Thursday, 21 April 2016

Menegakkan – Melenyapkan – Mengembalikan Khilafah



07.05 am


Dua jam kemudian, 09.26 am


Akhirnya, semua terselesaikan . Sekitar 11.15 am
 ( gambar diambil sehari kemudian)

Rencana pembongkaran tembok identitas sekolah-yayasan memang sudah lama, namun baru terealisasi. Ketika akan dirobohkan, beberapa guru sempat bilang “ Sayang, ya. Padahal dulu buatnya biaya banyak”.
Sebenarnya tidak masalah, karena setelah dihancurkan akan diganti dengan yang lebih indah lagi.

Ini hanya bangunan fisik, membuatnya memakan waktu yang tidak sebentar, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Namun menghancurkannya dalam sekejap mata, dan entahlah berapa lama akan kembali menjadi bangunan fisik yang lebih indah lagi. Namun itu semua akan selesai ketika dimulai.

Khilafah, satu-satunya sistem pemerintahan yang diwariskan Rasulullah saw, diteladankan para sahabat yang mulia. Manusia-manusia agung yang tetap berpegang teguh pada apa yang ditinggalkan Rasulullah saw, tidak terbersit sedikitpun melirik system yang lain.

Khilafah, mengakhiri jaman jahiliyah, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terang, mengangkat derajat manusia, mengembalikan manusia pada tujuan penciptaan. Semata beribadah kepada Allah SWT.
Khilafah, terus berjalan sejak Rasulullah wafat dan berakhir pada tahun 1924. Dakwah menyebarkan Islam di Mekah dilanjutkan penerapan secara kaffah di Madinah bukanlah perjuangan yang ringan, nyawa, harta, tenaga, pikiran semua dicurahkan. Mendapat siksaaan, diusir, diboikot, dicap sebagai orang gila, penyihir menghiasi perjalanan dakwah.

Dan khilafah tidak tiba-tiba lenyap begitu saja. Khilafah melemah karena lemahnya pemahaman Islam dan buruknya  penerapan Islam, baik karena factor internal umat Islam dan juga serangan dari musuh Islam. Segala upaya dikerahkan agar khilafah hancur lebur. Mulai dari perang salib, serangan misionaris, hingga serangan pemikiran dan politik. Pada waktu itu, apapaun kelompok dan latar belakangnya, Eropa bersatu menggaungkan Perang Salib. Eropa meracuni akal dengan segala sesuatu yang melecehkan hukum Islam, Islam digambarkan sebagai penghalang kemajuan manusia. Dan itu terus diwariskan kepada genarasi berikutnya. Dan akhirnya, melalui tangan anteknya, Eropa berhasil melenyapkan Khilafah. Sungguh bukan usaha yang sekejap mata, usaha menghancurkan dan melenyapkan khilafah diusahakan dengan sekuat tenaga. Iya, kaum kafir berhasil mengerahkan seluruh upaya untuk melenyapkan khilafah, namun itu semua hanya sia-sia belaka, mereka akan merugi.

Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan (QS. Al Anfal [8] : 36)

Tidak cukup dengan menghancurkan khilafah, upaya menghalangi tegaknya kembali khilafah terus mereka lakukan. Mencekoki pikiran umat dengan pemikiran kufur, menjauhkan umat dari syariat Islam. Menerapkan aturan kufur, mencengkeram dunia Islam dalam sistem kufur. Tidak berhenti sampai di sini, upaya memalingkan kaum muslimin dari pemikiran tentang khilafah. Menggambarkan khilafah sebagai sesuatu yang mengerikan, menakutkan, pejuangnya termasuk pelaku kriminal. Dan itu terus dilakukan hingga sekarang, mereka tidak akan menyerah.

Namun, upaya untuk kembali menegakkan khilafah tidak akan pernah surut. Memang bukan perjuangan yang mudah, bukan perjuangan tanpa rintangan. Terus menapaki tahapan dakwah yang telah diteladankan Rasulullah, tidak terpesona dengan dunia, tidak tergoda dengan iming-iming harta dan tahta.

