Saturday, 28 February 2015

Mengkaji Bab Hadlarah Islam


Bulan ini banyak sekali mengunduh file-file dari internet. Tentang bahasa, teknologi, sains dan lain sebagainya. Jika yang memposting adalah muslim, sungguh akan menjadi amal jariyah. Begitu pula dengan orang yang membuat semuanya terasa begitu mudah, mereka telah memfasilitasi banyak orang mendapatkan banyak hal. Dan bisa jadi banyak nonmuslim barat bahkan Yahudi yang menguasai.

Jika tak jeli memilah, akan terjebak pada beberapa kubu. Kubu yang membebaskan mengambil semua apa yang berasal dari barat (pengemban ideology kapitalisme) apa pun boleh diambil tanpa pandang bulu. Ada pula yang mengharamkan apa pun yang berasal dari barat apalagi jika berhubungan dengan Yahudi.

Alhamdulillah tidak terjebak pada dua kubu tersebut, karena bisa membedakan mana yang boleh diambil dan mana yang tidak.

Alhamdulillah sudah pernah mengkaji Bab Hadlarah Islam. Salah satu bab dalam kitab Nidzamul Islam. Kitab yang luar biasa, setiap babnya mempunyai tujuan pembahasan dan target tertentu. Memang memerlukan kesabaran. Tak perlu risau dengan tuduhan mendewakan akal, ingkar hadits ahad, kering ruhani, hanya ngajari omong doank, pusing tujuh keliling ketika mempelajari bab Al  Qiyadatu al fikriyatu fii al Islam. Sabar dan nikmati saja. 

#YukNgaji

Pare, 28 Februari 2015

Monday, 23 February 2015

Buletin Al Islam di Pare


Pare, terkenal dengan sebutan Kampung Inggris. Karena banyak tempat kursus bahasa Inggris. Dan secara otomatis banyak pula yang mengunjungi Pare, dari berbagai tempat.

 Tidak hanya orang-orang yang ingin kursus saja, tetapi banyak pula yang meski di pindah ke  Pare untuk  kursus dan masih tetap ingin mengkaji Islam bersama Hizbut Tahrir. Baik intensif maupun sekadar kajian umum. 

Namun terkadang ada kendala teknis. Sudah mencari kontak person tapi lama tidak dihubungi. Tetapi  tak jarang ada yang kreatif. Mendapati buletin Al Islam gembiranya bukan main, menunjukkan bahwa masih ada harapan bisa menghubungi kontak person syabab HT. Karena buletin Al Islam adalah salah satu satu indicator bahwa tempat tersebut pernah dikunjungi oleh Syabab atau setidaknya bulletin didapat dari tempat yang dikunjungi syabab. Dan di bagian belakang bulletin Al Islam selalu tercantum nomor yang bisa dihubungi. Ini dialami teman dari Pekanbaru dan Lampung. Mereka belum mengkaji intensif di HTI, tapi Alhamdulillah semangat mencari info.

Ada pula yang bisa mengkaji Islam bersama HT  setelah bertanya pada penjaga toko yang memasang kalender kegiatan HTI. 

Namun ada juga yang sama sekali tak mencari, katanya dapat info dari seniornya jika di Pare tidak ada Syabab HTI, jadi tidak bisa dihubungkan. Waduh, glodaks….! Dan ironinya dia kos di depan rumah . Ini yang kuper n kurin  siapa ????? dari Gorontalo, baru tahu setelah ada temannya satu kursusan yang cerita dan itu pun bertemu saat dia mau pulang ke Gorontalo. Cuma nitip pesen lain kali diinfokan ke teman-temannya di Gorontalo kalo ke Pare bisa tetap ngaji. 

Jadi kalo ke Pare dan tetap mau mengkaji Islam bersama HTI bisa menghubungi nomor-nomor yang tercantum di bulletin Al Islam ini. Nomor rijal tapi biasanya ketika menghubungi no tersebut langsung di – link kan dengan nisa’. 

Untuk teman-teman di Pare, jangan meremehkan interaksi / sebar buletin ya….!  Bisa jadi, menjadi wasilah seseorang mau mengkaji Islam.

Pare, 10 Januari 2015

Thursday, 12 February 2015

Setahun yang lalu : HTI tidak berkontribusi?




13 Februari 2014
Suasana Mencekam
Sekitar 11.15 pm. Tiba-tiba terdengar suara seperti hujan, tapi memantul begitu keras di genting. Semakin lama semakin deras. Bukan hujan air,hujan kerikil. Sesekali kerikil berukuran besar mengenai genting. Semakin deras, disertai petir menggelegar dan suara bergemuruh. Kilatan cahaya beraneka warna tampak di langit. Sesekali ledakan terdengar menggema. Dentuman keras, menggelegar, membahana. Tak lama kemudian listrik padam, kilatan cahaya semakin terlihat jelas. Ledakan demi ledakan terus susul menyusul, sekitar 1 jam kemudian gemuruh berkurang. Hujan kerikil berganti dengan hujan pasir, semakin deras saja. Saking derasnya, kerikil dan pasir menembus genting. Berlangsung sekitar satu jam, berganti hujan abu. Baru menjelang shubuh hujan abu mereda. Alhamdulillah akhirnya berakhir. Sama sekali tidak tidur, was-was jangan-jangan genting tidak kuat menahan beban. Jangan-jangan ada letusan susulan. Gunung Kelud meletus. Sekolah libur, pasir tebal dimana-mana.

