BLT, tunjangan buruh bergaji di bawah 5 juta, kuota untuk siswa. Itu menjangkau berapa penduduk Indonesia?
Berapa persen dari seluruh penduduk Indonesia?
Entahlah, nyatanya saya dan beberapa orang yang saya kenal tak dapat semuanya.
Sudahlah jangan mengeluh, jangan terus menuntut kepada penguasa, yang kreatif jadi rakyat. Pemerintah banyak urusannya jangan menuntut semua diurusi negara. Mungkin ada yang bilang seperti itu.
Ah...tanpa diingatkan kami rakyat sudah berjuang demi hidup, sudah berusaha sekuat tenaga menjalankan kewajiban sebagai warga negara, sudah bertahan demi kehidupan yang semakin tertekan.
Tak usah menyuruh kami kreatif, tak usah menuduh kami hanya bisa berkeluh kesah, sudah banyak yang kami lakukan sebagai warga negara.
Namun, terlepas dari itu semua, ada kewajiban untuk mengingatkan bahwa penguasa itu memegang amanah untuk mengurusi rakyatnya, bahwa pemimpin itu menjadi pelindung rakyatnya. Negara tak boleh menuntut rakyat menyelesaikan kewajibannya namun abai memenuhi hak rakyat.
O...ya..lupa. Kita kan memang hidup di negeri kapitalis sekular. Negeri yang tak peduli dengan aturan Allah Sang Maha Pencipta. Menjadikan rakyat sebagai sapi perah, penguasa memposisikan diri sebagai regulator saja, hanya melihat dan bahkan memberi fasilitas kepada para konglomerat untuk mengerat kekayaan rakyat.
Negeri yang penguasanya tak punya kewenangan sejati yang ada hanya menjadi boneka dari pemilik modal.
Penguasa yang berkolaborasi dengan pengusaha, memposisikan hubungan rakyat dan negara sebatas relasi untung rugi, bukan memberi pelayanan semaksimal dan setulus hati.
Rasulullah Saw bersabda, «إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ» “Imam/Khalifah itu laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” (HR. Muslim)
Itulah peran negara yang seharusnya. Menjadi perissi, pelindung dan pengatur urusan umat.
Sebuah tanggung jawab berat untuk mengurus seluruh warganya, bukan segelintir saja.
Indah bukan jika ada khalifah yang memimpin khilafah