Tuesday 17 March 2015

Jadi Dokter Harus Pinter n Sabar



                                                                  Gbr dari mbah gugel

Seminggu lebih menghabiskan sebagian besar waktu di RS, tidak terlalu banyak beraktivitas, menunggu. Lebih banyak diam memperhatikan orang-orang di RS, sesekali ngobrol dengan pasien atau keluarga pasien, ngobrol dengan tenaga medis. Mengamati perawat yang hilir mudik, seolah tak punya rasa lelah ( tapi sepertinya tata ruang dan SDM RS perlu ditinjau ulang, perbandingan tenaga medis dengan jumlah pasien dan jangkauan ruang perawat dg kamar pasien diperhitungkan lebih matang lagi).

Hari pertama, sekitar 4 jam menunggu di IGD. Melihat lalu lalang pasien masuk dan meninggalkan IGD. Ada yang merintih kesakitan, diam menahan sakit, diam tanpa ekspresi, dan ada yang tak sadarkan diri. Begitu juga dengan keluarga pasien, sedih, bingung dan cemas.

Hanya tersenyum ketika perawat dan dokter jaga hampir-hampir kehilangan kesabaran ketika berhadapan dengan pasien atau keluarganya yang “bandel”. Tidak mau mendapatkan perawatan standar yang memang seharusnya dilakukan di IGD, tidak mau diinjeksi, tidak mau diinfus, tidak mau dipasang alat ini itu dll. Hanya membatin “ngono kok nang IGD, yen ra gelem ditangani yo ning omah wae to..to..”. Keluarga yang serombongan tidak mau meninggalkan pasien, maunya nungguin terus, tapi ada juga keluarga yang malah meninggalkan pasien untuk mengurus keperluan lain, bingung dech dokter or perawat yang mau menangani. Ada…ada saja.

Ada perawat yang super ramah, ramah, biasa dan masih saja ada yang terkesan cuek hampir mendekati judes. Namanya juga manusia, beda karakter.

Mengamati DM yang lari-lari, sepertinya kejar tayang nguber pembimbingnya. DM yang berdiskusi mendekati debat dengan temannya, padahal di depan pasien J.

Mengamati mahasiswa keperawatan yang lagi magang, dikit-dikit nanya ke perawat pamong. Mondar-mandir ambil ini itu, yang lihat aja capek… Ambil gunting, ambil plester, ambil yang mau diinjeksikan, ambil pulpen, ambil catetan, ambil tensimeter. Weleh…weleh kok yo gak nggowo ransel sisan J

Tapi salut dengan kesabaran perawat dan dokter, telaten menjelaskan ke pasien yang terkadang keminter. Tiap perawat n dokter (kalo komplikasi bisa-bisa dokter spesialisnya borongan), hampir selalu bertanya kabar pasien. Apa keluhannya, bagaimana kondisi terkini, ada keluhan apa, maunya apa dll.

Jadi dokter harus pinter, pinter ilmu kedokteran, pinter memahamkan pasien, pinter memenej kesabaran. Tidak hanya dokter, perawat juga.

Baru fix tahu penyakit setelah 4 hari di RS, 2 harinya hari sabtu mingggu, libur. Jadi hasil tes darah, usg baru tahu. Dokternya juga terkesan tak mau berbagi informasi, husnudzon saja. Mungkin masih nunggu hasil lab keluar, biar tidak salah diagnosis.

Sudah ah ngomongin dokter di RS.

Sekarang mau ngomongin dokter umat.

Dulu ketika memutuskan untuk belajar menjadi subjek dakwah, sedikit-demi sedikit meninggalkan status objek dakwah. Ada satu pesan yang masih terngiang. Subjek dakwah itu ibarat dokter. Harus tau apa penyakit/permasalahan umat, mendiagnosa dengan teliti, berusaha mencari tahu obat yang cocok dengan penyakit tersebut. Tidak sembarang kasih resep, tidak menyimpulkan sembarangan. Cari akar masalahnya jangan hanya lihat permukaannya saja. Dan jangan sekali-kali menjadikan umat sebagai kelinci percobaan.

Umat sekarang sedang sakit alias bermasalah. Kriminalitas dimana-mana, seks bebas merajalela, begal sudah biasa, kasus korupsi meningkat, harga kebutuhan pokok melangit, rakyat tambah melarat, politisi mikir diri sendiri, penguasa lupa janji manis saat kampanye.

Harga bbm naik rakyat diberi kartu sakti ternyata tidak menjadi solusi
Kontrak perusahaan asing diperpanjang ternyata tidak membuat semua rakyat sejahtera
Rupiah melemah pemerintah santai dan menganggap suatu saat pasti menguat sendiri
Hukum runcing ke bawah, tumpul ke atas. Pencuri jati dihukum berat koruptor kakap dibiarkan saja
Dan masih banyak masalah yang terjadi
Semua harus diselesaikan, berpikir apa akar masalahnya

Negeri ini pernah gagal dengan sosialis komunis
Negeri ini semakin terpuruk dengan solusi ala neolib kapitalis
Mengapa tidak mencoba solusi khilafah ‘ala minhajinubuwwah
Sudah terbukti sepanjang sejarah dan dicontohkan Rasulullah
Memang tak semudah membalikkan tangan
Memang memerlukan pengorbanan dan perjuangan
Terkadang berhadapana dengan objek yang banyak kata dan seenaknya sendiri
Terkadang berhadapan dengan objek yang kepentingannya tak mau dicampuri
Terus saja memahami masalah sampai ke akar
Terus saja belajar, ikhlas dan sabar
Jadi dokter umat juga harus pintar


#YukNgaji
#SAVEINDONESIADARINEOLIBERALISMEDANNEOIMPERIALISME

Pare, 17 Maret 2015

No comments:

Post a Comment