Ali itu anaknya Abu Thalib
maka nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib.
Dulu waktu SD sempat bingung antara Abu Thalib dengan Abi
Thalib. Tulisannya kok tidak sama, apa mungkin orangnya juga tidak sama, kalau
dalam nama Indonesia Sita dan Siti atau Ana dan Ani ya orangnya tidak sama. Tapi
dulu hanya menduga mungkin salah ketik. Itu saja.
Padahal ternyata bukan karena salah ketik. Karena I’rabnya
memang tidak sama Abu = rafa’, Abi = Jer
Memang ini bukan materi dasar dalam nahwu tapi lagi ingin nulis
tentang ini.
Dalam bahasa Arab ada 5 isim yang biasa disebut dengan al
asmaul khamsah (
الأسماء الخمسة )
:
Berikut
ini contoh penulisan Abu yang berbeda :
Para sahabat yang tidak memiliki kesibukan dagang diantaranya
adalah Abu Bakar, ‘Umar, ‘Ali bin Abi Thalib dan yang lainnya, menggarap lahan
petanian di kebun-kebun pemberian kaum Anshar.
Setelah
hijrah ke Madinah, para sahabat tidak santai-santai. Mereka langsung
kerja…kerja…kerja. Abdurrahman bin Auf berdagang di pasar dan yang tidak
berdagang salah satunya Abu Bakar, beliau menggarap kebun pemberian kaum Anshar
(Ad daulah al islamiyyah bab membangun masyarakat di Madinah)
2. Nashab
Abu
Bakar mengajak Fanhash masukIslam tapi ditolak Fanhash dengan berkata buruk.
Fanhash menolaknya dengan mengatakan, “Demi Allah, wahai Abu
Bakar, kami tidak fakir di sisi Allah, Dialah yang benar-benar fakir di sisi
kami. Kami tidak tunduk kepadaNya sebagaimana Dia tunduk kepada kami.
Sesungguhnya kami benarbenar tidak membutuhkan-Nya, Dialah
yang membutuhkan kami. Seandainya Dia tidak membutuhkan kami,
tentu Dia tidak akan meminjam harta kami sebagaimana yang diyakini oleh
sahabatmu. Dia melarang kalian dari riba dan memberikannya kepada kami.
Seandainya Dia tidak butuh kami, tentu Dia tidak memberikan riba kepada kami.”Fanhash berkata seperti ini dengan
merujuk firman-Nya:
“Siapa saja yang memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik, maka Allah
akan melipat gandakannya
kepadanya dengan pelipatan yang sangat banyak.” (TQS. al-Baqarah[2]:
245)
Gara-
gara Fanhash ( di terjemah Sirah Ibnu
Hisyam Finhash ) ngomong ini, Abu Bakar marah besar. Wajah Fanhash dipukul,
padahal semua orang tahu, Abu bakar itu sabar, tenang, halus akhlaknya, santun
dan lemah lembut. Bagaimana tidak marah, Fanhash mengolok-ngolok Allah ( Ad daulah al
islamiyyah, bab polemic dengan Yahudi dan Nasrani)
Jadi
ingat kelakuannya mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan spanduknya “ Tuhan
telah membusuk”. Harusnya umat Islam tidak membiarkan begitu saja, memahamkan,
mencegah perilaku liberal semacam itu.
Imam al-Bukhâri telah
mengeluarkan dari al-Bara
dari Abû Bakar,
ia berkata, …”kemudian kami
pun berangkat dan
orang-orang mencari kami….”
Orang
Qurasy berusaha sekuat tenaga menghalangi hijrah Rasulullah, sebagaimana
diceritakan dalam hadits dari Abu Bakar ( Pilar2 pengokoh nafsiyah islamiyah bab konsisten dalam kebenaran)
Semua
contoh di atas kata أبو – أبا – أبي juga mudhaf sehingga kata setelahnya menjadi
mudhafun ilaih , maka semuanya بَكْرٍ .
Jadi kalo kita menjumpai dalam terjemah bahasa Indonesia jika konsisten
memang bisa jadi ditulis Abu, Aba atau Abi ( Bakar). Tulisannya berbeda tapi
orang yang dimaksud sama, hanya kedudukan dalam kalimat berbeda sehingga
huruf/harakat terakhir tidak sama.
Untuk asmaulkhamsah ini, penulisan dalam kitab meskipun tidak ada
harakatnya sudah memperlihatkan I’rabnya. Karena selalu rafa’ dengan wawu,
nashab dengan alif dan jer dengan ya’. Jadi tidak perlu bingung, tinggal
berpikir kalo rafa’ maka jabatan dalam kalimat ini, kalo nashab itu dst
(padahal masih panjang penjelasannya…)