Sunday 1 October 2017

Sing Waras Kudu Ngalah ?


Sejak dulu insya Allah tidak masalah naik bis SK, tidak semua sopirnya ugal-ugalan namun lebih sering dapat yang ugal-ugalan. Dan sekarang meski SK sudah tidak ada, terakhir naik SR yang lumayan mahal, ternyata dapat sopir yang lihai, namun cenderung seenaknya sendiri. Naik SR sore hingga malam, membuat jantung deg-degan. Awalnya merasa tenang melihat kondektur yang nyantai dengan gaya si sopir, kondekturnya tidak banyak komen, tetap santai nulis dan sesekali  ngecek karcis. Berarti memang sudah terbukti sopirnya handal, gaya nyopirnya memang terasa halus tidak main banting setir. Tapi seringkali membuat kendaraan lain harus keluar jalur, baik kendaraan kecil maupun kendaraan super besar. Memang tidak sampai senggol sana-sini, tapi sepertinya kendaraan lain lebih memilih mengalah, daripada kalah dengan kenekadan sopir SR, lebih baik mereka mengalah meski resikonya harus keluar jalur, keluar badan jalan yang belum tentu aman, daripada bertabrakan dengan bis yang tidak mau ngalah dan lebih berpeluang banyak memakan korban. Marka jalan pun seringkali tidak digubris, marka tidak boleh mendahului tidak dipedulikan, terkadang mengagetkan kendaraan yang berlawanan arah. Benar-benar sing waras kudu ngalah. Meski tidak salah memilih mengalah. Memaklumi kelakuan kurang waras pihak lain.

Di jaman yang semakin karut marut seperti ini memang yang masih berpikir jernih harus mengalah, meski dalam posisi benar lebih memilih mengalah meski kesalahan selalu dicari-cari dan terkadang tidak masuk akal.

Dan akhir-akhir ini ada pihak yang selalu mau menang sendiri, apa yang dilakukan pihak yang tidak disukai selalu dianggap salah. Terutama jika itu terkait dengan aktivitas keislaman. Membela ulama dihalangi, membela Islam dipersulit, membantu umat Islam di negara lain dicurigai, menyampaikan Islam dikriminalisasi, kajian dibubarkan, ulama dikriminalkan. Dan umat Islam lebih memilih mengalah, dipersekusi tidak membalas, kajian dibubarkan tidak melawan, aksi dihalangi tidak terprovokasi. Lebih baik mengalah, daripada berbenturan dengan sudara seiman, daripada bermusuhan dengan saudara sebangsa. Lagi-lagi sing waras kudu ngalah.

Agenda terakhir adalah aksi 299, masih saja ada upaya yang terlihat disengaja. Menghambat perjalanan peserta dari luar kota, menggeledah peserta, meminimalisir fasilitas yang bisa dinikmati peserta. Dicitrakan sebagai aksi yang mengerikan, aksi yang menguras tenaga dan anggaran aparat, pemberitaan yang terpercaya pun tidak ada, pendistorsian informasi jumlah peserta dsb. Marahkah umat Islam yang berjuang membela agama dan menyampaikan ajaran Islam? Tidak. Lagi-lagi memilih mengalah. Sing waras pancen kudu ngalah, ora usah melu edan.

Teruslah menggunakan akal untuk berpikir, tidak mudah terprovokasi. Jika memang harus melawan gunakan aturan yang ada, terus terikat pada syariat, jangan sampai ikut-ikut gelap mata,tidak menggunakan akal untuk berpikir, cukuplah mereka yang lebih sesat daripada binatang ternak, menghalalkan segala cara untuk menghalangi dakwah Islam, membendung kebangkitan umat Islam. Cukuplah mereka yang merasa menang padahal sejatinya mereka melangkah menuju kekalahan, menuju terbukanya kedok jahatnya. Becik ketitik ala ketara. Kemenangan bagi orang yang beriman dan beramal saleh itu pasti,tak perlu diragukan lagi, sabar saja.

Pare, 1 Oktober 2017

No comments:

Post a Comment