadar pedagang, tapi juga “pengusaha kecil”. Tempe dan tahu yang mereka jual buatan sendiri. Mereka adalah contoh orang yang istiqamah dalam menjual jenis dagangan, bahkan usaha mereka adalah usaha turun-temurun, mewarisi usaha keluarga. Ya, mereka lah potret orang-orang yang tetap bertahan dengan usaha halal, jalan hidup mereka penuh liku. Mbak Harti, perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga. Pak  Surip hingga usia tua tetap setia dengan jualan tahunya. Tak jarang terucap keluhan ketika harga kedelai melambung tinggi, namun seringkali mereka hanya bisa pasrah menerima.

Nasib wong cilik yang tak berkutik karena wong licik. 
Sepertinya bukan hanya Mbak Harti dan Pak Surip yang  mengalami permasalahan seperti ini, merasa sebagai wong cilik yang tak bisa berbuat banyak dengan garis ekonomi yang harus dijalani. Masih banyak yang lebih susah lagi. Nasib orang-yang yang bermodal lemah, akan terus menjadi bulan-bulanan dan mangsa empuk bagi para pemilik modal yang lebih besar. Dan ini hal yang wajar terjadi di negeri yang mengambil sistem ekonomi kapitalis dalam mengelola perekonomian Negara.

Sebuah keadaan yang menjadi konsekuensi ketika kapitalisme menjadi pijakan
Atas nama investasi, asing diberi kewenangan merampok kekayaan
Atas nama kemandirian subsidi bagi rakyat tidak diberikan
Atas nama kebebasan  pulau pun digadaikan
Jadilah pemilik modal sebagai penentu kebijakan
Hanya saat pemilu suara rakyat dipedulikan
Setelah menjabat rakyat pun diabaikan
Detelah berkuasa memalak rakyat dengan pajak dan menjadikannya dalam apbn sebagai penopang
Cara haram pun tidak masalah yang penting harta berkembang
Menumpuk harta hanya demi senang-senang
Tak peduli orang lain susah yang penting perut sendiri kenyang
Syariat sama sekali tidak mendapat ruang

Maka perubahan yang dibutuhkan tidak cukup sekadar ganti penguasa atau ganti orang
Negeri ini membutuhkan perubahan di segala bidang
Perubahan sistemik, bukan sekadar bongkar pasang
Memang bukan perubahan seperti membalikkan tangan yang gampang
Perubahan yang membutuhkan daya juang
Perjuangan yang bukan sekadar mengisi waktu luang

Perjuangan mewujudkan janji Allah yang pasti
Perjuangan sebagai konsekuensi akidah yang telah diimani
Sebagai bukti amal di dunia ini
Menjadi bekal di akhirat nanti

Pare, 14 Oktober 2016





No comments:

Post a Comment