Film "Alangkah Lucunya Negeri Ini", hanya
menonton sebentar, saat Bang Syamsul dikenalkan oleh Bang Muluk sebagai sarjana
pendidikan yang akan mengajari anak-anak pencopet tentang pentingnya
pendidikan. Hingga selesai, sedih dan menitikkan air mata saat Bang Muluk
ditangkap satpol PP. Pesimis dengan kalimat penutup yang diambil dari UUD .
Sebuah pengorbanan untuk mengubah
jalan hidup para pencopet, namun lagi-lagi tak bisa banyak berbuat. Tetap saja
terjebak dalam system demokrasi secular kapitalistik. Demokrasi, hanya
memperalat suara rakyat untuk membuat hukum sesuai hawa nafsu. Sekular, mengambil
syariat hanya sebatas yang diinginkan, membuang yang lain padahal harusnya
semua diamalkan. Kapitalistik, hanya menjadikan dunia sebagai orientasi,
mengukuhkan para pemilik modal menenggelamkan kaum lemah.
Dan insya Allah hingga detik ini
masih meyakini, hanya dengan system khilafah saja perubahan menjadi lebih baik
akan terwujud. Ya, ujung-ujungnya akan selalu mengajak umat Islam untuk memperjuangkan khilafah. Bukannya
menutup mata, tak peduli dengan apa yang
sebenarnya dibutuhkan umat. Menjumpai dalam kehidupan fakta yang membuat sedih
tak terperi. Pernah mengenal anak yang mengemis, mengamen, merokok dan
terindikasi suka mencuri. Dan sekarang lebih sering menghabiskan waktu di lampu
lalu lintas. Mengenal juga anak yang sering tidak masuk sekolah. Bantu ibunya
mencari nafkah, kerja di pembibitan, memulung. Memanfaatkan waktu luang dengan
mencari rumput, hampir tidak pernah bermain.
Insya Allah tidak hanya berdiam
diri atau bahkan tak peduli. Berusaha mengembalikan pada solusi Islam. Solusi Islam
yang bisa dilakukan sebagai individu, solusi yang menuntut kepedulian dari
masyarakat, solusi yang membutuhkan peran Negara. Karena memang penerapan hukum
Islam tegak atas tiga pilar. Individu yang bertakwa, masyarakat yang saling
menolong, menasehati beramamar makruf nahi munkar, dan Negara yang mengurusi
urusan rakyat, menjadi perisai bagi rakyat.
Kembali dengan masalah yang mendera
negeri ini, salah satunya kemiskinan. seolah sulit sekali bagi orang miskin
untuk bisa hidup tenang dan nyaman menjadi hamba Allah yang mendedikasikan
hidup untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Secara fakta
negeri ini memang tidak berhukum pada syariat Allah, negeri ini memilih jalan
demokrasi untuk membuat aturan. Kapitalisme begitu mencengkeram pemikiran
rakyat, seolah hidup ini hanya demi bertahan saja dari kondisi yang semakin
menghimpit, seolah tak ada sedikitpun ruang untuk berpikir tentang bagaimana
kehidupan di akhirat.
Kemiskinan memang bisa muncul
dalam system apapun, namun peluang kemiskinan sistemik sangat besar dalam system
kapitalisme. Namun yang pasti, Islam bisa menyelesaikan masalah kemiskinan. Masalahnya tinggal kita mau mengambil solusi tersebut atau malah
mengabaikan dan bahkan mencampakkan serta menganggapnya utopis belaka.
Memang untuk sekadar meyakini
bahwa Islam bisa menjadi solusi atas semua masalah tidak mudah, apalagi hingga
memperjuangkan Islam tegak dalam bingkai khilafah. Itu semua membutuhkan usaha,
usaha untuk meyakinkan diri sendiri, mencari ilmunya, mengkaji Islam, usaha
untuk mengajak orang lain untuk sama-sama meyakini dan bergabung dalam barisan
perjuangan. Maka, keseriusan dan kesungguhan untuk terus mengenal Islam dan khilafah
harus dilakukan. Sabar dan ikhlas meniti jalan ilmu dan dakwah, berpikir jernih
dengan tuduhan rendahan. Benar-benar menimbang, tidak mudah terbawa arus. Dan itu
akan terjaga ketika kita berada dalam lingkungan dan jamaah yang juga terus memberikan
arahan. Maka merubahlah bersama jamaah dakwah yang menjaga keistiqamahan untuk
selalu menjadikan kehidupan ini diatur dengan aturan Allah semata.
Tidak banyak yang bisa dijelaskan
melalui tulisan ini, seharusnya menyediakan waktu khusus untuk mengobrol serius
membicarakan permasalah dalam hidup ini. Membicarakan Islam dari A sampai Z. Sedikit-demi
sedikit menguatkan diri, membekali dengan ilmu, berdakwah di tengah masyarakat
dan memperjuangkan Negara yang akan menerapkan Islam kaffah.
#YukNgaji
Pare, 12 Juni 2016
No comments:
Post a Comment