13 Februari 2014
Suasana Mencekam
Sekitar 11.15 pm. Tiba-tiba terdengar suara seperti hujan,
tapi memantul begitu keras di genting. Semakin lama semakin deras. Bukan hujan
air,hujan kerikil. Sesekali kerikil berukuran besar mengenai genting. Semakin
deras, disertai petir menggelegar dan suara bergemuruh. Kilatan cahaya beraneka
warna tampak di langit. Sesekali ledakan terdengar menggema. Dentuman keras,
menggelegar, membahana. Tak lama kemudian listrik padam, kilatan cahaya semakin
terlihat jelas. Ledakan demi ledakan terus susul menyusul, sekitar 1 jam
kemudian gemuruh berkurang. Hujan kerikil berganti dengan hujan pasir, semakin
deras saja. Saking derasnya, kerikil dan pasir menembus genting. Berlangsung
sekitar satu jam, berganti hujan abu. Baru menjelang shubuh hujan abu mereda.
Alhamdulillah akhirnya berakhir. Sama sekali tidak tidur, was-was jangan-jangan
genting tidak kuat menahan beban. Jangan-jangan ada letusan susulan. Gunung
Kelud meletus. Sekolah libur, pasir tebal dimana-mana.
Selang satu hari hujan lebat melanda, material pasir yang
masih ada di genting menyerap air. Menumpuk tak bisa mengalir dengan lancar,
menghambat aliran air hujan. Bocor pun tak terelakkan. Air bercampur pasir.
Satu dua kali hujan masih kuat membersihkan, ketiga dan seterusnya hanya bisa
memandangi air-pasir yang menerobos genting. Hanya memindahkan benda-benda agar
tidak terkena bocor, capek membersihkan. Ngepel nyapu berulang kali masih saja
kotor.
Banyak peristiwa duka paska letusan Kelud. Namun masih
banyak hikmah dari musibah.
Bersama TNI , Bertemu Pejabat, Melayani Umat
Senin, 17 Februari 2014
Senin tidak ada jadwal mengajar, membantu relawan Hizbut
Tahrir Indonesia di posko TNI AL di lapangan Wates. Bukan pertama kali ke
Wates, tapi pertama kali naik motor rute jauh paska letusan. Jalan yang masih
berpasir, debu tebal beterbangan dan mengurangi jarak pandang. Sesekali hampir
terjatuh karena terjebak pasir. Satu jam lebih, padahal hanya berjarak sekitar
30 km dari Pare.
Bertepatan dengan kunjungan Presiden SBY ke Kediri,
mengunjuni korban bencana.
Di Posko TNI AL, di tenda
anak-anak dan wanita. Bermain dengan anak-anak, ngobrol dengan para
orang tua yang menunggu kerabatnya di tenda kesehatan. Cerita dari mereka yang
menyaksikan secara langsung material panas keluar dari puncak gunung. Ada
pasangan suami istri yang baru turun di pagi hari, setelah relawan menyisir
daerah yang terdampak parah. Bukannya tak mau mengungsi, sang istri tak bisa
meninggalkan suaminya yang tidak bisa berjalan, sedang sakit. Anak-anak dan
kerabat mereka mengungsi terlebih dahulu. Mungkin karena semua sudah panik, tim
SAR pun tak sempat menolong semua pengungsi. Secepatnya menjauh dari puncak
gunung.
Semalaman suami istri tersebut berlindung di bawah meja,
hanya bisa beristighfar, jadi mereka dengan jelas mendengar ledakan dan petir
menggelegar. Tak bisa membayagkan suasana mencekam yang mereka rasakan.
Melihat langsung kunjungan Pak Presiden, Menko Kesra, Wagub
Jatim. Ngobrol dengan dokter RS TNI AL Pusat, ngobrol dengan paspampres.
Ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon. Bisa jadi tulisan sendiri
Mengetahui dari dekat, beliau para pemimpin negeri ini, juga
TNI, bersama memantau korban bencana alam. Indahnya kebersamaan, memikirkan
seluruh urusan umat, bukan segelintir konglomerat pembuat sengsara rakyat.
Semoga secepatnya pemimpin negeri ini bergabung bahu-membahu
berjuang menerapkan syariah di bawah naungan khilafah.
Mendapat pengarahan dari tim Qadla Mashalih Pusat HTI yang
pengalaman membantu korban bencana alam di berbagai daerah dan bekerjasama dengan SAR, TNI, masyarakat,
tokoh masyarakat dan semua elemen umat. Aktivitas yang luar biasa.
Terus Bersama Umat
Tak hanya berhenti di posko pengungsian. Recovery Mental
terus dilakukan. Mengadakan berbagai kegiatan di daerah yang terdampak parah
(Kepung, Wates). Membantu perbaikan fasum. Masjid, musholla, sekolah, bale
desa. Mengadakan pengajian untuk ibu-ibu, agar tetap kuat menghadapi musibah tidak pantang menyerah
meski harus memulai segalanya dari awal. Rumah rusak, gagal panen. Mengisi
kegiatan anak-anak dengan belajar mengaji al quran, mengkaji tsaqafah Islam,
bermain, sesekali menyalurkan bantuan logistic yang dititipkan umat melalui
HTI. Mereka berhak gembira, kita wajib membantu.
Mengenal daerah-daerah yang sebelumnya tak pernah
terbayangkan akan mengunjunginya. Melihat dengan mata kepala sendiri kehidupan
masyarakat di sekitar lereng Kelud.
Dan hari ini, setahun telah berlalu. Memang sudah lama tidak
berkunjung ke sana. Semoga masih ada kesempatan.
Semoga bisa mengambil hikmah dari sebuah musibah
Semoga tetap menjadi penyemangat, terus berjuang bersama
umat. Mewujudkan kehidupan Islam.
Pare, 12 Februari 2015