Menegakkan khilafah bukan semata demi romantisme sejarah, memperjuangkan khilafah sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan Rasulullah, bukti keimanan. Juga bukan karena egoisme golongan, karena khilafah itu untuk kebaikan umat manusia, menyelamatkan umat manusia dari kehancuran. Dengan syariah dan khilafah, Islam sebagai rahmatan lil’alamin akan terwujud.

Pare, 21 April 2016




Saturday, 9 April 2016

Ketergantungan Pada Wasilah

Ada 71 aplikasi tapi hanya beberapa saja yang sering dipakai.

Note tersimpan 16 Juni 2012

Wasilah adalah sarana yang bersifat fisik, yang biasa digunakan untuk melaksanakan aktivitas. Bisa dikatakan wasilah ini bersifat membantu menyelesaikan sebuah aktivitas. Wasilah bisa berganti-ganti sesuai dengan kemajuan teknologi. Sebagai contoh sarana komunikasi.  Dahulu sarana komunikasi masih sangat sederhana. Sekarang sudah semakin canggih, dengan kecanggihan tersebut seharusnya semakin membuat segala sesuatu menjadi begitu mudah. Namun bagaimana jika yang terjadi adalah ketergantungan pada sarana ? Akankah tetap menjadi mudah?
Dahulu ketika membuat janji dengan seseorang, jarang sekali membatalkan atau bahkan tidak pernah. Karena sulit membatalkan janji, belum ada ponsel belum bisa sms. Kalau mau membatalkan ya harus ketemuan. He..he..membatalkan janji pertemuan dengan harus bertemu dahulu ya mending pertemuan untuk membatalkan digunakan untuk merealisasikan janji to ???
Namun ketika sarana komunikasi begitu mudah, membatalkan janji juga begitu mudah.
“ Maaf saya ga jadi ke sana ada perlu”
“ Maaf bagaimana kalo pertemuannya diundur “
“ Maaf  besok saya ga bisa datang”
De el el...
Dahulu ada buku alamat untuk mencatat alamat dan no telp atau no ponsel, namun ketika ada HP dg fitur lengkap, semua janji,  no HP, alamat, no rek dengan mudah disimpan di HP akhirnya buku alamat dan note saku pun diabaikan.
Fatalnya ketika HP hilang atau rusak, hilang pula info-info yang tersimpan di HP. Akhirnya kalang kabut...
Oleh karena itu, meski kita punya HP, notebook, laptop dan sarana-sarana lain yang berfungsi sebagai penyimpan informasi back up data sangatlah penting. Minimal kita punya salinan berupa print out atau tulisan tangan. Sebelum nasi menjadi bubur, mari membiasakan memback up data yang kita punya, dengan berbagai cara tentunya.
NB : Note ini saya buat krn hbs dapat musibah. HP rusak padahal weekend biasanya banyak agenda. Ada banyak no yang tersimpan di memori HP dan belum sempat menyalin, padahal biasanya kalau dapat no baru langsung salin ke buku telp L .

Note end.

Dan sekarang, wasilah semakin berkembang. Smartphone sudah ada dalam genggaman tiap orang. Namun saya pribadi jujur belum mengoptimalkan semua aplikasi. Bisa dibilang masih kalah smart dengan smartphone. Dahulu , masih suka nguthek-nguthek, nyoba atur settingan. Sekarang paling-paling hanya memanfaatkan beberapa aplikasi saja. Terutama yang berhubungan dengan penyimpanan data. Menyimpan data baik online maupun offline mempermudah akses di mana pun kita berada. Medsos yang aktif hanya fb yang terhubung dengan twitter. WA untuk tulisan panjang, foto yang harus segera diedi t- upload, dan hanya tergabung dengan 2 grup saja,. Imel pertama kali di yahoo masih aktif, tambah lagi 2 imel di google. Untuk akun pribadi dan ngurus blog. Sudah itu saja.  Pernah ditanya pin BBM, cuma nyegir saja, ga punya.

