Sunday 23 August 2015

Shalawatan Kok Untuk Menemani Setan



Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui (Surah Al Baqarah ayat 42)

Dari kejauhan sudah terdengar suara shalawat nabi melalui pengeras suara, semakin dekat suasana semakin ramai. Diiringi dengan musik banthengan. Tak lama kemudian, orang-orang dengan pakaian hitam dan memakai kepala banthengan menyusul. Di dekatnya ada pawang yang mengendalikan. Suara shalawatan serta memanggil penonton semakin keras terdengar. “ Dalam rangka memperingati HUT RI, mari saksikan kesenian banthengan”. “ Bapak-bapak, ibu-ibu semuanya , saksikanlah banthengan”.  Ga tau lah ngomong apa saja, brisik. 

Ironi, acara yang melibatkan kekuatan jin dan setan tapi diiringi dengan shalawat Nabi, tidak tahu menggunakan dalil yang mana. Dan yang ikut bantengan pun juga sudah dikenal sebagai orang abangan, entahlah mereka masih shalat apa tidak.

Mencampuradukkan antara kebaikan dengan keburukan. Berharap syafaat tapi nyatanya bermaksiat. Tidak hanya banthengan yang diiringi shalawat Nabi. Ada beberapa contoh lain. Beberapa waktu lalu beredar video goyang oplosan di panggung dengan backdrop “ Panggung Seni Islam Nusantara”. Goyang campur-baur laki-laki perempuan, tidak menutup aurat, bertabarruj, tapi membawa nama Islam. Dan entah berapa banyak acara yang diawali dengan seremonial islami tetapi hanya berupa ajang maksiat saja. Acara dibuka dengan basmalah, ummul qur’an al fatihah tapi selanjutnya melanggar isi al qur’an. Selanjutnya menjalani aktivitas yang hanya layak dilakukan setan. 

Negeri ini memang benar-benar sudah sekuler. Agama hanya formalitas saja. Ideologi kapitalisme telah merasuk dalam pemikiran umat. Kapitalisme yang aqidahnya adalah fashluddin ‘anil hayah alias memisahkan aturan agama dari kehidupan alias sekuler telah mendarah daging. Agama diakui tetapi tidak untuk diamalkan dalam semua aspek kehidupan. Aturan diambil dari hasil pemikiran manusia. Keputusan baik buruk hanya distandarkan pada asas kemanfaatan. Merasa ada manfaatnya dikerjakan, jika merasa merugi diabaikan. Dan manfaat pun sebatas materi yang teraih. Mendatangkan uang, mendatangkan kepuasan, membuat terkenal maka akan dilakukan. Urusan hisab di akhirat tidak dipikirkan. Akhirnya cenderung menghalalkan segala cara, dan menganggap segala cara boleh-boleh saja dilakukan. 

Musuh Islam ( Barat pengemban ideologi kapitalisme dan anteknya)  berhasil mengalihkan pemikiran umat Islam, berhasil membuat umat Islam tidak melaksanakan syariat Islam kafah. Berhasil membuat umat Islam puas dengan perasaan Islam saja. Berhasil membuat umat Islam jauh dari syariat, merasa asing dengan aturan Allah dan bahkan sampai mencemooh syariat Allah. 

Jadi yang harus dilakukan adalah mengembalikan pemikiran Islam, mendekatkan syariat Islam ke umat, bersama umat terikat hukum Islam dalam semua aspek kehidupan, dan mengajak umat untuk hidup dalam sistem shahih yang telah diwariskan Rasulullah saw dan para sahabat yang  mulia. Khilafah rasyidah ‘ala minhajinnubuwwah. 

Mendambakan syafaat Rasulullah itu dengan meneladani beliau, berpegang teguh pada Al Qur’an dan Hadits, bukan malah membuat aturan sendiri yang menjadi ciri khas sistem demokrasi. Sama seperti setan yang sukanya seenaknya sendiri.  Aturan dibuat wakil rakyat yang telah terbeli kepentingannya oleh para pemilik modal, atas nama rakyat membuat kebijakan yang ternyata membuat mayoritas rakyat sengsara. Naudzubillah.


Pare, 23 Agustus 2015

No comments:

Post a Comment