Wednesday 10 August 2016

Peran Keluarga Mewujudkan Tujuan Pendidikan



Tak bisa dipungkiri keluarga adalah tempat pertama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan.  Dari keluarga anak mendapatkan bekal untuk menjalani kehidupan di lingkungan yang lebih luas. Apa yang didapatkan anak dalam keluarga akan berpengaruh pada sikap anak. Maka setianp anggota keluarga harus  mengoptimalkan peran masing-masing agar selanjutnya anak siap menerima pendidikan formal. 

Ketika anak mulai menempuh pendidikan formal di sekolah, peran keluarga tetap diperlukan. Keluarga tidak boleh hanya bergantung pada sekolah atau bahkan lepas tangan dan pasrah sepenuhnya pada sekolah. Diperlukan sinergi yang baik antara keluarga dan sekolah agar tujuan pendidikan untuk mencetak generasi cerdas IPTEK , bertakwa kepada Tuhan dan siap terjun dalam kancah kehidupan bisa terwujud. Memang peran keluarga dalam menguatkan pendidikan tidak selalu sama dalam setiap jenjang pendidikan. Yang tetap sama apapun jenjang pendidikannya adalah  keteladanan dan pendampingan. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu, dengan berbagai macam kesibukan, keluarga seolah tidak lagi bisa bersinergi dengan sekolah. Meskipun sekolah, masih saja ada anak yang bermasalah. Terlibat gaul bebas, tindakan kriminal, tawuran dan lain-lain. Maka kerja sama keluarga dan sekolah untuk menyukseskan tujuan pendidikan mutlak diperlukan.

Peran Keluarga di TK dan Sekolah Dasar
TK dan Sekolah Dasar ( SD ) adalah pendidikan formal pertama bagi anak. Di TK anak sudah mulai belajar hidup bersosialisasi. Dalam jenjang ini wali siswa harus telaten memantau perkembangan anak. Terutama terkait dengan kemandirian. Lebih sering bertanya kepada guru agar tidak terlewat permasalahan yang dihadapi anak, sekecil apapun masalahnya. Kontrol aktivitas anak di sekolah dilakukan setiap hari, dengan bertanya langsung kepada anak apa saja yang telah dipelajari di sekolah dengan bahasa santai atau melalui buku penghubung siswa yang mencatat kegiatan siswa selama di sekolah.

Hampir sama dengan di TK, di SD perkembangan hasil pendidikan anak di sekolah juga perlu diperhatikan secara harian. Namun anak usia SD lebih kritis, bisa membandingkan apa yang diajarkan guru di sekolah dengan fakta yang mereka temui dalam keluarga. Anak akan cenderung menuntut agar keluarga juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan di sekolah. Pembiasaan kebaikan di sekolah juga dicontohkan dalam kehidupan di rumah. Ketika di sekolah anak dibiasakan disiplin, mengerjakan segala sesuatu dengan memperhatikan target, menjaga akhlak mulia, dan lain sebagainya, kebaikan-kebaikan ini seharusnya juga menjadi hal yang biasa juga ditemui dan dilakukan di rumah. Sehingga anak bisa melaksanakan hal-hal baik secara berkelanjutan, di manapun berada. Komunikasi intensif antara wali siswa dengan guru kelas juga diperlukan secara berkala. Berbagai informasi tentang perkembangan sikap dan ilmu anak bisa didapatkan dari guru kelas, baik melalui buku komunikasi maupun dengan berkunjung secara berkala ke sekolah. 

Menjadi Sahabat Anak SMP
Berbeda lagi dengan peran yang bisa dilakukan keluarga dalam jenjang SMP dimana anak  berada dalam masa puber. Anak lebih ekspresif, mencari jati diri dan merasa sudah dewasa sehingga tak mau urusannya dicampuri. Di jenjang ini teman pergaulan akan sangat berpengaruh pada perilaku anak. Membuat geng, mudah tersulut emosinya, mencari perhatian dengan berbagai cara, mudah meniru menjadi hal biasa pada anak usia SMP. Maka peran keluarga pada jenjang ini adalah sebagai sahabat.
Sahabat adalah orang yang enak diajak mengobrol, sabar mendengar ketika ada masalah dan tidak mudah menghakimi. Keluarga harus mengambil posisi ini agar anak nyaman. Tidak merasa dikekang atau tak diperhatikan. Pada masa pendidikan ini, pengarahan bakat anak mulai dilakukan. Anak sudah mulai bisa bertanggung jawab dengan pilihan aktivitas mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan mendorong anak untuk aktif dalam ekstrakurikuler yang mereka senangi. Dengan demikian pendidikan di jenjang SMP ini bisa dilalui dengan serius namun menyenangkan.

Gaul Mendampingi Anak SMA
Semakin tinggi jenjang pendidikan anak maka semakin berbeda pula fakta masa remaja orang tua dengan anak, maka agak kurang bijak jika menyamakan keduanya. Tak bisa dipungkiri dengan semakin majunya teknologi kehidupan pun semakin modern. Ketika anak sudah masuk SMA, orang tua tidak boleh ketinggalan jaman, agar orang tua bisa mengimbangi ilmu dan pengetahuan anaknya. 
Mengetahui apa saja yang menjadi kesulitan anak, membantu memberi solusi kekinian, memahami permasalahan remaja, memberikan kepercayaan selama anak melakukan kebaikan. Dengan ini, anak akan lebih bisa menikmati pendidikan masa SMA dan mulai berpikir dewasa untuk terus melanjutkan kehidupan.

Demikianlah, peran keluarga untuk menguatkan pendidikan dan meraih tujuan pendidikan sangatlah diperlukan. Sinergi keluarga dan sekolah sebagai unsur utama pendidikan akan bisa membantu mencetak generasi mulia dan berprestasi yang siap mengharumkan nama bangsa, siap meneruskan tampuk kepemimpinan menuju negara hebat. 

No comments:

Post a Comment