Alhamdulillah sudah berada di hari ke -13 Ramadhan, bulan
mulia penuh berkah. Dan pasti setiap muslim yang hanif selalu menginginkan ini
menjadi Ramadhan terindah, meraih keberkahan ,mendapat anugerah malam seribu
bulan, dan terus mempertahankan amalan meski Ramadhan berakhir nanti.
Namun keindahan Ramadhan sepertinya belum menjadi milik umat
Islam Indonesia. Ramadhan tahun ini kebijakan plin-plan pengambil kebijakan
kembali dipertontonkan, pergerakan masyarakat dalam rangka mudik lebaran
dibatasi, dianjurkan tetap dalam kota sembari rekreasi, namun dengan terang
benderang WNA India sebagai negar zona merah setelah menjadi negara penyumbang
terbesar di dunia penambahan kasus covid
dan kematian , dibiarkan melanggang memasuki Indonesia. sungguh ketidakadilan
yang nyata ditunjukkan. Aparat di daerah begitu sigap menyekat perbatasan
mencegah mudik namun pusat dengan mudahnya memberi ijin WNA berpotensi
menularkan covid masuk ke Indonesia, seolah perbatasan internasional dibuka
begitu lebar. Ironis.
Ramadhan ini juga diwarnai berita duka tenggelamnya KRI Nanggala 402, yang hingga tulisan inidibuat posisi KRI belum
diketahui pasti, dengan dugaan tenggelam dan hancur bisa jadi harapan
keselamatan para ABK sangatlah kecil. Lagi-lagi ini adalah berita yang sangat
memprihatinkan, jelas terlihat kelambanan dalam mengambil tindakan. Juga memprihatinkan
nasib ABK kapal selam di negeri ini selama ini, tak banyak mendapat perhatian
dan fasilitas yang memadai. Jelas ironi negeri maritim, negeri dengan wilayah
laut sangat dominan namun dijaga oleh kapal seadanya. Negeri dengan potensi
alam yang melimpah namun terus dirundung masalah.
Singkat cerita, negeri ini salah kelola. Kebijakan oligharkis
telah membuat negeri ini dicengkeram oleh segelintir konglomerat yang
berkolaborasi dengan pengkhianat menjual milik rakyat demi kepentingan sendiri
bahkan rela menggandeng asing bak sahabat namun abai terhadap kepentingan
rakyat. Mereka tak peduli dengan nasib mayoritas rakyat, yang dipikirkan
hanyalah mengumpulkan kekayaan dan melanggengkan penguasaan atas semua hal di
negeri ini.
Hanya satu cara untuk bisa menyelamatkan negeri ini dan juga
negeri kaum muslimin lain yang sedang dirundung masalah (Muslim Xinjiang.
Rohingya, Palestina, muslim India, dan muslim di belahan dunia lainnya yang
hidup penuh diskriminasi), yaitu dengan khilafah. Menyatukan umat Islam dalam
naungan khilafah. Dengan begitu potensi umat akan terkumpul dan masalah pun
akan mudah untuk diselesaikan, bukankah benar kata peribahasa, bersatu kita
teguh bercerai kita runtuh.