Gbr dari mbah gugel
Seminggu lebih menghabiskan
sebagian besar waktu di RS, tidak terlalu banyak beraktivitas, menunggu. Lebih banyak
diam memperhatikan orang-orang di RS, sesekali ngobrol dengan pasien atau
keluarga pasien, ngobrol dengan tenaga medis. Mengamati perawat yang hilir
mudik, seolah tak punya rasa lelah ( tapi sepertinya tata ruang dan SDM RS
perlu ditinjau ulang, perbandingan tenaga medis dengan jumlah pasien dan
jangkauan ruang perawat dg kamar pasien diperhitungkan lebih matang lagi).
Hari pertama, sekitar 4 jam menunggu
di IGD. Melihat lalu lalang pasien masuk dan meninggalkan IGD. Ada yang
merintih kesakitan, diam menahan sakit, diam tanpa ekspresi, dan ada yang tak
sadarkan diri. Begitu juga dengan keluarga pasien, sedih, bingung dan cemas.
Hanya tersenyum ketika perawat
dan dokter jaga hampir-hampir kehilangan kesabaran ketika berhadapan dengan
pasien atau keluarganya yang “bandel”. Tidak mau mendapatkan perawatan standar
yang memang seharusnya dilakukan di IGD, tidak mau diinjeksi, tidak mau
diinfus, tidak mau dipasang alat ini itu dll. Hanya membatin “ngono kok nang
IGD, yen ra gelem ditangani yo ning omah wae to..to..”. Keluarga yang
serombongan tidak mau meninggalkan pasien, maunya nungguin terus, tapi ada juga
keluarga yang malah meninggalkan pasien untuk mengurus keperluan lain, bingung
dech dokter or perawat yang mau menangani. Ada…ada saja.
Ada perawat yang super ramah,
ramah, biasa dan masih saja ada yang terkesan cuek hampir mendekati judes. Namanya
juga manusia, beda karakter.
Mengamati DM yang lari-lari,
sepertinya kejar tayang nguber pembimbingnya. DM yang berdiskusi mendekati
debat dengan temannya, padahal di depan pasien J.
Mengamati mahasiswa keperawatan
yang lagi magang, dikit-dikit nanya ke perawat pamong. Mondar-mandir ambil ini
itu, yang lihat aja capek… Ambil gunting, ambil plester, ambil yang mau
diinjeksikan, ambil pulpen, ambil catetan, ambil tensimeter. Weleh…weleh kok yo
gak nggowo ransel sisan J
Tapi salut dengan kesabaran
perawat dan dokter, telaten menjelaskan ke pasien yang terkadang keminter. Tiap
perawat n dokter (kalo komplikasi bisa-bisa dokter spesialisnya borongan), hampir
selalu bertanya kabar pasien. Apa keluhannya, bagaimana kondisi terkini, ada
keluhan apa, maunya apa dll.
Jadi dokter harus pinter, pinter
ilmu kedokteran, pinter memahamkan pasien, pinter memenej kesabaran. Tidak hanya
dokter, perawat juga.
Baru fix tahu penyakit setelah 4
hari di RS, 2 harinya hari sabtu mingggu, libur. Jadi hasil tes darah, usg baru
tahu. Dokternya juga terkesan tak mau berbagi informasi, husnudzon saja. Mungkin
masih nunggu hasil lab keluar, biar tidak salah diagnosis.
Sudah ah ngomongin dokter di RS.
Sekarang mau ngomongin dokter
umat.
Dulu ketika memutuskan untuk
belajar menjadi subjek dakwah, sedikit-demi sedikit meninggalkan status objek
dakwah. Ada satu pesan yang masih terngiang. Subjek dakwah itu ibarat dokter. Harus
tau apa penyakit/permasalahan umat, mendiagnosa dengan teliti, berusaha mencari
tahu obat yang cocok dengan penyakit tersebut. Tidak sembarang kasih resep,
tidak menyimpulkan sembarangan. Cari akar masalahnya jangan hanya lihat
permukaannya saja. Dan jangan sekali-kali menjadikan umat sebagai kelinci
percobaan.
Umat sekarang sedang sakit alias
bermasalah. Kriminalitas dimana-mana, seks bebas merajalela, begal sudah biasa,
kasus korupsi meningkat, harga kebutuhan pokok melangit, rakyat tambah melarat,
politisi mikir diri sendiri, penguasa lupa janji manis saat kampanye.
Harga bbm naik rakyat diberi
kartu sakti ternyata tidak menjadi solusi
Kontrak perusahaan asing
diperpanjang ternyata tidak membuat semua rakyat sejahtera
Rupiah melemah pemerintah santai
dan menganggap suatu saat pasti menguat sendiri
Hukum runcing ke bawah, tumpul ke
atas. Pencuri jati dihukum berat koruptor kakap dibiarkan saja
Dan masih banyak masalah yang
terjadi
Semua harus diselesaikan,
berpikir apa akar masalahnya
Negeri ini pernah gagal dengan
sosialis komunis
Negeri ini semakin terpuruk
dengan solusi ala neolib kapitalis
Mengapa tidak mencoba solusi
khilafah ‘ala minhajinubuwwah
Sudah terbukti sepanjang sejarah
dan dicontohkan Rasulullah
Memang tak semudah membalikkan
tangan
Memang memerlukan pengorbanan dan
perjuangan
Terkadang berhadapana dengan
objek yang banyak kata dan seenaknya sendiri
Terkadang berhadapan dengan objek
yang kepentingannya tak mau dicampuri
Terus saja memahami masalah
sampai ke akar
Terus saja belajar, ikhlas dan
sabar
Jadi dokter umat juga harus
pintar
#YukNgaji
#SAVEINDONESIADARINEOLIBERALISMEDANNEOIMPERIALISME
Pare, 17 Maret 2015
No comments:
Post a Comment