Mengenang Mbak Harti – Meninggal di Hari Kartini
Hari ini dapat kabar Mbak Harti
meninggal dunia. Mbak Harti penjual tempe yang biasa keliling di kampung. Tidak
hanya berjualan tempe, Mbak Harti juga berjualan berbagai macam makanan. Nasi
kuning, nasi goreng, bothok, sayur jadi, berbagai gorengan dan kue-kue lain.
Pare, 21 April 2015
Dan hari ini teringat juga dengan
Pak Surip, penjual tahu keliling yang sudah empat puluh hari lebih meninggal.
Mbak Harti dan Pak Surip ini
bukan sekadar pedagang, tapi juga “pengusaha kecil”. Tempe dan tahu yang mereka
jual buatan sendiri. Mereka adalah contoh orang yang istiqamah dalam menjual
jenis dagangan, bahkan usaha mereka adalah usaha turun-temurun, mewarisi usaha
keluarga. Ya, mereka lah potret orang-orang yang tetap bertahan dengan usaha
halal, jalan hidup mereka penuh liku. Mbak Harti, perempuan yang menjadi tulang
punggung keluarga. Pak Surip hingga usia
tua tetap setia dengan jualan tahunya. Tak jarang terucap keluhan ketika harga
kedelai melambung tinggi, namun seringkali mereka hanya bisa pasrah menerima.
Nasib wong cilik yang tak berkutik karena wong licik.
Sepertinya bukan hanya Mbak Harti
dan Pak Surip yang mengalami
permasalahan seperti ini, merasa sebagai wong cilik yang tak bisa berbuat
banyak dengan garis ekonomi yang harus dijalani. Masih banyak yang lebih susah
lagi. Nasib orang-yang yang bermodal lemah, akan terus menjadi bulan-bulanan
dan mangsa empuk bagi para pemilik modal yang lebih besar. Dan ini hal yang
wajar terjadi di negeri yang mengambil sistem ekonomi kapitalis dalam mengelola
perekonomian Negara.
Sebuah keadaan yang menjadi
konsekuensi ketika kapitalisme menjadi pijakan
Atas nama investasi, asing diberi
kewenangan merampok kekayaan
Atas nama kemandirian subsidi
bagi rakyat tidak diberikan
Atas nama kebebasan pulau pun digadaikan
Jadilah pemilik modal sebagai
penentu kebijakan
Hanya saat pemilu suara rakyat
dipedulikan
Setelah menjabat rakyat pun
diabaikan
Detelah berkuasa memalak rakyat
dengan pajak dan menjadikannya dalam apbn sebagai penopang
Cara haram pun tidak masalah yang
penting harta berkembang
Menumpuk harta hanya demi
senang-senang
Tak peduli orang lain susah yang
penting perut sendiri kenyang
Syariat sama sekali tidak
mendapat ruang
Maka perubahan yang dibutuhkan
tidak cukup sekadar ganti penguasa atau ganti orang
Negeri ini membutuhkan perubahan
di segala bidang
Perubahan sistemik, bukan sekadar
bongkar pasang
Memang bukan perubahan seperti
membalikkan tangan yang gampang
Perubahan yang membutuhkan daya
juang
Perjuangan yang bukan sekadar
mengisi waktu luang
Perjuangan mewujudkan janji Allah
yang pasti
Perjuangan sebagai konsekuensi
akidah yang telah diimani
Sebagai bukti amal di dunia ini
Menjadi bekal di akhirat nanti
Pare, 14 Oktober 2016
No comments:
Post a Comment