Saturday 15 October 2016

Merindukan Saad bin Muadz



اهْتَزَّ عَرْشُ الرَّحْمَنِ لِمَوْتِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ
‘Arasy ar-Rahman bergetar karena kematian Saad bin Muadz (HR al-Bukhari dari Jabir ra).

Pertamakali penasaran dengan sosok Saad bin Muadz adalah ketika mengkaji kitab Daulah Islam, Bab Dakwah di Madinah ( di bab ini juga terpesona dengan duta pertama dalam Islam, Mushab bin Umair, dan sampai sekarang pun masih penasaran dengan surah yang dibacakan Mushab bin Umair di hadapan Usaid bin Hudhair dan Saad bin Muadz).

Saad bin Muadz, seorang tokoh di Madinah
Kekuasaan dan kehebatannya tidak membuat dia menolak hidayah
Sejak masuk Islam bertekad bulat mempersembahkan hidupnya di jalan dakwah
Dalam Perang Uhud menjadi pelindung Rasulullah
Dalam Perang Khandaq terus bertahan meski terluka karena panah
Menjadi pemutus yang adil dalam masalah pengkhianatan Bani Quraidzah

Tidak menginginkan mati sebelum melaksanakan amanah terakhir
Ketika meninggal kebahagiaan di wajahnya terukir
Meninggal di hadapan Rasulullah yang turut hadir

Kematiannya menggetarkan arasy ar Rahman
Bukti bahwa beliau bukan orang  sembarangan
Demi tegaknya Islam kedudukan dan kekuasaan diserahkan
Tunduk pada syariat dan rela bergabung dalam perjuangan
Tetap istiqamah hingga datangnya kematian

Sungguh kemuliaan dan kebahagiaan baginya
Menjadi pembela Islam adalah kebahagiaan tiada tara
Layak mendapatkan balasan berupa surga
Dan kita pun bisa meneladaninya
Terus berjuang dan berkorban demi ridho Allah ta’ala
Menapaki jejak Rasulullah dan para sahabatnya
Hingga kematian yang akan menghentikan langkah kita


Pare, 15 Oktober 2016



No comments:

Post a Comment