Dan smartphone yang lumayan bagus harganya di atas satu juta, harga yang lumayan tinggi bagi saya. Jadi ketika ingin punya benda yang lumayan mahal sudah berencana sejak lama,karena harus nabung dulu. Dan benar-benar mikir, punya benda tersebut manfaatnya apa, kontribusi untuk dakwah dan akhirat  apa. Bukannya sok suci, tapi khawatir saja pas nanti ditanya di akhirat ga bisa jawab. Lebih malu lagi punya gadget dengan harga selangit  tapi masih berat  bersedekah, masih pelit mengeluarkan infak, masih mikir seribu kali ketika ada kesempatan beramal di jalan kebaikan.

Jangan jadi orang matre, menjadikan apa yang kita miliki semata untuk mendapatkan keuntungan yang bersifat materi saja. Apapun dipertimbangkan untung rugi materinya. Harta hanya untuk modal dunia saja, sayang.  Apalagi punya sesuatu hanya karena tren semata, rugi.

Semoga apapun yang kita miliki bisa membuat kita semakin paham dengan tujuan hidup, semakin memudahkan kehidupan abadi di akhirat kelak. Amin.





Pare, 9 April 2016

Wednesday, 6 April 2016

Menulis Saja, Terus Menulis

Daripada tidak ada gambarnya : Diambil dari catatan daftar isi buku.  Buku khusus untuk mencatat daftar isi buku teks, meski blm selesai baca minimal ingat daftar isinya


Beberapa hari tidak posting di sini, bukannya tidak menulis. Menulis dan mengirim ke media namun tidak ada yang dimuat. Tetap berusaha menulis, karena menulis adalah salah satu usaha untuk menyampaikan ide kepada orang lain.

Untuk sedikit menghibur, kembali membuka tulisan yang pernah dimuat. Setidaknya ini yang masih bisa terlacak di mesin pencari.


 Daripada tidak posting sama sekali, dan tidak ada yang dibaca, yang berminat silakan baca-baca tulisan tersebut ya, cuma bisa mesam-mesem, seperti itu tulisan saya dulu.

Semoga tetap istiqamah nulis. Amin


Pare, 6 April 2016

Friday, 1 April 2016

Ayo Membaca di Perpustakaan




Tidak punya buku bukan alasan untuk tidak membaca. Masih bisa meminjam kenalan, atau bisa memanfaatkan perpustakaan / taman baca umum. Tinggal membiasakan, mulai dengan target membaca buku ringan. Buat rencana buku apa yang akan dibaca tiap berkunjung ke perpustakaan. Informasi apa saja yang diinginkan, juga tidak perlu membutuhkan waktu yang sangat panjang. 30 menit hingga satu jam waktu yang lumayan untuk membaca.

Di perpustakaan yang lumayan besar, juga bisa memanfaatkan fasilitas digital dan akses internet. Semuanya gratis, tidak ada lagi dalih untuk malas membaca. Tetapkan frekuensi yang diinginkan, atur jadwal, penuhi kominten, ketika sudah terbiasa insya Allah semuanya akan terasa ringan.
Agar tidak mudah lupa, agar bacaan tidak menguap begitu saja tak ada salahnya menulis poin-poin pentingnya.

Untuk yang tinggal di Pare bisa memanfaatkan perpustakaan umum, Mas Trip. Selatan kantor Pos ada perempatan ambil ke barat, barat pegadaian Pare, depan gereja Advent. Koleksinya tidak selengkap perpustakaan di kota besar, tapi lumayan banyak.

Jika masih juga malas dan banyak alasan baca doa ini berulang


Baca juga PR Membaca

Pare, 1 April 2016