Awal kali penasaran dengan lagu ini ketika ada paduan suara
saat wisuda di sebuah universitas, ternyata ini lagunya.
Syairnya menurut saya ya retoris belaka, tak perlu
ditanyakan lagi ,jeritan hati yang sangat mungkin tidak diketahui orang lain. Mau
orang lain tau apa isi hati kita atau pikiran kita ya ucapkan secara lisan atau
tulisan, tidak semua orang ngerti ilmu batin, apa yang tidak disampaikan ya
tidak akan dimengerti.
Dan saat ini mungkin ada banyak jeritan rakyat yang tak terucapkan, sudah bosan menyampaikan
keluhan. Sekeras apapun jeritan rakyat sudah tak bisa menembus pendengaran penguasa. Dan akhirnya bisa menjerit
dalam hati saja.
Data terbaru dari BI per Agustus 2017 utang luar negeri
Indonesia tercatat 4.590,9 triliun rupiah, tumbuh 4,7 persen dibandingkan Juli 2017. Lagi-lagi rakyat
kecil tak bisa membayangkan sebanyak apa uang 4500 triliun. Yang ditahu hanya
pemerintah terus membangun infrastruktur yang tidak semuanya bisa dinikmati
seluruh rakyat, rakyat tahunya kehidupan semakin sempit, pajak semakin
melangit, rakyat tidak tahu apa saja yang sudah dujual pemerintah untuk
membayar utang beserta bunganya.
Rakyat semakin sering disuguhi pencitraan dan pengalihan
isu. Rakyat seringkali disuguhi ketidakadilan penguasa menegakkan hukum, rakyat
seringkali disuguhi polemic kebijakan yang dikeluarkan dengan seenaknya
sendiri.
Dan saat ini rakyat juga dimanfaatkan, dibenturkan agar
tidak terjadi keharmonisan dalam kehidupan. Pengajian dibubarkan dibiarkan,
Ustadz diusir dibiarkan, gesekan antar rakyat digalakkan. Biarlah rakyat sibuk
dengan perpecahan sehingga tidak sempat mengalihkan pandangan terhadap
kebijakan pemerintah.
Penguasa saat ini benar-benar semena-mena, syariat Allah
diabaikan, hukum Allah dijadikan bahan olokan. Dan salah satu kekejaman adalah
pembubaran ormas HTI. Dengan semenang-menang tanpa memberikan alasan yang jelas dan sah di
pengadilan HTI langsung dibubarkan. Padahal tidak ada bukti kader HTI korupsi,
tidak ada bukti anggota HTI menjual asset Negara, tidak ada bukti HTI berpihak
pada asing. Sungguh kejam nian penguasa yang disetir kemauan para pemilik
modal. Padahal ada banyak parpol yang kadernya jelas banyak terlibat korupsi, ada banyak ormas yang seringkali semena-mena, ada ormas yang nyata berbuat rusuh namun dibiarkan begitu saja.
Maka, upaya untuk terus menolak PERPPU Ormas yang menjadai
salah satu bukti kedzaliman penguasa akan terus dilakukan.
Aksi massa menolak PERPPU, menggalang dukungan masyarakat
dan para tokoh, harus terus dilaksanakan. Bukan karena sakit hati, tetapi
mencegah kemungkaran adalah sebuah kewajiban, menasehati agar tidak dzalim
adalah sebuah kewajiban. Dakwah amar makruf nahi mungkar adalah perintah Allah,
legalitasnya dari Allah, tidak akan berhenti meski manusia menghalangi.
Perlawanan nyata melawan kedzaliman penguasa akan terus
dilakukan, perlawanan itu tidak akan berubah menjadi sekadar jeritan hati,menyampaikan
opini dakwah secara nyata dengan selalu memohon kepada Allah, perlawanan
penduduk bumi dan perlawanan dengan bantuan langit, pasti akan membuahkan
hasil, karena Allah tidak akan pernah mengingkari janji.
No comments:
Post a Comment