Selang satu hari hujan lebat melanda, material pasir yang masih ada di genting menyerap air. Menumpuk tak bisa mengalir dengan lancar, menghambat aliran air hujan. Bocor pun tak terelakkan. Air bercampur pasir. Satu dua kali hujan masih kuat membersihkan, ketiga dan seterusnya hanya bisa memandangi air-pasir yang menerobos genting. Hanya memindahkan benda-benda agar tidak terkena bocor, capek membersihkan. Ngepel nyapu berulang kali masih saja kotor.

Banyak peristiwa duka paska letusan Kelud. Namun masih banyak hikmah dari musibah.

Bersama TNI , Bertemu Pejabat, Melayani Umat


Senin, 17 Februari 2014
Senin tidak ada jadwal mengajar, membantu relawan Hizbut Tahrir Indonesia di posko TNI AL di lapangan Wates. Bukan pertama kali ke Wates, tapi pertama kali naik motor rute jauh paska letusan. Jalan yang masih berpasir, debu tebal beterbangan dan mengurangi jarak pandang. Sesekali hampir terjatuh karena terjebak pasir. Satu jam lebih, padahal hanya berjarak sekitar 30 km dari Pare.
Bertepatan dengan kunjungan Presiden SBY ke Kediri, mengunjuni korban bencana.
Di Posko TNI AL, di tenda  anak-anak dan wanita. Bermain dengan anak-anak, ngobrol dengan para orang tua yang menunggu kerabatnya di tenda kesehatan. Cerita dari mereka yang menyaksikan secara langsung material panas keluar dari puncak gunung. Ada pasangan suami istri yang baru turun di pagi hari, setelah relawan menyisir daerah yang terdampak parah. Bukannya tak mau mengungsi, sang istri tak bisa meninggalkan suaminya yang tidak bisa berjalan, sedang sakit. Anak-anak dan kerabat mereka mengungsi terlebih dahulu. Mungkin karena semua sudah panik, tim SAR pun tak sempat menolong semua pengungsi. Secepatnya menjauh dari puncak gunung.

Semalaman suami istri tersebut berlindung di bawah meja, hanya bisa beristighfar, jadi mereka dengan jelas mendengar ledakan dan petir menggelegar. Tak bisa membayagkan suasana mencekam yang mereka rasakan.

Melihat langsung kunjungan Pak Presiden, Menko Kesra, Wagub Jatim. Ngobrol dengan dokter RS TNI AL Pusat, ngobrol dengan paspampres. Ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon. Bisa jadi tulisan sendiri

Mengetahui dari dekat, beliau para pemimpin negeri ini, juga TNI, bersama memantau korban bencana alam. Indahnya kebersamaan, memikirkan seluruh urusan umat, bukan segelintir konglomerat pembuat sengsara rakyat.

Semoga secepatnya pemimpin negeri ini bergabung bahu-membahu berjuang menerapkan syariah di bawah naungan khilafah.

Mendapat pengarahan dari tim Qadla Mashalih Pusat HTI yang pengalaman membantu korban bencana alam di berbagai daerah dan  bekerjasama dengan SAR, TNI, masyarakat, tokoh masyarakat dan semua elemen umat. Aktivitas yang luar biasa.

Terus Bersama Umat

Tak hanya berhenti di posko pengungsian. Recovery Mental terus dilakukan. Mengadakan berbagai kegiatan di daerah yang terdampak parah (Kepung, Wates). Membantu perbaikan fasum. Masjid, musholla, sekolah, bale desa. Mengadakan pengajian untuk ibu-ibu,  agar tetap  kuat menghadapi musibah tidak pantang menyerah meski harus memulai segalanya dari awal. Rumah rusak, gagal panen. Mengisi kegiatan anak-anak dengan belajar mengaji al quran, mengkaji tsaqafah Islam, bermain, sesekali menyalurkan bantuan logistic yang dititipkan umat melalui HTI. Mereka berhak gembira, kita wajib membantu.
Mengenal daerah-daerah yang sebelumnya tak pernah terbayangkan akan mengunjunginya. Melihat dengan mata kepala sendiri kehidupan masyarakat di sekitar lereng Kelud.

Dan hari ini, setahun telah berlalu. Memang sudah lama tidak berkunjung ke sana. Semoga masih ada kesempatan.
Semoga bisa mengambil hikmah dari sebuah musibah
Semoga tetap menjadi penyemangat, terus berjuang bersama umat. Mewujudkan kehidupan Islam.

Pare, 12 Februari 2015