Thursday 12 February 2015

Setahun yang lalu : HTI tidak berkontribusi?




13 Februari 2014
Suasana Mencekam
Sekitar 11.15 pm. Tiba-tiba terdengar suara seperti hujan, tapi memantul begitu keras di genting. Semakin lama semakin deras. Bukan hujan air,hujan kerikil. Sesekali kerikil berukuran besar mengenai genting. Semakin deras, disertai petir menggelegar dan suara bergemuruh. Kilatan cahaya beraneka warna tampak di langit. Sesekali ledakan terdengar menggema. Dentuman keras, menggelegar, membahana. Tak lama kemudian listrik padam, kilatan cahaya semakin terlihat jelas. Ledakan demi ledakan terus susul menyusul, sekitar 1 jam kemudian gemuruh berkurang. Hujan kerikil berganti dengan hujan pasir, semakin deras saja. Saking derasnya, kerikil dan pasir menembus genting. Berlangsung sekitar satu jam, berganti hujan abu. Baru menjelang shubuh hujan abu mereda. Alhamdulillah akhirnya berakhir. Sama sekali tidak tidur, was-was jangan-jangan genting tidak kuat menahan beban. Jangan-jangan ada letusan susulan. Gunung Kelud meletus. Sekolah libur, pasir tebal dimana-mana.

Selang satu hari hujan lebat melanda, material pasir yang masih ada di genting menyerap air. Menumpuk tak bisa mengalir dengan lancar, menghambat aliran air hujan. Bocor pun tak terelakkan. Air bercampur pasir. Satu dua kali hujan masih kuat membersihkan, ketiga dan seterusnya hanya bisa memandangi air-pasir yang menerobos genting. Hanya memindahkan benda-benda agar tidak terkena bocor, capek membersihkan. Ngepel nyapu berulang kali masih saja kotor.

Banyak peristiwa duka paska letusan Kelud. Namun masih banyak hikmah dari musibah.

Bersama TNI , Bertemu Pejabat, Melayani Umat


Senin, 17 Februari 2014
Senin tidak ada jadwal mengajar, membantu relawan Hizbut Tahrir Indonesia di posko TNI AL di lapangan Wates. Bukan pertama kali ke Wates, tapi pertama kali naik motor rute jauh paska letusan. Jalan yang masih berpasir, debu tebal beterbangan dan mengurangi jarak pandang. Sesekali hampir terjatuh karena terjebak pasir. Satu jam lebih, padahal hanya berjarak sekitar 30 km dari Pare.
Bertepatan dengan kunjungan Presiden SBY ke Kediri, mengunjuni korban bencana.
Di Posko TNI AL, di tenda  anak-anak dan wanita. Bermain dengan anak-anak, ngobrol dengan para orang tua yang menunggu kerabatnya di tenda kesehatan. Cerita dari mereka yang menyaksikan secara langsung material panas keluar dari puncak gunung. Ada pasangan suami istri yang baru turun di pagi hari, setelah relawan menyisir daerah yang terdampak parah. Bukannya tak mau mengungsi, sang istri tak bisa meninggalkan suaminya yang tidak bisa berjalan, sedang sakit. Anak-anak dan kerabat mereka mengungsi terlebih dahulu. Mungkin karena semua sudah panik, tim SAR pun tak sempat menolong semua pengungsi. Secepatnya menjauh dari puncak gunung.

Semalaman suami istri tersebut berlindung di bawah meja, hanya bisa beristighfar, jadi mereka dengan jelas mendengar ledakan dan petir menggelegar. Tak bisa membayagkan suasana mencekam yang mereka rasakan.

Melihat langsung kunjungan Pak Presiden, Menko Kesra, Wagub Jatim. Ngobrol dengan dokter RS TNI AL Pusat, ngobrol dengan paspampres. Ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon. Bisa jadi tulisan sendiri

Mengetahui dari dekat, beliau para pemimpin negeri ini, juga TNI, bersama memantau korban bencana alam. Indahnya kebersamaan, memikirkan seluruh urusan umat, bukan segelintir konglomerat pembuat sengsara rakyat.

Semoga secepatnya pemimpin negeri ini bergabung bahu-membahu berjuang menerapkan syariah di bawah naungan khilafah.

Mendapat pengarahan dari tim Qadla Mashalih Pusat HTI yang pengalaman membantu korban bencana alam di berbagai daerah dan  bekerjasama dengan SAR, TNI, masyarakat, tokoh masyarakat dan semua elemen umat. Aktivitas yang luar biasa.

Terus Bersama Umat

Tak hanya berhenti di posko pengungsian. Recovery Mental terus dilakukan. Mengadakan berbagai kegiatan di daerah yang terdampak parah (Kepung, Wates). Membantu perbaikan fasum. Masjid, musholla, sekolah, bale desa. Mengadakan pengajian untuk ibu-ibu,  agar tetap  kuat menghadapi musibah tidak pantang menyerah meski harus memulai segalanya dari awal. Rumah rusak, gagal panen. Mengisi kegiatan anak-anak dengan belajar mengaji al quran, mengkaji tsaqafah Islam, bermain, sesekali menyalurkan bantuan logistic yang dititipkan umat melalui HTI. Mereka berhak gembira, kita wajib membantu.
Mengenal daerah-daerah yang sebelumnya tak pernah terbayangkan akan mengunjunginya. Melihat dengan mata kepala sendiri kehidupan masyarakat di sekitar lereng Kelud.

Dan hari ini, setahun telah berlalu. Memang sudah lama tidak berkunjung ke sana. Semoga masih ada kesempatan.
Semoga bisa mengambil hikmah dari sebuah musibah
Semoga tetap menjadi penyemangat, terus berjuang bersama umat. Mewujudkan kehidupan Islam.

Pare, 12 Februari 2015

No comments:

Post a Comment